Featured Video

Rabu, 21 Agustus 2013

Ilmuwan Mengintip Perang Suriah Lewat Satelit

Ilmuwan Mengintip Perang Suriah Lewat Satelit
Foto yang diambil 30 Januari 2013 ini memeprlihatkan kota Homs, Suriah, yang hancur akibat perang saudara. Tentara pemerintah dan penentang presiden Suriah Bashar al-Assad berusaha menguasai kota strategis itu. REUTERS/Yazan Homsy

Brutalnya situasi perang sipil di Suriah menyisakan kerusakan di berbagai sudut Aleppo. Tidak semua orang memiliki akses untuk melihat kondisi kota itu. Namun, para ilmuwan memiliki cara lain untuk mengintip Aleppo, yaitu menggunakan satelit dari ruang angkasa.


Tim ilmuwan dari American Association for the Advancement of Science (AAAS) menganalisis serangkaian gambar beresolusi tinggi yang dibidik oleh satelit yang melintas di atas Kota Aleppo selama Agustus 2012 hingga Mei 2013. Mereka memperoleh gambar kerusakan bangunan serta infrastruktur yang terjadi sepanjang 10 bulan. Kerusakan terparah terkonsentrasi di area yang dikuasai kelompok pemberontak.

Mereka juga mendokumentasikan pusat sejarah Kota Aleppo, yang dikenal sebagai Kota Kuno Aleppo, mengalami kerusakan yang sangat parah. Kota itu ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1986.

"Kami mendokumentasikan zona perang," kata direktur di divisi Teknologi Geospasial dan Proyek Kemanusiaan, Susan Wolfinbarger, Selasa, 20 Agustus 2013. Dari citra satelit itu diketahui orang-orang yang mengungsi ke luar rumah untuk menghindari kecamuk perang saudara. Namun perpindahan itu tidak dapat terlihat secara jelas karena mereka tidak bisa bebas bergerak meninggalkan Aleppo.

"Kami memberikan gambaran komprehensif ihwal situasi dari waktu ke waktu, serta memeriksa keadaan seluruh Kota Aleppo," Wolfinbarger menambahkan.


Aleppo menjadi pusat kerusuhan sejak Juli 2012. Sejak konflik pecah antara kelompok pemberontak dan loyalis Presiden Bashar al-Assad, kota itu dilanda kerusuhan setidaknya tiga kali sehari. Kerusakan di wilayah itu ditandai dengan hancurnya gedung serta banyaknya lubang besar menyerupai kawah di sejumlah titik akibat baku tembak dan gempuran bom.

Melalui citra satelit, para ilmuwan dapat mengamati perubahan kondisi kota dari waktu ke waktu, seperti adanya peningkatan jumlah artileri, tank, serta pesawat tempur di sekitar kota. "Ini menarik bagi kami untuk melihat adanya berbagai rintangan di dalam kota," kata Jonathan Drake, seorang analis obyek imajiner yang tergabung dalam proyek ini.

Ia mengatakan, sebagian orang menduga kerusakan hanya terpusat di wilayah basis kelompok pemberontak. Padahal konsentrasi tertinggi kerusakan justru berada pada kelompok rezim berkuasa. Kondisi ini diketahui dari citra satelit.

Peneliti AAAS membandingkan sembilan gambar satelit yang diambil dengan interval secara reguler sepanjang 10 bulan. Mereka mengobservasi sedikitnya 713 insiden. Dengan cara itu, mereka mengetahui proses terjadinya kerusakan di Suriah. 

Hanya enam insiden di sejumlah distrik yang terlihat melalui satelit yang dikendalikan oleh loyalis Presiden Suriah. Sebagian besar kerusakan terdapat di area yang berada di bawah kendali kelompok Kurdi.

"Meskipun interpretasi lain muncul, mayoritas kerusakan terjadi karena aktivitas militer secara terus-menerus, seperti penggunaan pesawat tempur dan misil untuk membombardir wilayah pemberontak," ucap Drake, seperti dikutip Livescience.

Kota Kuno Aleppo berada di tengah rute perdagangan yang sudah aktif pada masa Sebelum Masehi. Para peneliti mengobservasi kerusakan di sejumlah situs kuno, seperti masjid, pemakaman, dan sejumlah situs bersejarah lainnya.

Analis mengungkap situasi di wilayah seluas sekitar 182 kilometer persegi di Aleppo. Foto dibidik oleh beberapa satelit yang secara periodik melintasi kota ini. Satelit juga membidik bayangan serta berbagai sudut bangunan. "Kami mampu mengobservasi banyak konflik, meski banyak tantangan," ia mengimbuhkan.

Proyek pengamatan satelit ini dipublikasikan awal Agustus lalu. Studi independen ini dilaksanakan atas permintaan lembaga Amnesty International Amerika Serikat.
Perang sipil di Suriah sampai hari ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Pada 25 Juli lalu, PBB mengumumkan perang saudara itu telah merenggut sekitar 100 ribu jiwa sejak dimulai tahun 2011.


s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar