Featured Video

Rabu, 11 Juli 2012

Merugi Ratuhan Juta Rupiah, Pemilik Truk Malah Dituntut Ganti Rugi


KOMPAS.COM/SUDDIN SYAMSUDDINJembatan di Desa Sabbang Paru, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, ambruk bersama truk sepuluh roda pengangkut sembako yang melintas di atasnya.


Runtuhnya jembatan darurat (Bally) Sungai Karejo di Kecamatan Lembang, Pinrang, 5 Juli lalu tak hanya membuat ratusan kendaraan yang akan melintas
tersendat. Tetapi, pemilik truk bernopol DD 9983 QE, Jamaluddin Yunus, juga terkena apes.
Pasalnya, Jamaluddin bukan cuma merugi hingga ratusan juta akibat rusaknya barang angkutan dan mobil yang jatuh di jembatan tersebut, tetapi dia pun dituntut ganti rugi. Jamaluddin mengaku dipaksa harus membayar ganti rugi atas kerusakan jembatan darurat tersebut.
"Ini sulit kami terima karena kami memang tidak mampu. Sudah merugi demikian banyak, dituntut pula ganti rugi jembatan," terang Jamaluddin, Selasa (10/7/2012).
Jamaluddin dituntut ganti rugi oleh PT PT Idaman Duta Mandiri beralamat di Jl Andi Makkasau No 9 Pinrang, selaku penanggung jawab jembatan darurat itu. Tetapi dalam surat yang bernomor 01-TDN-JBT111-2012 itu, Direktur PT Idaman Duta Mandiri, Franky Kalangi, menyebut bahwa jumlah ganti rugi akan ditentukan oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) VI Makassar.
Jamaluddin menganggap, tuntutan ganti rugi itu sangat memberatkan. Apalagi, kendaraan yang memuat barang pecah belah tersebut hanya bermuatan total 25 ton (bukan 35 ton). Rincinya, muatan barang 15 ton dan berat kendaraan 10 ton.
"Seharusnya, kami yang sangat dirugikan inilah yang menuntut. Bukan sebaliknya," tegas Jamaluddin.
Jafar, sopir truk milik Jamaluddin itu juga mengakui sangat apes. Pasalnya, dua kendaraan di depannya yang beratnya dua kali lipat dari kendaraannya berhasil lolos. Ia mengatakan, ada truk pengangkut semen 700 zak dengan total berat 35 ton di depannya. Sopir truk itu bernama Bahar, yang juga kenalan Jafar.
"Yang lebih parah lagi, di depan truk pengangkut semen itu ada mobil pengangkut alat-alat berat yang lebih dulu melintas. Tapi, kami yang di belakang yang kena," terang Jafar.
Jafar juga mengisahkan, dalam perjalanan menuju Polman, kendaraannya juga sudah masuk di jembatan timbang Maros dan Parepare. "Tapi sudah menjadi rahasia umum, kalau lewat di jembatan timbang itu yang terpenting setorannya. Jadi kami berlalu tanpa kendala," terang Jafar lagi.

http://regional.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar