Featured Video

Sabtu, 31 Desember 2011

Konflik PSSI, semua pihak harus utamakan kepentingan bangsa


Djohan Arifin Husein. (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Medan - Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Pusat, Djohan Arifin Husein, mengatakan bahwa semua pihak harus lebih mengutamakan kepentingan bangsa, dengan demikian masalah atau konflik yang mewarnai pesepakbolaan nasional saat ini dapat dengan cepat diselesaikan.

"Bila semua pihak yang terkait menjunjung kebesaran Merah Putih, maka saya optimistis masalah atau konflik yang mewarnai sepakbola Indonesia saat ini cepat selesai," katanya saat mengunjungi Gedung PSMS Medan, Jumat.

Ia mengatakan, dengan keluarnya ketegasan asosiasi federasi sepakbola internasional (FIFA) pada klub-klub ilegal hendaknya menjadi perhatian semua pihak di Tanah Air, karena bila klub-klub yang bermain di ISL tidak menyatakan sikapnya sampai dengan 20 Maret 2012, FIFA akan membawa persoalan itu ke sidang anggota FIFA.

"Bukan nama Djohar Arifin yang akan dibahas FIFA, tetapi Indonesia. Iini harus menjadi perhatian kita semua demi Merah Putih dan bangsa. Dalam upaya rekonsiliasi ini ada 13 orang pengurus kita kerahkan mengunjungi klub-klub yang sekarang berseberangan," kata mantan Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat itu.

Saat ditanya pers soal dualisme PSMS yang berlaga di Indonesian Super League (ISL) dan Indonesian Primier League (IPL), ia meminta klub kebanggaan masyarakat Kota Medan itu harus kembali bersatu dan ke jalan yang benar sesuai dengan ketentuan PSSI Pusat untuk mengikuti kompetisi legal, dan bukannya ilegal.

"Kedatangan saya ke gedung PSMS karena rindu dengan teman lama. Sebagai mantan pemain PSMS, saya sempatkan untuk melihat teman-teman lama yang dulu berjuang membesarkan nama PSMS dalam kancah sepak bola di Indonesia," katanya.

Sebagai mantan pemain PSMS, ia merasa bangga karena satu-satunya tim di Indonesia yang memiliki gedung untuk tempat berkumpul mantan pemain hanya ada di PSMS. Ini membuktikan kesolidan pemain dari dulu hingga sekarang masih terus melakukan silaturahim.

Hal ini sangat berbeda dengan klub di Indonesia yang hingga kini belum memiliki gedung tempat berkumpulnya mantan pemain.

Menurut dia, sebagai orang Medan dirinya telah berusaha semaksimal mungkin mengangkat PSMS ke level yang lebih tinggi atau kasta tertinggi sepak bola Indonesia dari Divisi Utama. 

Namun, ia mengemukakan, sangat disayangkan adanya dualisme kompetisi di Indonesia, PSMS yang mulanya akan melakoni pertandingan IPL sebagai kompetisi resmi PSSI, berbalik arah dengan memilih ISL yang merupakan kompetisi ilegal PSSI.

"Akibatnya untuk menyelamatkan PSMS dari sanksi, maka dibentuk PSMS IPL yang didukung oleh pengurus sepakbola dari 40 klub PSMS. Untuk itu dua tim PSMS yang telah terbentuk untuk bersatu kembali ke jalan yang benar sesuai dengan ketentuan PSSI," katanya.
(T.KR-JRD/M034)
Editor: Priyambodo RH(ANT)
Berita Terkait
Video

Tidak ada komentar:

Posting Komentar