Featured Video

Kamis, 29 Maret 2012

ALIRAN SESAT SERBU RANAH MINANG


25 SUDAH TERPANTAU
Bakor Pekem mencatat terdapat 25 aliran sesat di Sumbar, namun yang belum terpantau masih banyak lagi. Masyarakat luas dan anak-anak perlu dibentengi pemahaman yang keliru.

PADANG, Ketua DPW Muhammadyah Sumbar, Darlis Ilyas menyentil kebia­saan masyarakat yang selalu terkejut dengan kegiatan orang lain yang dinilai menyinggung perasaannya, tetapi seakan lupa dengan masalah dirinya sendiri.
Harus diakui, persoalan hidup beragama masyarakat di Sumbar sangat mem­pri­ha­tinkan. Aliran sesat memang banyak di Sumbar. Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Ba­kor Pakem) mencatat sekitar 25 aliran. Tetapi yang tidak ter­ca­tat atau belum terpantau ma­sih cukup banyak lagi. Te­tapi masalah keagamaan masing-ma­sing individu juga patut dipertanyakan, seperti keta­atan­nya menjalankan salat 5 waktu.
“Kita ini bagaikan kain panjang yang dilipat rapi, tetapi di dalamnya ragi kain panjang itu sudah habis dima­kan ngegat. Artinya, kita perlu benahi individu muslim itu sehingga tidak ada lagi kemak­siatan dan kebejatan moral yang dilakukan anak keme­nakan kita,” kata Darlis dalam rapat koordinasi organisasi massa (Ormas) Islam dengan Badan Kesbangpol Linmas Sumbar di kantor Gubernur Sumbar, Rabu (28/3).
Dikatakan, data yang ada menyebutkan sekitar 2,5 juta anak di Indonesia ini lahir di luar nikah dan sekitar 4,5 juta penduduk merupakan pemakai narkoba. Lalu data lainnya, 93,7 persen siswa SMP pernah ciuman dan melakukan oral seks serta 21,2 persen siswa SMP ini pernah melakukan abortus.
Pendidikan di sekolah ber­jalan sebagaimana mestinya, tetapi pelaksanaannya belum maksimal. Disamping itu apli­kasinya juga belum berjalan. Banyak anak kemenakan yang tidak menjalankan perintah wajib shalat 5 waktu. Apalagi untuk menjalankan kewajiban lainnya. Mereka yang seperti ini rentan terpengaruh dengan ajaran sesat, apalagi diberi iming-iming tertentu.
“Bentengi dulu internal kita, perkuat keimanan dan keyakinan beragama mereka. Karena mereka ini lah yang rentan terpengaruh dengan ajaran atau aliran sesat,” katanya.
Ketua MUI bidang Fatwa Gus­rizal Gazahar menyebutkan, setiap waktu selalu disibukkan dengan masalah aliran sesat ini. Padahal yang diperlukan itu adalah mem­bentengi anak kemenakan dan masyarakat luas umumnya dari pemahaman keliru tentang islam. Melalui dakwah yang disampaikan para dai dan ustad itu diharapkan dapat melindungi mereka dari pengaruh ajaran sesat.
Namun dakwah yang disam­paikan itu harus terpola dan dipetakan. Para dai dan ustad harus tahu kualitas dan kuantitas jemaahnya, apa yang mereka butuhkan. Sebab yang terjadi selama ini, dakwah yang disam­paikan hanya berdasar kemauan ustad saja, karena mereka tidak tahu tingkat pendidikan jemaah, latar belakang sosial jemaah maupun informasi lainnya . Sehingga hasil yang dicapai juga tak sesuai dengan yang diharapkan.
“Kita mengharapkan dalam waktu 6 bulan ini, pemerintah daerah dapat membuat peta kondisi umat baik kualitatif maupun kuantitatif, sehingga diketahui potensi yang ada di daerah itu termasuk potensi pemurtadan. Sehingga kita tidak disibukkan dengan terus dengan aliran sesat seperti ini,” kata Gusrizal.
Gusrizal tak menampik masuk­nya aliran sesat di tengah kehidupan masyarakat, seperti Aliran Kea­gungan Illah (AKI) di Bukittinggi yang beranjak dari pluralism agama, adapula aliran Bahay, aliran Jemaah Islamiyah yang sudah ditetapkan Bakor Pakem sebagai aliran sesat, LDII dan lainnya.
Kepala Badan Kesbangpol Linmas Faisal Syarif didampingi Kabid Pembinaan Kemasyarakatan, Zulnadi mengatakan, kasus aliran sesat yang tidak muncul memang masih  banyak lagi. Masyarakat sangat mudah terpengaruh dengan ajaran ini. Dan ke depan memang perlu kerjasama dan koordinasi dengan Ormas Islam untuk penga­wasan kegiatan ajaran ini termasuk upaya membentengi umat muslim Sumbar. (h/vie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar