Featured Video

Selasa, 02 Agustus 2011

INSIDEN NAFRI, EMPAT TEWAS DISERANG OPM


JAYAPURA, HALUAN — Kekacauan kembali terjadi di Kampung Nafri, Abepura, Jayapura, Papua, pada Senin dinihari. Akibatnya,  empat orang tewas, salah satunya seorang tentara. Pelakunya diduga Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Selain Prajurit Satu Don Keraf, anggota Kompi C Yonif 756 Senggi, tiga warga sipil ikut tewas, yaitu Sardi, sopir angkutan di Jayapura, dan sepasang suami-istri, Wisman dan Titin. Se­mentara tujuh warga lainnya dirawat di Rumah Sakit Abepura dan Rumah Sakit Bhayangkara akibat luka senjata tajam.

Awalnya, puluhan orang ber­sen­jata bergerombol di sekitar Kampung Nafri, Jayapura Papua. Mereka menebang pepohonan agar akses jalan dari dan ke Kampung Nafri tertutup. Selan­jutnya, kawa­nan bersenjata terse­but memeriksa setiap warga yang melintas.
Dalam insiden tersebut, selain Prajurit Satu Don Keraf, anggota Kompi C Yonif 756 Senggi, tiga warga sipil ikut tewas, yaitu Sardi, sopir angkutan di Jayapura, dan sepasang suami-istri, Wisman dan Titin. Sementara tujuh warga lainnya dirawat di Rumah Sakit Abepura dan Rumah Sakit Bha­yang­kara akibat luka senjata tajam.
“Peristiwa itu sangat cepat, kami dihadang dan langsung ada yang menembak,” tutur Aminah, salah satu korban yang mengalami luka di tangan.
Hingga laporan ini diturunkan, Kampung Nafri berada dalam kondisi mencekam. Aktivitas warga sempat terhenti setelah penembakan pagi itu.
“Penyerangan itu setelah para kriminal ini menebang pohon, itu mereka taruh di tengah jalan untuk menghadang kendaraan yang lewat. Pas ada yang lewat langsung ditembak,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Polisi Wachyono, Senin (1/8).
Wachyono belum bisa memas­tikan jumlah kendaraan yang dihadang pengacau keamanan tersebut. “Tapi, kalau dari yang tewas dan luka, semua korban lebih dari sepuluh orang,” ujarnya.
Kodam XVII Cenderawasih Papua belum mengetahui kalau seorang anggotanya tewas dalam insiden penyerangan oleh krimi­nal bersenjata di Kampung Nafri, Jayapura, Papua, Senin, 1 Agustus 2011, sekitar pukul 03.00 dini hari.
“Saya belum dapat laporannya. Ini masih rapat,” kata Kepala Penerangan Kodam XVII Cende­rawasih Papua, Kolonel Infanteri Ali Hamdan Bogra, Senin.
Setelah penembakan itu ada­lah Siti Amimah, 49 tahun; M.Saiun (25); Ahmad Saud ( 27); Tarmuji (49); dan Budiono (22). Se­dangkan yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, yakni Suyono, 37 tahun, dan Yulianto, 20 tahun.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (1/8) kemarin mengatakan, kejadian penyerangan tersebut diawali dari kontak senjata Brimob Polres Pinai dengan anggota OPM yang diperkirakan sebanyak 16 orang pada Jumat (29/7) pukul 08.00 WIT. Kontak senjata itu disebabkan 16 orang OPM, lima di antaranya mem­bawa senjata api, mendatangi proyek pembangunan Tower TV Papua. Salah seorang anggota OPM mendatangi pekerja, Andi Laupe dan Benediktus Brian dan melarang untuk meneruskan pembangunan tersebut.
Para pekerja pun melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Kapolres Paniai pun memerintahkan Brimob BKO Polres Paniai untuk mendatangi TKP. Saat tiba di lokasi, terjadi serangan tembakan dari 16 anggota OPM dan kemudian melarikan diri ke arah timur. OPM meninggalkan beberapa barang bukti seperti tas sebanyak empat buah, tujuh lembar baju loreng, tujuh butir amunisi SSI, satu butir amunisi mouser dan satu bendel dokumen OPM.
Kejadian kemudian berlanjut di tanjakan Gunung Mereh, Desa Nafri, Papua pada pukul 03.30 WIT, Senin dinihari. Mereka menghadang sebuah mobil pede­saan dari Desa Koya yang berisi sekitar sembilan orang dengan menebang pohon untuk meng­halangi jalan. setelah itu terjadi penganiayaan warga sipil hingga mengakibatkan empat orang tewas dan empat orang luka-luka.
“Korban tewas empat orang dan empat orang luka-luka terdiri dari dua orang luka berat dan dua orang luka ringan. Setelah melakukan penganiayaan, mereka menancapkan sebuah bendera OPM,” imbuhnya.
Sebelumnya, seorang tewas dan dua lainnya terluka parah dalam insiden penembakan oleh orang tak dikenal di Kampung Nafri, 28 November 2010 lalu.
Segera Ungkap
Elemen masyarakat Kota Jayapura, Papua meminta aparat keamanan baik Polisi dan TNI untuk segera mengungkap kasus penembakan di Kampung Nafri, Abepura yang mengakibatkan empat orang tewas.
“Kami minta kepada Pak Polisi untuk segera mengungkap siapa dibalik kasus ini,” kata ketua lembaga masyarakat adat Kabu­paten Keerom, Bonefasius A Muenda, di Jayapura.
Dikatakannya, kurang dari setahun penembakan terhadap warga sipil di tempat yang sama terulang kembali. Untuk itu aparat keamanan harus segera bergerak cepat dan tepat tanpa membuat masyarakat terusik dengan insiden tersebut.
“Secepat mungkin harus diung­kap, tanpa membuat masyarakat terusik oleh pengejaran dan penyisiran,” ujar Bonefasius.
Sementara itu, pemimpin persatuan gereja-gereja Baptis di Papua Socrates Sofyan Nyoman mengatakan penembakan tersebut merupakan tindakan kekerasan diluar batas kemanusiaan yang harus segera diungkap.
“Ini tindakan yang brutal, dan harus segera diungkap. Dan saya yakin ini pelakunya bukan dari mereka (TPN/OPM) yang ber­juang di hutan-hutan. Tetapi sekelompok orang yang sengaja dipelihara oleh kalangan tertentu,” katanya tanpa menjelaskan mak­sudnya lebih jauh.
Senada dengan Muenda, Wakil Ketua Komnas Ham Papua Matius Murib mengatakan insiden tersebut bukan yang kali pertama di sekitar Kampung Nafri. Akhir 2010 insiden serupa juga pernah terjadi.
“Untuk itu kesigapan aparat keamanan sangat diperlukan untuk mengungkap kasus ini.Kesigapan dan kecekatan aparat keamanan untuk ungkap kasus ini sangat diperlukan,” katanya. Matius juga meminta semua pihak ikut me­nga­wal pengungkapan persitiwa tersebut dan pihaknya akan mem­bantu mendorong kepolisian untuk segera mengungkap kasus tersebut.
“Kami akan mendorong agar paristiwa ini segera ditindaklanjuti dan ungkap siapa dibalik semua ini,” katanya.
Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso meminta Polri bertindak cepat mengatasi insiden penembakan yang menewaskan empat orang di Jayapura, Papua, agar tidak meluas.
“Saya minta kepada aparat negara agar segera turun tanan mengatasi insiden berdarah ini, jangan sampai ada pembiaran,” kata Priyo Budi Santoso di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin. Menurut dia, semua pihak agar bisa menahan diri untuk menjaga keamanan dan keter­tibanbersama. (ant/met)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar