Featured Video

Minggu, 29 April 2012

Catatan Sepakbola: Kiamat Ekonomi Sepakbola Spanyol


Catatan Sepakbola: Kiamat Ekonomi Sepakbola Spanyol
Banco de Espana, bank sentral Spanyol

Sejenak, lupakan liukan Lionel Messi dan golgol individual indahnya. Abaikan pula produktivitas Cristiano Ronaldo. Bahkan, semua gemerlap La Liga Spanyol. Jika Uni Eropa gagal keluar dari krisis dan perekonomian Spanyol tak sembuh dalam waktu singkat, penik mat sepak bola Spanyol mungkin tidak akan lagi melihat keduanya mengenakan kostum Barcelona dan Real Madrid.

Jauh sebelum Forbes—majalah bisnis terkemuka di AS—menempatkan keduanya di urutan satu dan dua dalam daftar 20 klub terkaya di dunia, Kementerian Olahraga Spanyol menempatkan keduanya sebagai klub pengutang terbesar. Real Madrid berutang 589 juta euro. Barcelona menanggung beban utang 578 juta euro. Atletico Madrid dan Valencia masing-masing 514 juta euro dan 382 juta euro.

Los Blancos mungkin masih bisa tersenyum karena jumlah utangnya hanya 13 persen dari nilai seluruh aset. Sedangkan, nilai utang Barcelona mencapai 58 persen dari nilai aset. Kondisi lebih serius diperlihatkan Valencia dan Atletico Madrid. Jumlah utang Los Che mencapai 168 persen dari nilai aset. Sedangkan, Atletico Madrid memikul beban utang 190 persen dari nilai aset.

Jumlah utang kedua klub hanya berkurang sedikit dibanding dua tahun sebelumnya ketika mereka harus menjual banyak pemain bintangnya untuk membayar cicilan pokok dan bunganya. Tidak ada klub La Liga yang tak berutang. Laporan resmi menyebutkan, utang seluruh klub La Liga mencpai 3,53 miliar euro pada musim 2010/2011.

Real Madrid dan Barcelona mung kin masih cukup sehat, tapi enam klub La Liga, Racing Santan der, Real Mallorca, Real Zaragoza, Real Betis, Rayo Vallecano, dan Gra nada, telah mengajukan diri ke pengadilan untuk dinyatakan bangkrut.

Dari Segunda Division, enam klub juga telah lebih dulu mendatangi peng dilan untuk meminta dibangkrutkan. Hanya itu yang mereka bisa lakukan, menyusul ketid mampuan manajemen membayar gaji pemain dan kewajiban lainnya, termasuk pajak.

Pemerintah Spanyol juga dibuat pusing oleh besarnya pajak terutang yang harus dibayar klub-klub Primer Division dan Segunda Division yang mencapai 752 juta euro, meningkat 150 juta euro dalam empat tahun terakhir.

Dari jumlah pajak terutang itu, 431 juta euro harus dibayar 14 dari 20 klub La Liga. Sisanya adalah utang pajak klub-klub Segunda Division. Ini bu kan utang kepada bank, investor, atau pemilik, tapi uang kepada rakyat Spanyol.

Sebuah koran menulis, pada level doping finansial, situasi ini amat buruk. Pada tataran sosial, jumlah utang ini sangat memalukan karena Spanyol saat ini tidak memiliki dana yang cukup untuk mengatasi pengangguran yang mencapai 50 persen.

Real Madrid memang terjerat utang dengan bank dan investor, tapi tidak berutang pajak. Lima klub lain yang juga tidak berutang pajak ada lah Athletic Bilbao, Real Sociedad, Getaefe, Villarreal, dan Sporting Gijon. Bilbao, klub masyarakat Basque, mungkin bisa menjadi klub panutan.

Mereka bukan klub hobi belanja dan lebih suka menggunakan pemain dari sekolah sepak bola yang mereka ba ngun. Hanya, Bilbao untuk orang Bas que—sebuah entitas masyarakat yang tidak mengidentifikasi diri sebagai Spanyol.

Yang paling mencengangkan adalah Villarreal. Yellow Submrine bukan klub dari kota besar dengan banyak penggemar fanatik, tapi tim dari kota berpenduduk kurang dari 20 ribu orang.

Atletico Madrid yang berlaga di Liga Eropa tercatat sebagai pengutang pajak terbesar dengan 155 juta euro. Musim lalu, mereka harus men jual Sergio Aguero ke Manchester City dengan harga 50 juta euro hanya untuk membayar pajak.

Jumlah utang pajak Los Rojib lancos, julukan Atletico Madrid, masih jauh lebih besar dari akumulasi utang pajak Real Betis, Real Zaragoza, Ra cing Santander, Levante, dan Mal lorca yang mencapai 118 juta euro. Barcelona berutang pajak 48 juta euro. Sedangkan, Valencia menunggak pajak sebesar enam juta euro.

Yang membingungkan adalah bagaimana mungkin Atletico Madrid masih bisa membawa Radamel Fa cao dari Porto dengan harga 40,3 juta euro? AS, koran olahraga di Spanyol, menulis pembelian Falcao didanai oleh kesepakatan kepemilikan tiga pihak. Artinya, Atletico Madrid bukan satu-satunya pihak yang memiliki Falcao, tapi masih ada pihak lain, individu atau klub, yang berhak atas komersialisasi Falcao.

Pertanyaannya, mengapa klub seperti Barcelona dan Atletico Madrid berutang pajak selama itu? Bukankah mereka bisa mencari pinjaman untuk menutupi kewajibannya? Tidak sesederhana itu. Sejak pembelian Zlatan Ibrahimovic dari Inter Milan yang kemudian menjadi worst signing bagi El Barca, tidak ada lagi bank yang sudi memberi pinjaman kepada Barcelona. Bank juga akan berpikir sekian kali untuk memberi pinjaman kepada Atletico Madrid.

Semua ini benar-benar tidak men cerminkan prestasi klub-klub Spanyol di Eropa. Pada semifinal Liga Champions, Spanyol menempat kan dua raksasanya, Barcelona dan Real Madrid. Pada Liga Eropa, tiga dari empat klub Spanyol seakan tan pa kesulitan melaju ke semifinal. Me reka adalah Atletico Madrid, Valen cia, dan Athletic Bilbao. 

Redaktur: M Irwan Ariefyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar