Featured Video

Selasa, 20 Maret 2012

Syamsuddin Haris: Pernyataan Presiden Lebay, Ancaman Itu Risiko Politik


Jakarta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkap adanya gerakan aneh yang menginginkan pemerintahan jatuh sebelum Pemilu 2014. Namun bagi seorang kepala negara, ancaman yang diterima dinilai sebagai risiko politik.

"Yang namanya jabatan politik tertinggi tidak hanya Yudhoyono, di mana pun di dunia
di muka bumi ini selalu akan ada ancaman. Dan ancaman bagi seorang Presiden atau Kepala Negara itu merupakan risiko politik. Seharusnya tidak usah dikemukakan secara terbuka kepada publik," tutur pengamat politik, Syamsuddin Haris.

Berikut ini wawancara detikcom dengan Guru Besar Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bidang politik ini, Senin (19/3/2012):

Presiden Yudhoyono mengeluarkan pernyatan ada fenomena gerakan aneh yang inginmenjatuhkan pemerintah sebelum 2014. Seperti apa penilaian Anda?

Tidak ada. Saya melihat pernyataan presiden itu berlebihan alias lebay. Mau dilihat
dari mana. Tidak ada indikasi seperti itu. Kalau mahasiswa kan itu sudah biasa.

Demonstrasi mahasiswa di mana pun selalu muncul seruan untuk menjatuhkan Yudhoyono. Tapi itu sih bukan ancaman. Selama tidak ada dukungan politik di parlemen itu tidak bisa dianggap sebagai sebuah ancaman.

Tudingan tersebut bukan ditujukan pada oposisi?

Kekuatan oposisi di mana pun pasti mencari kelemahan serta kegagalan pemerintah. Situasi ini wajar saja. Tidak ada yang aneh kok. Yang aneh itu justru ketakutan serta kekhawatiran yang berlebihan. Aneh karena tidak ada indikasi. Nah, pemerintah juga perlu berkaca, munculnya reaksi demonstrasi di mana-mana dan eskalasinya semakin meningkat itu akibat kesimpang-siuran kebijakan. Pemerintah terlalu berwacana menunda-nunda mengambil keputusan.

Presiden juga mengungkapkan ada yang mengancam keselamatan dirinya. Ini juga berlebihan?

Yang namanya jabatan politik tertinggi tidak hanya Yudhoyono, di mana pun di dunia
di muka bumi ini selalu akan ada ancaman. Dan ancaman bagi seorang Presiden atau Kepala Negara itu merupakan risiko politik. Seharusnya tidak usah dikemukakan secara terbuka kepada publik.

Sampaikan saja ke jajaran intelijen misalnya ke Badan Intelijen Negara, intelijen TNI atau intelijen kepolisian. Dia pun pernah melakukan hal serupa tahun 2009 lalu. Makanya ini berlebihan kalau diulang-ulang terus.

Ada indikasi ucapan-ucapan Presiden berhubungan dengan penggerebekan terduga teroris di Bali?

Saya tak bisa memastikan itu. Dan sepertinya terlalu jauh jika mengaitkannya. Namun
yang saya lihat ancaman terhadap Presiden dan keluarganya belum ada. Polisi juga belum mempersoalkan.

(vit/nwk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar