Featured Video

Senin, 25 Juli 2011

Dragon Boat Ikon Pariwisata yang Selalu Ditunggu-Padang


PADANG - Padang tak lagi menjadi kota menakutkan karena gempa dan ancaman tsunaminya. Kota ini, kembali mengeliat dari kehancuran pasca gempa 2009 secara perlahan tapi pasti.
Berbagai iven pun mulai digelar, baik tingkat lokal, nasional maupun internasional seperti Dragon Boat Internasional Festival (perlombaan internasional perahu naga-red) yang baru saja usai setelah digelar 21-24 Juli di Banjir Kanal GOR H. Agus Salim Padang
Sejak 2002 hingga kini, telah sembilan kali digelar dragon boat itu yang diikuti banyak tim dayung dalam dan luar negeri. Kendati Riau yang menjadi juara umum dalam Dragon Boat Internasional ke IX tersebut, namun tak membuat Kota Padang patah arang malahan semakin ‘melecut’ Kota Padang dan Sumbar untuk berlatih lebih giat dan meraih prestasi yang lebih gemilang pula ke depannya.
Dragon Boat Internasional IX ini digelar untuk memeriahkan HUT Kota Padang ke-342 dan RI ke-66 yang digelar bersamaan dengan pasar rakyat di kawasan GOR itu.
Walikota Fauzi Bahar mengatakan, kegiatan ini selain memacu prestasi para atlet dayung Kota Padang, juga menumbuhkembangkan olahraga dayung dan sekaligus membuka ruang untuk pertumbuhan ekonomi terutama buat para pedagang melalui pasar rakyat itu.
Olahraga dayung perahu naga sangat disambut antusias oleh masyarakat Kota Padang dengan datang membludaknya ke kawasan GOR H. Agus Salim menyaksikan perlombaan itu dari pagi hingga sore hari dan rela berpanas-panasan menyaksikannya. Tak sedikit orangtua membawa anaknya menyaksikan perlombaan tersebut, termasuk ibu hamil membawa janinnya ke tepian Bandar Bekali dengan berharap anaknya akan menjadi atlet dayung juga.
“Tak masalah bagi saya jauh-jauh berjalan ke GOR ini walaupun dalam keadaan hamil asalkan bisa lihat perlombaan perahu naga. Mana tau nanti, bayi saya lahir menjadi atlet dayung juga,” ujar Wanti, seorang ibu yang tengah hamil tua.

Peserta
Menteri Perhubungan diwakili Staf Ahli Bidang Regulasi dan Keselamatan Perhubungan, Budhi Muliawan Suyitno membuka secara resmi alek akbar tahunan Pemko Padang itu dan ditutup oleh KASAL yang diwakili Danlantamal II, Laksamana Pertama Aswad.
Pada Dragon Boat IX ini diikuti 29 tim. Yaitu dari luar negeri 4 tim, luar Sumbar 7 tim, dalam provinsi 6 tim dan dari kesatuan 12 tim. Dari dalam negeri antara lain, Podsi Bengkalis, Riau, Kampar, SMA Olahraga Pekanbaru, Podsi Kab. Kuansing, SMK Lusiana Kabupaten Tangerang, Podsi Papua Barat.
Dari kesatuan, Marwil Tim Surabaya, Marinis Cilandak, Dolphin, Arwana, Kolonlamil Jakarta, Satlinlamil Jakarta, Armabar Jakarta, Lantamal 1 Medan, Lantamal II Padang, Yonif 133/ YS Padang, Yonif 131/ BS Payakumbuh, Brimob Polda Sumbar, Satpol Air Polda Sumbar.
Dari luar negeri, Club Tasik Malaysia, Polisi Diraja Malaysia, Putra Jaya Malaysia. Dari Sumbar, Podsi Agam, Kota Padang, Dishub Kota Padang, SMP 31 Padang, SMKN 10 Padang, Podsi Sumbar
Yang dipertandingkan delapan nomor cabang, yaitu nomor 800 meter putra 22 pendayung, 800 meter putri 22 pendayung, 800 meter campuran 22 pendayung, 800 meter putra 12 pendayung, 800 meter putri 12 pendayung, 800 meter campuran 12 pendayung serta 800 meter putra 12 pendayung antar kesatuan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan budaya luhur Nenek Moyang sebagai salah satu bangsa Bahari, memperkenalkan budaya Masyarakat Minang di mata internasional, mempromosikan potensi pariwisata Sumatra Barat dan Kota Padang, dan barometer prestasi atlet dayung Kota Padang, serta menumbuhkan jiwa sportivitas yang tinggi serta membangun kerjasama dan setiakawan.
Hadiah yang diperebutkan berupa, piala Bergilir Menteri Kelautan dan Perikanan RI, dan piala tetap dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, Menhub RI, Menegpora RI, Pangarmabar, Pangdam I Bukit Barisan, Gubernur Sumbar dan Kapolda Sumbar. Juga Bonus Berupa Uang Tunai total Rp150.000.000.

Asal-usul perahu naga
Lomba perahu naga sejak ribuan tahun lalu merupakan perayaan sebagai simbol kekuatan semangat dalam kebudayaan bangsa China (Tionghoa).
Perayaan besar bangsa Tionghoa itu diadakan setiap tahun tetapi saat ini perlombaan itu dapat disaksikan di seluruh penjuru dunia.
Ikut serta dalam perayaan perahu naga, baik sebagai pedayung atau pun penonton, merupakan hal menyenangkan dan dapat dinikmati setiap orang.
Masyarakat dapat menyaksikan perahu dengan beraneka warna, dihiasi kepala naga, ekor naga dan lukisan sepanjang badan perahu. Penonton berteriak dan memberi semangat bagi perahu pilihan mereka. Sementara itu pemukul genderang mengayunkan lengan memukul bertalu-talu berteriak untuk memberikan semangat dan menyelaraskan irama dayung bagi setiap peserta dalam perahunya.
Berdasarkan catatan sejarah, perayaan perahu naga bermula sekitar 2.000 tahun lalu ketika para penganut kepercayaan mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa kemakmuran dan kesuburan tanaman.
Akhirnya olahraga tersebut dipertandingkan di Asian Games XVI dan Indonesia sebagai negara maritim berhasil menyabet tiga medali emas.
Di Padang, dulunya pernah juga digelar lomba dayung di Seberang Palinggam sebagai bukti bahawa nenek monyang orang Minang dulunya pelaut. Dragon Boat itu dibawa oleh Fauzi Bahar pada tahun 2002 dan dikembangkan di Kota Padang yang ketika itu bertugas di Angkatan Laut. Setelah terpilih menjadi walikota, dragon boat itu tumbuh dan berkembang.

Dragon boat perpaduan olahraga dan wisata
Dragon boat memang diakui sudah mulai menjadi ikon pariwisata Kota Padang dan iven kalender (kalender tahunan) Kota Padang. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Edi Hasyimi mengakui, dragon boat memang menjadi daya tarik tersendiri buat pariwisata Kota Padang di samping iven-iven lain.
Guna menunjang pariwisata, Pemko Padang dengan biro perjalanan wisata dan perhotelan harus membuat paket wisata olahraga yang berkaitan dengan dragon boat.
Para wisatawan pun juga diberi kesempatan untuk merasakan mendayung perahu naga di sela-sela perlombaan. Sehingga, para waisatawan bisa lebih tertarik datang ke Kota Padang untuk menyaksikan dengan perahu naga.
Di samping itu, panitia juga bisa menggelar berbagai kegiatan seni tradisi di kawasan GOR H. Agus Salim itu untuk menunjang perahu naga. Sehingga, ada alternatif lain yang dilihat dan dikerjakan. Selanjutnya, panitia bisa lebih mengajak banyak negara luar untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
(J.E Syawaldi CH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar