Featured Video

Senin, 30 Juli 2012

WARGA RAWANG CANDUANG GUGUAK BUNCAH - Rosi Dibunuh di Tapian


 Aksi perampokan tragis kembali terjadi di Agam. Seorang gadis, Rosi Fitriani, (28), warga Rawang Canduang Guguak, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam ditemukan tewas mengenaskan dengan sekujur tubuh dipenuhi darah di tapian pemandian umum, Jorong Canduang Guguk Katiak, Nagari Canduang Koto Laweh, Agam Sabtu (28/7).

Diduga korban melakukan per­lawanan saat akan dirampok oleh orang tak dikenal yang bersenjata tajam. Hal ini ditandai dengan ditemukannya luka gores pada jari kelingking kiri korban, yang diduga akibat aksi perlawanan korban yang mempertahankan harta dan nyawanya. Selain itu, kepala bagian belakang korban juga ditemukan luka-luka, yang diduga akibat dibacok perampok.
Korban ditemukan pertama kali oleh eteknya, Yanti (35) di pemandian umum, sekitar pukul 11.00 WIB dalam keadaan tergeletak dengan sejumlah luka bacokan di bagian kepala korban. Saat ditemukan  korban sudah tidak bernyawa lagi, yang hanya mengenakan celana dalam. Di samping korban ditemukan seonggok kain cucian serta sejumlah piring, bekas cuciannya. Korban berada dalam posisi terlungkup. Terlihat darah segar masih keluar dari kepala korban. Diduga korban dibunuh sekitar satu hingga tiga jam sebelum ditemukan.
Kejadian ini sempat membuat warga sekitar Canduang Agam men­jadi geger. Di lingkungan keluarga dan masyarakat setempat, korban dikenal sebagai gadis baik-baik dan bekerja sebagai pengrajin sulaman di kampung tersebut.
Peristiwa tragis ini mengejutkan masyarakat setempat. Apa lagi peristiwa itu terjadi di tempat pemandian umum yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumah korban. Hingga Minggu (29/7), polisi masih melakukan pe­nyelidikan, dan belum mendeteksi identitas dan kebaradaan pelaku.
Kasat Reskrim Polresta Bukit­tinggi AKP Rendra Eko Cahyono mengatakan, peristiwa ini tak hanya menimbulkan korban jiwa semata, karena pelaku juga membawa kabur kalung lima mas dan cincin 2,5 mas yang biasa dipakai korban, dengan nilai total sekitar Rp9 juta.
“Korban tewas di lokasi kejadian, karena kehabisan darah. Beberapa saksi telah dimintai keterangan, namun minimnya saksi dan barang bukti membuat kepolisian sedikit bekerja keras untuk mengungkap pelakunya,” ujar Rendra Eko Cahyono.
Terkait kasus ini, Rendra Eko Cahyono juga mengaku kecewa atas sikap petugas Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi, yang telah melepas jenazah korban kepada keluarganya tanpa diketahui petugas kepolisian.
Padahal untuk mengungkap kasus ini, petugas memerlukan bukti visum dari rumah sakit, untuk membuktikan bahwa korban me­mang mengalami luka serius saat akan dibunuh. Namun langkah itu tampaknya akan sedikit berat dijalani kepolisian, karena saat ini korban telah dikuburkan oleh pihak keluarga korban.
“Karena ini merupakan kasus pencurian dengan kekerasan yang menyebabkan korban meninggal dunia, maka bukti visum sangat penting sekali. Tapi pihak rumah sakit mengatakan, bahwa pihak keluarga korban tidak menginginkan visum. Untuk masalah ini, sebaik­nya petugas rumah sakit berkoor­dinasi dengan polisi,” tutur Kasat Reskrim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar