Featured Video

Jumat, 12 Agustus 2011

KELUARGA PAGARUYUNG ACAP TAK DILIBATKAN


PROSES PEMBANGUNAN ISTANO BASA
PADANG,HALUAN — Proses pembangunan kembali Istano Basa Pagaruyung Tanah Datar yang kini menjadi temuan BPK RI, me­mun­culkan keprihatinan bagi keluarga besar keturunan Raja Pagaruyung.
Pasalnya, sejak diserah­terima­kannya hak pakai tanah kaum raja kepada Pemerintah Provinsi Sumbar untuk pembangunan Istano Basa, pihak keturunan keluarga Istano jarang dilibatkan dalam setiap proses yang berkai­tan dengan Istano Basa.

“Dulu sekali pihak keluarga, bersama Gubernur Sumbar dan pihak keluarga membuat sebuah perjanjian pada saat penyerahan hak pakai tanah untuk pem­buatan Istano Basa Pagaruyung. Saat itu dinyatakan bahwa hak pakai tanah berada di tangan Pemprov dan Pemda sebagai panitia pem­bangunan dan pe­ngelolaannya. Dalam kesepakatan itu juga dinyatakan bahwa keluarga akan selalu dilibatkan dengan apapun yang terkait dengan Istano,” ujar Sutan Muhammad Taufik Thaib, salah satu keturunan Kera­jaan Pagaruyung kepada Haluan, Kamis (11/5).
Sutan Muhammad Taufik Thaib yang saat itu menjadi kepala kaum ikut menandatangani kesepakatan antara keluarga besar raja dan pihak Pemerintah Provin­si Sumatera Barat saat itu. Namun sayang, selang beberapa waktu sejak pembangunan, pihak keluarga Taufik tidak begitu diikut­sertakan dalam setiap kegiatan terkait Istano Basa Pagaruyung.
Hal yang sama di­ung­kapkan Raudha Thaib yang meru­pa­kan pewaris perem­puan Istano Basa saat ini. Ditemui terpisah, Raudha mengatakan bahwa secara kesepakatan keluar­ga memang dinyatakan harus dilibatkan dalam setiap hal yang terkait dengan Istano Basa.
“Namun dilibatkan ternyata bukan berarti memiliki peran, akibatnya banyak hal yang tidak memberikan ‘tempat’ kepada keluarga. Menurut saya sebaiknya memang dalam pengelolaan Istano harus ada diskusi antara keluarga dengan instansi manapun yang kini menggunakan hak pakai tersebut. Sayangnya, sejauh ini kami cenderung hanya dilibatkan dalam acara pemberian gelar-gelar saja,” jelasnya.
Oleh karena itu, terkait proses pembangunan Istano Basa yang kini dalam proses pemba­ngunan­nya menjadi temuan BPK RI, baik Raudha maupun Taufik menya­takan belum mengetahui apa-apa tentang itu.
“Belum ada yang menyam­paikan informasi tersebut kepada kami,” ujar Taufik.
Berharap Tak Lupakan Sejarah
Sebagai salah satu destinasi pariwisata budaya Minangkabau, keberadaan Istano Basa memang tak bisa dipisahkan dengan sejarah yang melekat erat pada bangunan yang menjadi tonggak sejarah Minangkabau ini.
“Bagaimanapun untuk me­ngem­bangkan pariwisata budaya kita tak bisa menafikan sejarah. Baik Istano Basa maupun Silin­duang Bulan merupakan simpul-simpul budaya Minangkabau yang saling me­lengkapi. Sudah selayak­nya dijaga kelestariannya secara turun te­murun,” tandas Raudha lagi.
Selain itu kisah Kerajaan Pagaruyung ini juga memiliki kaitan erat dengan berbagai sejarah di daerah lain.
“Jadi kami hanya akan menjadi pusat adat, tidak akan ada yang memanfaatkan nilai sejarah ini untuk sebuah unsur politik apapun,” tegasnya. (h/dla)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar