Featured Video

Senin, 21 April 2014

Ketum Gerindra Gagal Lolos ke Senayan

Sekjen Gerindra Ahmad Muzani (tengah) bersama Ketua Umum Gerindra Suhardi (kanan), Waketum Gerindra Fadli Zon (kiri)
] Nasib tragis menimpa Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi. Caleg nomor urut satu Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut hampir dipastikan gagal melaju ke Senayan. Suhardi kalah dengan caleg nomor urut empat, Andhika Pandu Purugabaya yang mengumpulkan sekitar 78 ribu suara.


"Ini karena money politics luar biasa besar. Tentu nilai saya tidak sangat buruk menyumbang sekitar 60 ribu suara ke partai," kata Suhardi, Senin (21/4).

Dia mengatakan, sistem terbuka yang mengandalkan suara terbanyak membuat siapapun yang memiliki uang berlebih berpotensi lolos menjadi anggota DPR. Dia berharap, suatu saat nanti sistem yang berlaku sekarang dapat direvisi. Dengan demikian, caleg yang memiliki program jelas dan misi baik bisa duduk menjadi legislator.

Meski begitu, ia tidak menyesal telah gagal melewati ujian Pileg 2014. "Kerja saya tidak buruk selama dua tiga tahun terakhir bergerak ke masyarakat. Kenyataannya, partai tidak berhak menentukan caleg terbaik yang lolos," kata guru besar Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta itu.

Suhardi mengapresiasi pencapaian rivalnya, Andhika. Caleg berusia 31 tahun itu dinilainya berpotensi untuk meramaikan gedung DPR lantaran sanggup mendulang suara cukup besar. "Alhamdulillah, seorang pemuda bisa menduduki kursi terhormat. Semoga bisa berfungsi lebih baik lagi," harap Suhardi.

Ketua MPR Sidarto Danusubroto juga mengkritik sistem terbuka, yang memungkinan mengeliminasi caleg berkualitas. Dengan aturan sekarang, kata dia, caleg yang bermodal populer dan punya uang banyak lebih berpeluang menguasai DPR.

Dia merasa miris mendapati pimpinan MPR dan DPR yang kemungkinan besar gagal lolos. Marzuki Alie, Priyo Budi Santoso, Taufik Kurniawan, dan Hajriyanto Thohari, Melani Leimena Suharli hampir dipastikan tersingkir.

Politisi PDIP itu juga menyoroti kalahnya Suhardo dengan Andhika, yang minim pengalaman politik. "Sistem terbuka ini tidak baik, perlu suatu waktu direvisi," kata Sidarto.s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar