Featured Video

Sabtu, 17 Maret 2012

NUMERA MENYATUKAN PERADABAN MELAYU RAYA


TEMU SASTRAWAN NUSANTARA DIBUKA
Padang,Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya (Numera) 2012 dibuka Jumat (16/3) malam oleh Walikota Padang, Fauzi Bahar, yang diwakili Sekda Kota Padang, di Palanta Rumah Dinas Walikota tersebut. Setidak­nya, dari daftar hadir yang sudah dikonfirmasi panitia perhelatan sastra tersebut,
sudah 200 orang peserta yang melakukan registrasi. Peserta-peserta tersebut dating dari berbagai wilayah di Indonesia dan negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Dari siang hari sampai sore kemarin, para peserta yang melaku­kan registrasi tersebut dikonsen­trasikan pada dua tempat yang juga merupakan penginapan yang disedia­kan panitia. Lokasi pendaftaran ulang peserta (Sekretariat Panitia) dipusatkan di Asrama Haji Parupuak Tabing, yang merupakan tempat penginapan bagi peserta dalam negeri. Sementara itu khusus Peserta TSN dari luar negeri (Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei Darus­salam) diinapkan di Hotel Bunda, Jalan Bundo Kanduang.
Dalam keterangan panitia, seluruh peserta pertemuan yang diundang tersebut mendapat fasilitas akomodasi dan penginapan serta transportasi dari penginapan ke lokasi acara (fasilitas diberikan dua hari 16-17 Maret 2012). Dan di pengujung acara paserta tersebut akan mengikuti agenda wisata sastra/city tour, salah satunya mengunjungi Rumah Puisi Taufiq Islamil di Aia Angek, Padang Panjang.
Penguatan Identitas Melayu
Walikota dalam pidato sambutannya mengenai acara Numera yang bertemakan “Melacak Identitas Kultural Melayu Melalui Sastra, Budaya dan Sejarah” tersebut menyambut baik dan berharap dengan pertemuan tersebut dapat menyatukan dan memajukan peradaban Nusantara Melayu dalam mengatasi berbagai persoalan. “Melalui Pertemuan Sastrawan Melayu ini kita siasati degan dialog cultural secara multi dan interdisiplin untuk mengevaluasi diri dalam menghadapi tantangan globalisasi ke depan,” katanya.
Ia mengatakan dengan cara tersebut peserta melalui rangkaian cara diskusi yang akan diselenggarakan dapat mencari kesamaan asal-usul, bahasa dan budaya dari peserta yang terdiri dari rumpuan Melayu yang sama tersebut.
“Dunia Melayu merupakan salah satu istilah yang sudah lama digunakan dalam literatur asing untuk mengacu kepada kawasan yang lebih luas dari nusantara,  dan ini sudah menjadi idientitas dan jati diri,” tambahnya.
Dalam tiga hari (16-18) ke depan, termasuk hari pembukaan, para peserta Numera akan mengikuti berbagai sesi acara yang telah dirancang sedemikian rupa oleh panitia. Termasuk sesi diskusi yang menghadirkan beragam pemakalah mulai dari persoalan sejarah, sastra, dan linguistik yang akan membedah persoalan ‘Melayu’. Beberapa pemakalah dan tema di antaranya: Prof. Madya Dr. Fauzi bin Deraman (Universiti Malaya) dan Jannatul Husna bin Ali Nuar, MA (Universiti Malaya) dengan makalah: “Menyusuri Jejak Syeikh Yasin Padang: Kajian Biografi dan Kepakaran”, Dr. Lindayanti, M. Hum (Unand) dan Witrianto, S.S., M. Hum., M. Si (Unand): “Harmoni Kehidupan pada Masyarakat Kul­tural: Studi Kasus Integrasi Sosial Antaretnis di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi”, Dr. Siti Fatimah, M.Pd, M.Hum dengan makalah: “Perempuan Melayu dalam Perspektif Sejarah: Studi tentang Perempuan Minangkabau dari Tradisi ke Modern”, Dasman Djamaluddin, S.H, M.Hum dengan makalah: “Melayu Raya dalam Perspektif Sejarah Indonesia”.
Selain kegiatan diskusi, akan diadakan juga pembacaan karya sastrawan-sastrawan Numera yang berupa pembacaan puisi, fragmen, dengan diselangi musikalisasi baca puisi dari Sumbar Talenta, komunitas sastra, komunitas teater, dan musik tradisi. Tidak hanya itu, pada kesempatan tersebut akan diluncurkan juga buku-uku sastra karya peserta TSN dan juga pameran buku karya-karya para satrwan dan penulis-penulis muda yang telah menerbitkan buku mereka periode 2011 dan 2012.
Selaku penanggung jawab acara, Edi Hasyimi, yang juga merupakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Padang menjelaskan agenda yang sudah disusun panitia tersebut untuk ‘Merajut Budaya Melayu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand’.
“Numera mendiskusikan iden­titas kultural dan dinamika multikultural sesama negara serumpun. Dalam agenda ini, peserta bisa mendiskusikan dinamika kultural dan multikultural, serta bisa melihat pemberdayaan potensi material dan kurtural Negara Serumpun Melayu menghadapi tantangan abad ke 21,” jelasnya.
Respons Positif Tetamu
Salah seorang peserta Numera dari Madura, A’yat Khalili mengatakan, ia senang bisa berkumpul dengan sastrawan dari berbagai Negara Serumpun, apalagi daerah yang menjadi panitia adalah Padang, Sumatera Barat.
“Saya senang bisa ketemu dan akan berdiskusi dengan teman-teman di Padang, sebab di sini potensial penulis mudanya,” jelas A’yat yang merupakan penyair generasi mutakhir dari Madura tersebut.
Selain itu, Niduparas Erlang, yang merupakan salah seorang cerpenis mutakhir dari Serang (Banten) dan karyanya sudah dipublikasikan diberbagai media massa dan buku tunggal juga merasa berbahagia bisa diagendakan di Padang.
“Padang, atau daerah Minangkabau, sangat eksotis dalam berbagai literatur,” tanggapnya secara singkat.
Selain peserta yang masih tergolong muda dari luar daerah Sumatera Barat tersebut, salah seorang penyair potensial Sumbar, Youri Kayama ikut berkomentar soal agenda yang dihelat secara akbar dan berskala internasional tersebut. Ia mengatakan bahwa setidaknya banyak hal yang akan bisa dinikmati peserta dalam dan luar negeri di Padang. “Selain berdiskusi, agenda lain yang merupakan tur wisata sastra akan bisa memancing imajinasi sastrawan dari berbagai negara tersebut untuk menulis tentang Kota Padang, Sumatera Barat, atau Minangkabau,” katanya.
Ketua DPRD Kota Padang, Zulherman mengatakan acara ini dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan sastra dan budaya. “Aspek kehidupan masyarakat tidak akan lepas dari sentuhan sastra dan budaya. Dua hal tersebut yang menjadi identitas dan landasan dasar yang mengatur norma kesopanan suatu masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Firdaus Abdullah (Malaysia) mengatakan momen ini dapat menghidupkan kembali semangat kebangsaan dan persaudaraan Melayu Raya. “Karena tempatnya di Padang, kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh para perantau Minang di Malaysia untuk pulang kampung dan berpartisipasi dalam acara ini,” jelasnya.
Prof Orbak Otsman (Malaysia) menilai, iven budaya Numera ini merekatkan hubungan silaturahim sesama sastrawan Dunia Melayu. Sementara itu, Nik Abdul Nik Rakib (Thailand) mengatakan, kegiatan ini membutuhkan perhatian bersama bahwa bahasa dan sastra Melayu penting. (h/sha/ang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar