Featured Video

Sabtu, 23 Juli 2011

Sisfarina Sukses karena KUR-Padang Singgalang


Arif Rizki

Awalnya Sisfarina, 38,
hanya bisa berharap
usaha furniturnya bisa berkembang pesat. Dengan kerasnya persaingan bisnis, usaha furnitur rotannya yang tergolong kecil, bisa tergilas habis bisnis besar. 
Dan hal itu memang terjadi. Usahanya tertinggal oleh pengusaha yang memiliki modal besar. Namun, berkat kegigihannya berkreasi, serta jeli memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), harapan Sisfarina menjadi kenyataan. Kini, barang dan kerajinan rotan yang ia rintis turun-temurun, sudah menguasai pasar di Lampung, Medan, Pekanbaru, Palembang, hingga Jakarta.
Usaha furnitur Sisfarina, yang bernama Alisis Furnitur ini sebenarnya sudah dirintis keluarganya sejak 1985. Sampai saat ini, lokasinya tidak berpindah-pindah, yaitu di Jalan Pitameh No.49 B, Lubuk Begalung, Padang. Pada awal perkembangannya, usaha ini cukup menjanjikan. Dimulai dari kursi, meja, kursi goyang, tempat koran, pot, dan souvenir dari Alisis diminati banyak kalangan. Namun, seiring berjalan waktu, Alisis mulai menemukan pesaingnya. Pengusaha-pengusahafurnitur besar pun bermunculan.
“Keberadaan kami sempat terancam pengusaha besar. Mereka memiliki modal dan kelengkapan materil yang jauh berbeda dengan kami,” ujar Sisfarina.
Namun ia tak tinggal diam. Sisfarina memutar otak untuk melebarkan usahanya. Ia pun melirik manau, bahan rotan terbaik dari Mentawai agar usahanya memiliki ciri khas tersendiri. Bahan ini jauh berbeda dengan bahan yang umumnya digunakan pengusaha sejenis.
Hanya saja, untuk berproduksi dalam jumlah besar, ia terkendala modal. Untuk penyediaan bahan mentah terbaik, dibutuhkan modal yang tak sedikit. Beruntung, karena usahanya sudah cukup terkenal, pada akhir 2010, Bank BNI pun meliriknya untuk penawaran bantuan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Ia pun menyambut baik kerjasama tersebut. Dari kerjasama ini, bank memberikan bantuan modal tanpa anggunan Rp50 juta.
Modal ini digunakan Sisfarina untuk memasok bahan mentah dalam jumlah besar. Kemudian, ia menawarkan kerjasama dengan beberapa hotel untuk pengadaan furnitur dan souvenir.
“Kerjasama ini berjalan lancar. Perlahan-lahan, setelah dibantu bank, usaha kami mulai berkembang. Kami pun berani melebarkan usaha ke luar kota,” ujarnya.
Kini hasil produksinya sudah tersebar ke berbagai provinsi di Sumatra. Karyawannya pun kini berjumlah enam. Yang lebih mengejutkan, omsetnya meningkat 30 persen.
“Dalam sebulan, pendapatan kami mencapai Rp20 juta. Angka ini jauh naik dibanding sebelumnya,” ujarnya.
Meski usahnya berkembang, Sisfarina mengaku tidak menaikkan harga jual, yang berkisar Rp 2,5-6 juta/set. Dengan perkembangan usahanya ini, ia berharap bisa lebih luas menjajal pasar furnitur dalam negeri, bahkan luar negeri.

Program KUR
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pemerintah bekerjasama dengan perbankan untuk pengembangan sektor riil, menekan angka kemiskinan dan memperluas lapangan pekerjaan masyarakat kelas ekonomi rendah. Di Sumbar, KUR untuk UMKM sangat diminati, karena debitornya tidak dibebankan bunga satu persen pun.
Bank BNI, sebagai salah satu penyedia KUR, sampai Juli sudah menerima 7.000 debuitor dari wilayah ekspansi Padang, Payakumbuh, Pesisir Selatan dan Pasaman Barat.
Menurut Wakil Direktur Sentra Kredit BNI Kota Padang, Erisman, realisasi KUR BNI di Sumbar sudah mencapai Rp43 miliar. Diprediksi, angka ini akan terus meningkat, seiring masih banyaknya peminat program ini.
Menurut Erisman, Sisfarina termasuk salah satu pengusaha kecil menengah yang sukses menjalankan program ini. Selain itu, beberapa pengusaha lele dan susu juga sedang dalam proses pengembangannya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar