Featured Video

Sabtu, 27 Agustus 2011

Naik Kapal Perang Menuju Kampung

GUSWANDI

Ribuan perantau Minang di Jabodetabek dan sekitarnya, Jumat sore kemarin meninggalkan Jakarta menuju kampung halaman di Sumatra Barat. Tak hanya dengan kendaraan roda empat, kapal terbang, bahkan juga dengan kapal laut. Pemberangkatan berlangsung di beberapa titik.
Di Pelabuhan Kolinlamil Tanjung Priok, seribuan urang awak diberangkatkan sekitar pukul 15.00 WIB dengan KRI Tanjung Nusannive. Pulang basamo dengan kapal perang ini diprakarsai Ikatan Keluarga Canduang Koto laweh (IKCK). 


Sedangkan perantau Lubuk Basuang yang tergabung dalam Forkan, pulang basamo dengan mobil, mereka berkonvoai. Ada sekitar 105 kendaraan roda empat pulang kampung beriring-iringan.
Sejak Jumat pagi, markas Kolinlamil dipenuhi perantau. Hampir seluruh kabupaten/kota terwakili. Tak ada desak-desakan saat menaiki kapal. Di kapal, perantau mendapatkan fasilitas yang nyaman, juga makan gratis dan kaos seragam pulang basamo.
Menurut pengurus IKCK, Armen J Piliang, dari 1.000 le-bih perantau yang naik KRI Tanjung Nusanive, mereka datang tepat waktu.
“Alhamdulillah pulang basamo kali ini ramai, dan hampir dari seluruh daerah,” ujarnya.
Lain hal dengan Forkan, mereka pulang dengan mengambil tempat berkumpul di daerah Matraman, Jakarta Timur, dan beberapa titik lain.
“Kita mencapai 105 mobil untuk berkonvoi,” kata Linda, Sekretaris Forkan kepada Singgalang.
Pantauan Singgalang, lonjakan penumpang bus antar provinsi juga terlihat di terminal Rawamangun. Sejak pagi bus yang membawa ratusan penumpang dan diperkirakan hingga malam hari mencapai 1.000 orang.
Di bandara Internasional Soekarno Hatta, lonjakan penumpang untuk penerangan ke BIm juga naik drastis.
Tak sekadar silaturahim
Ada yang menarik dari pulang basamo kali ini, khususnya untuk IKCK. Saat sampai di kampung halaman nanti, perantau akan melakukan penanaman pohon pelindung dan produktif. Sekitar 500 batang bibit dibawa dari Jakarta. Bagi petani di kampung, perantau membawa bibit unggul palawija dan tanamannya lainnya.
Anak yatim dan fakir miskin se Canduang Koto Laweh akan mendapatkan bantuan pada hari kemenangan nanti.
Forkan juga mempersiapkan sejumlah acara. Seperti deklarasi organisasi Forkan hingga pemberian kepada masjid dan mushala.
Kepala Kantor Penghubung Sumbar di Jakarta, Nadiar menyatakan dukungan penuh pulang basamo ini. Menurutnya, acara ini sangat bermanfaat dan patut dicontoh perantau lainnya.
“Dengan berkoordinasi pulang basamo akan lebih terasa dan dapat pula membantu kampung halaman,” ujarnya.
Tentang adanya data base yang akan diserahkan Forkan, Nadiar mengatakan itu yang selama ini ditunggu-tunggu. Perantau Minang di Jakarta dapat didata dan sangat berguna bagi pemerintah daerah maupun perantau sendiri.
Nadiar juga mengharapkan organisasi perantau lain dapat memiliki data base juga, dan menyerahkan kepada Kantor Penghubung.
Dendang Minang di perjalanan
Selama dalam perjalanan dari Jakarta ke Padang, perantau akan disuguhi hiburan musik Minang. Nyanyian merdu dibawakan langsung oleh artis Minang yang ikut dalam perjalanan, tentu saja tidak lupa dengan suara merdu alat musik saluang.
“Memang ada hiburan Minang selama perjalanan supaya kerinduan terhadap kampung halaman makin terasa,” jelas Armen.

Sejarah KRI Nusanive
Menurut Ketua IKCK Jakarta, Muharaman Ibrahim, KRI Tanjung Nusanive dengan nomor lambung 973 adalah salah satu kapal angkut milik TNI-AL. Kapal ini sebelumnya adalah kapal angkut penumpang sipil milik PT Pelni dengan nama KM Kambuna. Setelah diserahkan kepada TNI AL kapal ini dinamakan KRI Tanjung Nusanive.
Kapal dengan panjang 144 meter, lebar 23 meter, draft 5,9 meter, DWT 3.400 ton, GRT 3.947,80 ton, dan NRT 8583,82 ton, dengan kapasitas penumpang (sewaktu menjadi kapal sipil) Kelas 1: 100 orang, Kelas 2: 200 orang, Kelas 3, 300 orang, Kelas 4, 472 orang, dan Kelas Ekonomi 500 orang.
KRI Tanjung Nusanive dibuat tahun 1984 dan mulai dioperasikan 25 Maret 1984. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar