Featured Video

Senin, 29 Agustus 2011

Kisah Teroris Seharga Rp 8 M Umar Patek Berlumuran Darah di Lembah Orash


M. Rizal - detikNewsJakarta - Januari 2011 merupakan bulan yang horor bagi Abdul Hameed. Teror mengerikan harus disaksikan Hameed di rumahnya sendiri. Darah berceceran dan tembakan berdesingan.

Rumah Hameed terletak di lembah Orash, Abbottabad, kota yang indah dengan pemandangan alamnya. Kota yang berjarak sekitar 150 kilometer sebelah utara kota Islamabad ini dikenal sebagai kota wisata di Pakistan.

Hameed tentu terkaget-kaget ketika tiba-tiba rumahnya diserbu tentara. Pasukan Komando Pakistan itu bahkan langsung menggeledah rumahnya. "Tutup mulut dan semua angkat tangan," teriak salah seorang anggota Pasukan Komando Pakistan kepada Abdul Hameed.

Semua ruangan rumah Hameed lantas digeledah. Termasuk sebuah kamar di lantai dua, tempat pasangan suami istri yang menjadi tamu Hameed. Suasana begitu gaduh dan mencekam. Door! Door! Suara tembakan pun terdengar dua kali. Setelah itu hening kembali. Lalu sejumlah tentara menyeret seorang lelaki yang berlumuran darah.



Itulah akhir kisah pelarian Umar Patek. Ya pria yang diseret tentara Pakistan itu memang buron teroris yang dihargai Amerika Serikat (AS) sekitar US$ 1 juta atau Rp 8,6 miliar

Teroris yang banyak memiliki nama alias seperti Umar Kecil, Abu Syeikh dan Umar Arab ini merupakan orang yang paling dicari AS, Australia, Indonesia dan Filipina karena terkait serangkaian aksi terorisme.

Di Indonesia sendiri, pria kelahiran tahun 1970 ini dituduh sebagai orang yang memberikan pelajaran dan pelatihan terhadap sejumlah pelaku peledakan bom di Sari Club dan Paddy’s Bar, Kuta, Bali pada 2002 silam. Pelaku peledakan bom 10 tahun lalu yang dikenal sebagai Bom Bali I, seperti Imam Samudera, Amrozi, Ali Imron telah ditangkap, diadili dan dieksekusi mati saat Patek, mentor mereka ditangkap.

Penggerebekan atas Patek terjadi padal 25 Januari 2011. Kepada Associated Press (AP), pertengahan Maret 2011 silam, Hameed mengaku tidak bisa melupakan peristiwa horor itu.


Penangkapan Patek tidak hanya dilakukan oleh pasukan militer Pakistan, tapi menurut Hameed, juga terlihat sejumlah agen rahasia AS, Central Inttelegence Agency (CIA).

Hameed akhirnya tahu, pria asing yang menginap di rumahnya ternyata buronan teroris yang dicari keamanan dan intelijen sejumlah negara.

Setelah penggerebekan itu, Hameed menyaksikan darah berceceran di kamar lantai dua rumahnya. Dua lubang bekas tembakan proyektil senjata telihat menembus jendela dan langit-langit kamar yang dihuni tamunya.

Yang lebih mengagetkan Hameed, salah satu putranya, Kashif, juga ditangkap pihak keamanan Pakistan dengan tuduhan membantu teroris. Padahal Kashif adalah seorang mahasiswa ilmu telekomunikasi di salah satu perguruan tinggi di Pakistan. "Dia bukan teroris, ia hanya seorang anak laki-laki, bukan siapa-siapa. Dua orang (Umar Patek dan istrinya) itu menjebak anak dan keluarga saya," ujar Hameed.

***

Umar Patek memang sangat licin dan cerdik. Ia berkali-kali lolos dari operasi pengejaran dan penangkapan aparat keamanan dan intelijen. Saat kawan-kawannya sesama petinggi Jamaah Islamiah seperti Dr Azhari, Noordin M Top dan Dulmatin tewas dalam penyergapan pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, ia masih bisa melenggang bebas.

Peluru bahkan tidak menyentuhnya, ketika Dulmatin tewas digerebek di Pamulang, Tangerang Selatan 2010 lalu. Padahal ia tidak jauh dari lokasi sahabat dekatnya itu saat tewas tertembak. “Saat Dulmatin tewas di Pamulang, ternyata Umar Patek ada di sekitar itu,” papar Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar.

Setelah Dulmatin tewas, Patek melarikan diri ke luar negeri bersama istrinya Rukayah, yang adalah warga negara Filipina. Setelah itu pihak keamanan dan intelijen Indonesia seperti kehilangan jejak.

Kemudian banyak kabar ia tertangkap ataupun tewas di luar negeri. Tapi semua itu hanya isu yang lantas terbantahkan. Baru pada medio Maret 2011, sang buron positif tertangkap di Pakistan. Tapi penangkapan itu baru diketahui Indonesia 2 Maret 2011. Itu pun setelah muncul pemberitaan di media massa.

Penangkapan Patek memang sangat dirahasiakan pemerintah Pakistan. Menurut seorang pejabat Badan Intelijen Pakistan atau Inter Service Intelligence (ISI), sebelum tertangkap sang teroris telah mengikuti pertemuan kelompok militant Asia Tenggara dan Timur Tengah di Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi.

Informasi intelijen Pakistan menyebutkan, penangkapan Umar Patek dilakukan tidak lama setelah fasilitator Al-Qaeda di Abbottabad, Tahrir Shehzad, dicokok di Lahore. Sehari sebelumnya, Shehzad meninggalkan Abbottabad. Ia dibekuk bersama dua tersangka teroris, warga Prancis yang baru tiba di Lahore.

Patek dan istrinya berencana melakukan perjalanan bersama dua anggota militan asal Perancis itu menuju Waziristan Utara, yaitu wilayah perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan. Waziristan diyakini merupakan tempat persembunyian para bos kelompok teroris dunia, Al Qaeda.

"Umar Patek itu, dia ke sana tujuannya ke Afghanistan, dia mau berjihad di sana," terang Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai .

Saat ditangkap, pria kelahiran Pemalang itu tidak mau menyerah begitu saja sehingga tembakan pun terdengar. Itulah sebabnya Patek mengalami luka tembak di paha kanan. Ia sempat menjalani perawatan di Pakistan. Saat ini luka tembak di kakinya itu sudah mengering.

"Dia sudah cerita mengenai tertembaknya di Pakistan. Ada bekas luka tembakan di paha kanannya. Tapi sudah mengering, saya lihat sendiri," ujar pengacara Umar Patek, Asludin Hatjani kepada detik+.

Setelah delapan bulan ditangkap, Patek baru dikembalikan ke Indonesia. Padahal sejak pertengahan Maret 2011 lalu, pemerintah Indonesia melalui Mabes Polri dan BIN serta Kementerian Luar Negeri telah meminta agar Pakistan mau memulangkannya ke Indonesia.

Kabar muncul, Patek tidak segera dipulangkan karena dimanfaatkan dahulu untuk memancing bos tertinggi Al Qaeda.Dugaan menguat apalagi empat bulan setelah penangkapan Umar Patek, 2 Mei 2011 pimpinan tertinggi Al Qaeda, Osama Bin Laden tertembak mati dalam sebuah penyergapan di kota yang sama tempat Patek ditangkap sebelumnya.

Setelah melalui negosiasi yang panjang Indonesia dengan sejumlah negara yang juga sangat berkepentingan, akhirnya teroris itu pun dipulangkan ke tanah air.

Secara diam-diam, Patek diterbangkan dengan menggunakan pesawat khusus melalui Pangkalan Udara di sebuah tempat di Islamabad, 10 Agustus 2011. Keesokan harinya, ia tiba di Jakarta. Dan kini meringkuk di sel tahanan Mako Brimob dalam pengawasan yang ketat.

Tulisan detik+ berikutnya: 'Rahasia Pertemuan Umar Patek & Osama', 'Dekat Osama Tapi Mengemis di Pakistan' dan 'Gembong Teroris Itu Ternyata Siswa Kebanggaan' bisa anda dapatkan di detiKios for Ipad yang tersedia di apple store.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar