Featured Video

Senin, 01 Agustus 2011

Bukittinggi- Padang Panjang Macet


RIBUAN WARGA PERGI BALIMAU
BUKITTINGGI, HALUAN — Sudah menjadi kebiasaan dan budaya bagi masyarakat di da­erah ini yang beragama Islam, pergi “Balimau” atau mandi dengan bunga-bunga yang harum (bunga rampai-red) sebelum melaksanakan ibada puasa di bulan Ramadan.
Bagi umat Islam, pergi balimau tidak saja menjadi sebuah ritual kebudayaan, tetapi sekaligus bertujuan untuk pergi berwisata.

Mereka tidak pernah me­nen­tukan di mana tempat pemandian khusus untuk bali­mau. Tapi, mereka akan mandi ke obyek-obyek wisata yang banyak  dikunjungi seperti Danau Singkarak, Mifan di Kota Padang Panjang serta Lembah Anai.
Pengamatan Haluan, sejak Sabtu siang hingga Minggu sore kemarin, antrian panjang ken­daraan sampai malam terlihat mulai dari Jambu Air Bukit­tinggi hingga Anak Aia Padang Panjang, karena mayoritas pengendara mobil pribadi pergi balimau ke Mifan Padang Panjang dan Air Terjun Lem­bah Anai.
Susi, salah seorang pengen­dara mobil pribadi dengan keluarganya, sambil membawa bunga tujuh ragam dan bunga rampai yang sudah dilarutkan dalam ember berisi air, kepada Haluan menyebutkan, bahwa mandi balimau sebelum masuk Ramadan merupakan simbol kesucian jiwa untuk menempuh Ramadan.
“Ya, bukan berarti balimau dengan bunga rampai dan bunga 7 ragam ini, kita sudah suci.
Tapi ini merupakan simbol kesucian raga setiap akan memasuki Ramadan,” kata Susi. Menurut Susi, tidak ikut pergi balimau juga tidak ada dosanya. Tapi kalau tidak pergi, terasa berat dilihat orang kampung,” kata Susi yang mengaku datang dari Kamang ini ketika sedang terjebak kemacetan di Padang Panjang.
Sementara di pasar tradi­sional Pasar Bawah, Bukit­tinggi, pedagang bunga rampai dan bunga tujuh ragam banjir rezeki. Mereka menjual satu bungkus bunga rampai berikut racikan lainnya komplit Rp15 ribu per bungkus.
“Setiap akan masuk Ra­­ma­­dan inilah kami sedikit meraup rezeki lebih. Di hari-hari biasa, bunga rampai dan  bunga 7 ragam ini tidak banyak dimi­nati orang,” kata Rabiyah, seorang nenek peda­gang bunga rampai di Pasar Bawah. Rabi­yah mengaku, selama dua hari, dia bisa menjual bunga rampai hingga Rp500 ribu per hari, karena banyaknya pem­beli. (h/jon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar