Featured Video

Jumat, 12 Agustus 2011

Meraih Takwa


NASRULLAH NUKMAN

DALAM khutbah Jumat, khatib selalu menyerukan wasiat takwa kepada jamaah. Wasiat takwa menjadi rukun khutbah. Takwa adalah wasiat Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS Ali Imran 102).
Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda: “Bertakwalah kalian kepada Allah di manapun berada. Balas perbuatan jelek dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapus kejelekan itu, dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang terpuji”. (HR Tarmizi).
Takwa adalah wasiat abadi karena mengandung kebaikan dan manfaat sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Takwa adalah kumpulan dari semua kebaikan yang akan mencegah berbuat jahat. Dengan takwa seorang mukmin akan mendapatkan dukungan dan pertolongan dari Allah.
Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S An-Nahl 128).
Perintah untuk mencapai derajat takwa dijelaskan Allah dalam firman-Nya: “Hai manusia sembahlah olehmu Tuhanmu yang sudah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (QS Albaqarah 21).
Dalam ayat di atas, perintah ibadah yang Allah perintahkan kepada manusia baru bersifat umum, yakni ibadah wajib dan ibadah sunnah. Ibadah wajib terdiri shalat, puasa, membayar zakat, naik haji bagi yang mampu, dan ditambah dengan ibadah dalam bentuk kewajiban sosial seperti berbuat baik kepada kedua orang ibu bapak, kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, kepada tetangga, teman dekat dan sebagainya.
Sedangkan ibadah yang termasuk sunnah, seperti berzikir kepada Allah, memohon ampunan-Nya, berdoa, membaca Alquran, dan lainnya. Ibadah itu dipersiapkan untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa.
Firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS Albaqarah 183).
Mengapa Allah SWT merekomendasikan bulan Ramadhan sebagai sarana untuk meraih ketakwaan? Karena pada bulan ini terkumpul hampir seluruh bentuk peribadatan. Selain puasa ada Shalat Tarawih, Shalat Witir, tilawah Alquran, kajian keislaman, zakat, infak, sedekah dan i’tikaf. Bahkan balasan dari setiap amal ibadah yang dikerjakan selama Ramadhan dilipatgandakan Allah balasannya. Takwa artinya adalah menjauhi dan meninggalkan kemurkaan Allah. Takwa harus diwujudkan dalam bentuk mengerjakan yang diperintahkan Allah, dan meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya.
Para salafussaleh mendefinisikan takwa itu dalam ungkapan: “Mentaati Allah dan tidak maksiat, selalu berzikir dan tidak lupa, senantiasa bersyukur dan tidak kufur”. Sifat takwa akan senantiasa melekat pada pribadi seorang mukmin selama dia meninggalkan hal-hal yang sebenarnya halal, karena khawatir terjerumus kepada yang haram.
Apabila sifat takwa mampu diraih optimal selama Ramadhan, niscaya dia akan menjadi solusi bagi persoalan yang dihadapi.
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tiada mereka sangka. Barang siapa yang betakwa kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dijadikan kemudahan baginya dalam setiap urusan”. (QS At-Thalaq 2,3,4). (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar