Featured Video

Jumat, 25 Oktober 2013

Ini Bahasa 'Setan' Pejabat yang Persulit Izin Buka Usaha

http://images.detik.com/content/2013/10/25/4/pns.jpg
Para pengusaha mengeluh, mengurus berbagai perizinan usaha menghabiskan dana miliaran rupiah. Memang tidak mudah mendapatkan izin ini apalagi banyak bahasa 'setan' para pejabat supaya proses perizinan berjalan lancar.

"Kita itu bukan tidak mau ada izin, izin itu diperlukan, namun untuk mendapatkan izin itu tidak mudah, apalagi harus berhadapan dengan para pejabat yang mengeluarkan bahasa-bahasa setan," kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta ketika berbincang dengan detikFinance, Jumat (25/10/2013).

Tutum mencontohkan ketika pengusaha datang ke kepala dinas, camat atau pejabat yang menerbitkan izin memberikan kode bahasa tumbuh sambil berucap ini susah izinnya.

"Dengan gaya setengah mabuk, kita mau minta izin, dia bilang wah itu susah izinnya, itu kode bagi pengusaha bahwa ini mahal bayar izinnya," ucap Tutum sambil menirukan gaya orang lagi mabuk.

Tutum mencontohkan lagi, bahasa-bahasa setan para pejabat yang persulit perizinan, yang ungkapannya izin ini sulit tapi bisa dibantu.

"Ada lagi, kita datang ke pejabat pemberi izin, saat kita ajukan, dia bilang izinnya sulit tapi saya bisa bantu, itu kode juga kalau izinnya perlu uang banyak tapi nggak terlalu mahal," ungkapnya.

Bahkan baru-baru ini ia 'disemprot' salah satu lurah yang tidak mengerti kode 'setan' tersebut.

"Saya beberapa hari lalu dimarahi seoarang lurah, dia telepon 'hei, bos kami mau ada acara bisa lah sumbang air minum'. Saya kirim anak buah buat antar 10 dus air minum, eh dia telepon marah-marah bukan air minumnya yang dimaksud, ternyata mentahannya (uangnya). Contoh seperti ini makanya kita bilang ngurusin izin itu duitnya nggak terhitung, miliaran," katanya.

"Kalau saya tanya, apa nggak pusing (pengusaha) ngurusin yang seperti ini, gimana mau ngatasi yang begini-begini, kapan pengusaha kerjanya, cost banyak dihabisin ngurusin beginian, ujung-ujungnya ya kita bebankan ke harga barang kita, konsumen yang nanggung," tandasnya.

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar