Featured Video

Kamis, 22 Agustus 2013

Dari Mana Ide Tes Keperawanan Siswi di Prabumulih?

Pelajar SMA mengerjakan ujian.


Tiga hari sebelum peringatan hari kemerdekaan RI, 14 Agustus 2013, enam siswi SMA di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, berhasil lolos dari perdagangan manusia. Mereka semula hendak dijual kepada pria hidung belang seharga Rp1 juta per orang. Syukurlah transaksi itu berhasil digagalkan Kepolisian berkat informasi warga.


Namun masalah kemudian timbul karena salah seorang siswi yang berhasil diselamatkan dari perdagangan manusia itu mengaku sudah tidak perawan. Polisi mengatakan perempuan itu sesungguhnya bukan pelajar, namun mengaku sebagai siswi SMA. Apapun, pihak berwenang tak bisa tahu apakah perempuan itu memang benar tidak perawan lagi, atau ia sekedar membual.

Selanjutnya, orangtua dari salah satu siswi tersebut khawatir anaknya juga tidak perawan lagi. Dari sinilah muncul ide tes keperawanan untuk menghindari fitnah.
“Jadi tes sesungguhnya tidak diusulkan diterapkan untuk semua siswi, tapi terhadap salah satu siswi SMA yang terjaring kasus perdagangan manusia itu,” kata Kepala Dinas Pendidikan Prabumulih, HM Rasyid, Rabu 21 Agustus 2013.

“Jadi Disdik Prabumulih sebenarnya tidak pernah mewacanakan tes keperawanan bagi seluruh siswi atau calon siswi di Kota Prabumulih, apalagi mengajukan anggaran APBD 2014 untuk tes keperawanan tersebut,” ujar Rasyid.

Selain itu menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, Widodo, Dinas Pendidikan Prabumulih prihatin karena adanya sejumlah kasus mesum yang melibatkan pelajar. Perbuatan mesum itu, kata guru Bimbingan Konseling SMA Negeri 3 Prabumulih Deny Trisna, kerap dilakukan di Lapangan Olahraga Prabujaya.

Batal

Wacana tes keperawanan ini pun akhirnya batal direalisasikan. “Banyak segi yang dipertimbangkan, seperti pengaruhnya terhadap psikologi anak karena ini faktor pribadi dan manusia. Jadi tes keperawanan terhadap siswi tidak akan pernah terjadi,” ujar Rasyid.

Apapun, Rasyid sempat berpendapat tes keperawanan bisa menekan angka perilaku asusila di kalangan pelajar kotanya. “Ada efek positif bagi siswi karena mereka akan takut melakukan hal-hal negatif. Ini untuk kebaikan siswi itu sendiri,” kata dia.

Tapi DPRD Kota Prabumulih, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Prabumulih, kompak mengecam wacana tes keperawanan itu.
“Untuk apa sih melakukan tes virginitas? Kalau sudah tidak perawan lagi, terus mau diapakan? Apa dia tidak boleh sekolah? Kalau tujuannya untuk perbaikan supaya anak-anak terhindar dari hal negatif, ada cara-cara lain yang lebih baik,” kata Mendikbud M Nuh.

MUI Prabumulih tak kurang pedasnya mengkritik wacana tes keperawanan. “Ini berdampak kurang baik terhadap masyarakat. Agama Islam juga mengharamkan untuk melihat kemaluan seseorang,” ujar Ketua MUI Prabumulih, Ali Usman.
s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar