Featured Video

Kamis, 11 Januari 2018

Jangan Jadikan Agama Sebagai Bahan Lawakan



Dua komika dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri. Tuduhan yang dilaporkan bukan hal sepele: dugaan penodaan agama.

Laporan terhadap dua komika itu, Ge Pamungkas dan Joshua Suherman, kini sedang tahap penyelidikan aparat kepolisian. Melihat fenomena yang mengkhawatirkan ini, pelawak senior, Tarzan, mengingatkan agar para pelawak dapat lebih berhati-hati dalam menyampaikan materi lawakannya. 


Ada banyak materi lawakan yang bisa ditampilkan tanpa menyerempet isu-isu yang sensitif. Dari dulu sampai sekarang, anggota grup lawak Srimulat ini mencontohkan bagaimana materi lawakan yang berlawanan selalu berhasil. Contoh lawakan, ada yang sok pintar tapi salah dan ada yang bodoh tapi jujur. "Ini yang akan menjadi suatu konflik yang menjadikan satu kelucuan," ujarnya menyontohkan.

Tarzan coba bersikap bijak melihat kasus yang sedang dialami Ge Pamungkas dan Joshua. Melihat keduanya yang berpendidikan, ia yakin kesalahan yang terjadi itu di luar kesengajaan. "Tidak mungkin sengaja menjelek-jelekan suatu agama," katanya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (10/1).

Meski belum melihat video yang dituduhkan, Tarzan menyampaikan bahwa manusia tidak bisa lepas dari kesalahan. "Kalau cari kesalahan orang lebih banyak, namun yang tidak ketahuan lebih banyak," lanjutnya.

"Kalau dianggap salah, saya sebagai teman minta maaf kepada semua pihak agar bisa termaafkan. Kalau salah, bisa diultimatum agar tidak mengulangi kesalahannya lagi," kata pria berusia 72 tahun ini melanjutkan.

Tarzan menganggap dirinya hanyalah pelawak kampung, sementara sekarang lebih banyak pelawak kampus yang lebih berpendidikan. Sekarang bahasa lawakan sudah bahasa kampus dengan komunikasi lebih cerdas. "Itu terlihat dari penggemarnya yang cukup banyak," katanya.

Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris ikut menyayangkan kejadian ini. Figur publik harusnya lebih rendah hati dan mempunyai pengetahuan yang mumpuni dalam menyampaikan kritik sosial dalam lawakan-lawakannya.

"Saya sudah lihat videonya. Saya mau tegaskan bahwa menjadikan agama dan ayat suci bahan tertawaan tak membuat Anda berdua terlihat lucu apalagi pintar. Kritik sosial Anda bukan hanya keliru tetapi kebablasan," ujar Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/1)

Oleh karena itu, Fahira Idris menyarankan agar kedua komika tersebut, dengan rendah hati mengakui kesalahannya. Mereka juga harus meminta maaf secara terbuka ke seluruh umat Islam. Kemudian mengikuti proses hukum jika memang kasus ini dibawa ke ranah hukum.

Fahira mengungkapkan, humor atau komedi dalam berbagai bentuk penyampaiannya baik lewat penampilan, tulisan, grafis, dan video serta media lainnya merupakan salah satu sarana yang sebenarnya efektif untuk menyampaikan kritik sosial. Namun itu bisa berjalan jika penyampai, penutur, atau kreatornya punya pengetahuan yang cukup sebagai dasar untuk berkarya. 

Pengetahuan tersebut bukan hanya didapati dari sumber bacaan tetapi juga turun langsung ke lapangan dan ke komunitas-komunitas. "Sehingga materi yang disampaikan bukan berdasarkan referensi sikap dan imajinasi pribadi, tetapi faktual dan tidak merendahkan," tambahnya.

Menurut Fahira, jika kedua komika ini memang berkomitmen ingin sampaikan kritik sosial lewat lawakan-lawakannya, disarankan sering turun ke komunitas-komunitas terpinggirkan di Jakarta. Misalnya melihat kondisi korban gusuran di rumah-rumah susun atau kondisi nelayan yang terdampak reklamasi dan kondisi komunitas terpinggirkan lainnya. 

Banyak ketimpangan dan ketidakadilan di Jakarta dan di Indonesia ini yang bisa dijadikan materi kritikan sosial lewat stand up comedy.Kalau memang ingin serius sampaikan kritik sosial, saksikan langsung ketimpangan yang terjadi. "Menjadikan agama sebagai bahan tertawaan sama sekali tidak ada nilai kritik sosial apalagi nilai kreativitas," ujar senator asal DKI Jakarta ini menegaskan.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar