Featured Video

Rabu, 24 Agustus 2011

Perantau, Bangunlah Kampung Halaman


Musim mudik datang lagi. Beberapa hari ke depan, Sumatra Barat akan diramaikan perantau. Tradisi mudik selama Lebaran bernilai strategis. Perantau bisa memainkan peran dalam membangun kampung halaman.
Masyarakat di kampung halaman memiliki besar pada perantau. Selama ini, perantau telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sumbar. Tak terbilang jumlah dana yang ditransfer ke saudara di kampung halaman.
Perantau, tentu tak semua beruntung di negeri orang. Namun, mayoritas perantau berhasil dalam bidang ekonomi maupun penguasaan pengetahuan. Bagi mereka yang mapan secara ekonomi, tentu diharapkan kontribusi dalam membangun daerah secara nyata, dalam arti bantuan keuangan.
Bagi mereka yang menguasai pengetahuan, paling tidak bisa melakukan alih kemapuan dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. Perantau mesti memberikan transformasi, sehingga memberikan nilai lebih pada masyarakat.
Belajar dari pengalaman selama ini, perantau banyak yang pamer kesuksesan, namun tak berbuat banyak bagi masyarakat. Mereka dengan bangga menggunakan mobil mewah. Berdiri di jalanan, sambil tunjuk kiri-kanan dengan mengenakan kaca mata hitam. Bahkan, mereka juga pamer HP terbaru kepada warga di kampung.
Simbol-simbol yang dipertontonkan kepada masyarakat, menegaskan kalau si perantau sukses. Bagi masyarakat, bukan hal itu yang diperlukan. Masyarakat menanti uluran tangan secara nyata, bagaimana menjadikan daerah lebih maju.
Di lain pihak, selama ini perantau juga banyak yang hanya bisa menyalahkan kondisi di kampung halaman. Semua dianggap tak benar. Padahal, perantau yang menyalahkan itu, selama ini juga tak pernah berbuat bagi masyarakat.
Perantau perlu dilibatkan dalam membangun daerah, karena kemampuan keuangan pemerintah juga terbatas. APBD terlalu dikuras bagi kepentingan aparatur. Dalam konteks ini, perantau perlu lebih berbuat yang hasilnya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Harus diakui pula, banyak perantau yang berbuat. Namun, sebatas memberikan insedentil menghadapi Lebaran terhadap sanak-saudara. Bukan membuat sesuatu yang bisa berdampak jangka panjang.
Dalam hal ini, diperlukan kekompakkan paguyuban perantau. Bila orang perorangan berbuat bagi masyarakat, tentu tak bisa menghasilkan sesuatu yang bersifat maksimal. Bila ada kebersamaan, pasti kemapuan finansial akan lebih terjamin.
Perantau tentu jeli melihat potensi di kampung halamannya. Potensi yang bisa membuka lapangan kerja dan meningkatkan daya beli masyarakat, maka sektor itu yang perlu dikeroyok secara bersama.
Membawa saudara bekerja ke perantauan, memang diakui bernilai positif. Namun, alangkah lebih baik jika perantau yang membuka lapangan kerja di kampung halaman. Bila hal itu terwujud, dipastikan pertumbuhan ekonomi di daerah akan lebih cepat, karena uang bergulir di daerah.
Pemerintah daerah perlu lebih mendorong bagaimana perantau membangun kampung halaman. Jika pejabat diundang menghadiri halal bihalal, jangan hanya sekedar hadir. Tapi, ajaklah perantau itu turut menjadi bagian dari pembangunan daerah.
Kita khawatirkan, mudik hanya menjadi tradisi tanpa makna. Padahal, mudik momentum strategis bagi kemajuan daerah. Mudik tentu bukam sekadar berdesak-desakan menunjukkan identitas kemapanan diri. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar