Featured Video

Rabu, 27 Juli 2011

MARIANI LUKA PARAH DISERUDUK BABI-PADANG


Malang sekali nasib Mariani, 46 tahun, saat dirinya hendak pergi ke ladang. Di per­te­nga­han jalan tiba-tiba ia diseru­duk babi belasan meter jauh­nya, lantas digigit. Akibatnya, daging telapak tangan kiri Mariani koyak dan hampir tembus, tangan kirinya penuh luka sobekan, serta penuh dengan tusukan duri pohon salak.

Kejadian bermula Minggu (24/4) siang kira-kira pukul 11.30 WIB ketika Mariani, ibu delapan anak warga Koto Baru Gaduik, Limau Manih Selatan, Padang tersebut sedang menuju ladangnya di Bukik Lantik dengan niat memberi makan kambing peliharaannya. Jarak dari kediamannya menuju ladang diperkirakan lebih kurang satu jam. Akan tetapi baru setengah jalan, Mariani tiba-tiba diseruduk tiga ekor babi yang terluka diperkirakan karena tergigit anjing peburu. “Di daerah tersebut hari itu sedang ada acara buru babi bersama, tapi amak tidak mengetahuinya,” kata Eri (32) anak pertama Mariani ketika ditemuiHaluan di RS. Tentara, Gantiang Padang.
Dari cerita yang didapat dari ibunya, lanjut Eri, ibunya terseret beberapa meter akibat diseruduk babi sampai akhirnya tersudut pada pohon salak. “Karena itulah di tubuh ibu banyak duri salak,” katanya.
Dan saat tersusut itulah salah satu babi menggigit tangan kiri Mariani, sementara dua babi lain masih berusaha menyeruduknya. Ketika babi tersebut berusaha mengalihkan gigitannya dari tangan ke leher Mariani. Saat itulah dirinya berhasil lepas dan meloncat ke dalam bandar aliran air. “Seketika itu ibu menjerit minta tolong, tapi tak ada orang yang lewat,” tambah Eri.
Mariani yang kehabisan tenaga di dalam bandar karena sekujur tubuhnya luka sobek dan tusukan duri, berusaha mengontak keluar­ganya lewat ponsel yang dibawanya. “Saat itu ibu sembarangan memencet nomor, telpon itu sampai pada tukang ojek di dekat rumah, dan tukang ojek itulah yang menyam­paikan pada kami,” tambah Eri lagi.
Saat keluarga Mariani mengetahui kejadian naas tersebut, mereka langsung menuju lokasi yang dikabar­kan, termasuk Zul (60) suaminya dan dua orang anak laki-lakinya Imel (27) dan Albert (25). “Satu jam lebih pula kami berjalan menuju lokasi, dan kami menemukan ibu sudah pingsan di dalam bandar aliran air,” ucap Imel memperkirakan mereka sampai pukul 13.00 WIB. “Kami langsung membawa ibu dengan cara bergantian membopongnya,” lanjut Imel sambil mengatakan ada enam orang yang menjemput Mariani ke lokasi.
Kira-kira pukul 14.00 WIB, sesampai di Bukik Karang, yakni salah satu jalur yang bisa ditempuh kendaraan roda empat Mariani dilarikan ke RS Tentara di Gantiang. Secara tak sengaja keluarga yang menjemput Mariani tersebut menye­top salah satu kendaraan roda empat salah seorang anak dari peburu babi yang ingin menjemput ayahnya berburu. “Kami langsung stop saja dan minta tolong karena kondisi ibu sudah kritis,” lanjut Imel.
Pertanggungjawaban Peburu
Imel mengatakan salah satu keluarganya sudah menghubungi ketua peburu yang ada di Gaduik. Ia menyangkan sekali tidak adanya informasi dari pelaksana kegiatan berburu babi tersebut pada masya­rakat. “Seandainya saja ada larangan di jalur itu tidak boleh dilewati hari itu tentu ibu saya tidak akan melewa­tinya,” tandasnya.  Menurut Imel, dari hasil pembicaraan salah seorang keluarganya dengan ketua peburu babi di Gaduik, belum ada kesepaka­tan apapun menyoal pertang­gungja­waban kejadian yang dialami Maria­ni. “Katanya, akan dibicarakan lebih lanjut tapi sampai sekarang (25/7) belum ada satu pun dari peburu itu yang melihat ibu ke rumah sakit,” lanjutnya.
Saat ini Mariani sudah menda­patkan perawatan intensif di Ruang Rawat Inap III RS. Tentara setelah kemarin siang dilakukan operasi penjahitan di bagian yang luka dan mengeluarkan duri pohon salak di tubuhnya. Informasi yang didapat Haluan dari dokter yang melakukan operasi, beberapa pembuluh di bagian tangan kiri Mariani mengalami kerusakan dan akan alam proses penyembuhannya.
Sementara itu, keluarga Mariani berharap pada panitia agenda peburu babi agar ke depannya tidak terjadi lagi hal yang serupa. “Sebagian besar masyarakat di daerah kami itu peladang, melitasi jalur yang diagen­dakan untuk buru babi itu. Kalau kejadian ini berulang lagi tentu akan banyak korban lain,” kata Eri berharap jika pun ada acara buru babi agar panitia bisa mengkon­disikan dengan memberikan info tentang jalur mana yang tidak boleh dilewati oleh peladang.u Esha Tegar Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar