Featured Video

Senin, 13 Juni 2011

HATI-HATI MENGKONSUMSI MASAKAN MINANG


SYMPOSIUM ON CARDIOVASCULAR DISEASES
PADANG,HALUAN — Jika ada yang berpendapat, penyakit jantung bawaan sebagai penyakit keturunan yang tidak bisa dicegah maupun diobati maka, pendapat itu keliru. Karena tidak semua penyakit jantung bawaan berasal dari faktor gen, justru lebih banyak ditim­bulkan oleh kebiasaan buruk orangtua atau penyakit yang terlalu lama ter­deteksi. Selain itu, hati-hati meng­konsumsi masakan Minang, karena sangat kaya lemak dan berbahaya bagi jantung.
“Gen sebagai penye­bab penyakit jan­tung bawaan sejauh ini ha­nya satu per­sen. Se­lebihnya lebih di­sebabkan oleh ke­biasaan ibu me­rokok disaat ha­mil, me­ng­kon­sumsi obat-obat­an ber­ba­haya, kebiasaan me­ng­hirup cat. Se­la­in itu juga bisa disebabkan karena pe­­nyakit yang tidak segera ditanggulangi se­­perti campak dan ken­cing manis,” jelas Prof Dr Ganesja M Harimurti, SpJp (K), FIKA, FasCC saat Sym­po­sium on Cardiovascular Diseases di Ho­tel Pangeran Padang, Sabtu (11/6).
Setiap tahun tercatat sekitar 30 ribu anak-anak yang lahir dengan penyakit jantung bawaan. Sepuluh persennya meninggal pada saat bulan pertama, sementara 50 persennya harus diinter­vensi (ditangani oleh dokter secara intensif).
“Namun hingga saat ini rata-rata baru 1.200 anak yang ditangani oleh dokter. Seribu di antaranya ditangani di Rumah Sakit Harapan Kita, sementara yang lainnya?” tambah Kepala Departemen Kardiovaskuler RS Harapan Kita ini lagi.
Sejumlah anak lainnya yang tidak terdeteksi, menurut Ganesja disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama orang tua yang tidak mengerti atau tidak melihat tanda-tanda bahwa sang anak mengalami gangguang jantung bawaan.
Selain itu ada juga yang disebabkan oleh dokter yang menangani anak tidak mengetahui bahwa pasien tersebut mengidap penyakit jantung bawaan. Selain itu lebih sering internesi tidak bisa dilakukan karena keterbatasan biaya.
Symposium yang digelar oleh Bagian Cardiovaskuler Fakultas Kedokteran Unand bekerja sama dengan PERKI ini adalah salah satu upaya untuk memberikan pemahaman kepada 250 praktisi kesehatan yang terdiri dari dokter umum, dokter di Puskesmas, perawat, mahasiswa kedok­teran serta ahli farmasi untuk menge­tahui gejala-gejala awal penyakit jantung.
Penyakit Jantung Dewasa
Untuk penyakit jantung dewasa dijelaskan Prof DR. Dr. Idris Idham, SpJP (K), FIHA, FESC, FACC gejala-gejala serangan jantung dapat amat bervariasi. Sebagian penderita mengeluh nyeri dada seperti diperas, terhimpit atau perasaan dada tertekan benda berat. Rasa nyeri dada ini biasanya lebih dari 20 menit dengan disertai keluar keringat dingin. Nafas menjadi susah, wajah pucat. Kerap rasa nyeri menjalar ke lengan kiri, punggung dan rahang. Sebagian penderita mengeluh nyeri ulu hati atau kembung.
Untuk saat ini baru ada dua pendidikan khusus jantung di Sumatera, yaitu di Unand dan USU. Khusus untuk Sumbar, RS M.Djamil saat ini sudah bisa melayani pemeriksaan jantung serta diagnosanya.
Awas Masakan Minang
Sementara, pada Minggu (12/6) di Aula Yamaha Padang, digelar juga seminar dengan masalah yang yang sama. Idris Idham mengatakan penyebab utama serangan jantung dikarenakan penyakit jantung koroner, yaitu tersumbatnya pembuluh darah koroner akibat proses penumpukan dan pengerasan lemak pada dinding pembuluh darah.
“Gejalanya nyeri dada di belakang tulang dada sebelah kiri,” ujar ahli jantung dari RS Media BSD Tangerang. Acara ini ditujukan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat agar waspada terhadap penyakit jantung, yang dikenal sebagai penyakit nomor satu paling berbahaya di dunia.
Masakan Minang dikenal berlemak. Ganesja M Harimurti menyarankan untuk tidak berlebihan mengkon­sum­sinya. “Lemak itu menyumbat pem­buluh darah, dan berbahaya,” tuturnya. Kenapa jantung? Ganesja menyebutkan, fungsi jantung sangat vital yang memompakan darah ke seluruh tubuh. Ia perlu dijaga karena bila jantung tersumbat, akibatnya bisa menimbulkan penyakit-penyakit lain. (h/cw16/adk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar