Featured Video

Sabtu, 08 Desember 2012

KURIKULUM 2013 : Tak Perlu Lagi Beli Buku

PADANG – Jika kurikulum baru atau kurikulum 2013 diberlakukan, orangtua murid tidak perlu dipusingkan lagi dengan beli buku tiap tahun. Apalagi siswa tak perlu lagi beli lembaran kerja siswa (LKS). 

Di kurikulum tersebut bukunya disediakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dari masuk sekolah hingga tamat.
“Jadi orang tua tidak perlu pusing lagi dengan beli buku baru tiap tahun. Karena kita sudah sediakan master bukunya, tiap tahun hanya master itu saja digunakan. Penerbit juga harus mengacu pada master tersebut,” terang staf ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional bidang Organisasi dan Manajemen Abdullah Alkaff saat uji publik kurikulum 2013 di Hotel Rocky, Jumat (7/12).
Diterangkannya, setiap murid akan mendapatkan buku saat masuk sekolah. Dalam buku tersebut akan lengkap semuanya, mulai tugas hingga materi pela jaran. Buku tersebut juga sekaligus porto folio siswa. Begitu seterusnya sampai tamat SMA.
Dijelaskannya, perubahan kurikulum tersebut karena yang sekarang ini sudah tidak cocok lagi. Dijelaskan, Alkaf, kurikulum sekarang itu ibaratnya kemampuannya hanya sampai tingkat tiga. Sementara negara lain sudah sampai tingkat enam. Pintar sekalipun, anak didik karena kurikulumnya hanya bisa menuntun sampai tingkat tiga, kemampuan anak juga sampai situ saja.
“Makanya kita buat ‘pondasi’ kurikulum yang mampu menciptakan anak didik sampai tingkat enam pula,” sebut Alkaf menjelaskan.
Buku pelajaran itu akan diberikan kepada siswa dan guru. Untuk guru berisikan banyak penjelasan, sementara pada buku pelajaran siswa yang berbentuk portolio, diarahkan siswa untuk lebih banyak mencari tahu.
Uji publik kurikulum 2013 tersebut tokoh masyarakat menyambut baik penambahan jam mata pelajaran agama di SD menjadi 4 jam. Namun disayangkan tidak adanya penambahan jam mata pelajaran agama untuk tingkat SMP dan SMA. Penambahan jam agama tersebut dipertanyakan mantan Kepala Dinas Pendidikan Padang, Nur Amin.
“Jadi, manusia yang beriman dan bertakwa berada dalam urutan pertama tujuan pendidikan. Kenapa pemerintah tidak berani mengambil tindakan mengubah kurikulum yang berlandasakan ajaran agama,” tanya Nur Amin.
Hal serupa juga dikatakan Dewan Pendidikan Sumatra barat, Bagindo M. Letter. Dirinya juga menanyakan kenapa banyak orang mempersoalkan bahasa Inggris yang tidak masuk dalam mata pelajaran wajib di SD. Seharusnya pendidikan yang mementingkan akhlak, moral anak bangsa yang harus dipertimbangkan.
Dalam uji publik kali ini, peserta juga mempertanyakan ketersedian buku pelajaran saat kurikulum ini diterapkan. Karena menurut kebiasaan, buku pelajaran cendrung terlambat keluar daripada kurikulum itu dan berbeda dengan kurikulum yang diterapkan.
Menjawab beberapa per tanyaan di atas, Alkaff mengatakan, tidak adanya pe nambahan mata pelajaran agama untuk SMP dan SMA, bukan berarti pendidikan agama tidak penting. Katanya, menjadikan peserta didik yang bertaqwa dan beriman pada urutan pertama dalam tujuan pendidikan, mengisyaratkan bahwa semua elemen mata pelajaran menerapkan pendidikan agama tersebut.
Kesiapan guru
Untuk mempersiapkan guru menghadapi kurikulum baru ini, sudah direncanakan guru-guru akan mendapatkan pelatihan. Pelatihan ini diberikan guru terbaik dari hasil UKG, kepala sekolah, pengawas, Tim Pengembang Kurikulum (TPK), dan lainnya.
“Setidaknya nanti akan ada 40 ribu orang sebagai master teacher di Indonesia. Satu orang master teacher akan membina sekitar 30 orang guru,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Syamsulrizal, mengatakan untuk pelatihan yang melibatkan pengawas dan TPK di tingkat kabupaten dan kota, masing-masing harus meningkatkan kompetensi. Karena pada perubahan kurikulum mendatang, TPK akan diberdayakan 100 persen. (401)


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar