Featured Video

Kamis, 19 April 2012

Ribuan Orang Antar Morosini ke Peristirahatan Terakhir


FOTO:AFP/Giuseppe Cacace
Bergamo - Jenazah pesepakbola Italia Piermario Morosini dimakamkan hari ini di kota Bergamo. Ribuan orang mengiringi pemuda itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Bunga, syal klub, sepatu bola, dan poster-poster bertuliskan perpisahan bertaburan di luar gereja tempat Morosini disemayamkan, yang terletak di kawasan Monterosso, distrik Bergamo, tempat almarhum lahir dan besar.

Ribuan orang bertepuk tangan dan berusaha menyentuh peti mati Morosini saat dibawa ke luar gereja. Di atas peti mati itu diletakkan kaus merah klub Livorno bernomor 25. Morosini, yang pernah membela timnas Italia U-21, meninggal dunia dalam usia 25 tahun.

Kaus merah-biru bernomor 8, yang pernah ia kenakan sewaktu menjadi pemain yunior di klub kota asalnya, Atalanta, juga ditaruh di peti mati itu, sebelum dimasukkan ke liang lahat.

"Selamat tinggal Moro. Kamu akan selalu ada di hati kami," demikian tulisan di sebuah poster yang dibawa fans.

"Peristiwa ini bukan cuma memukul keluarganya, tapi seluruh masyarakat Italia," tutur seorang warga Bergamo bernama Gianpietro Foschi, dikutip Reuters. 



Morosini jatuh tak sadarkan diri di lapangan karena serangan jantung, saat bertanding di kompetisi Seri B antara Livorno melawan tuan rumah Pescara hari Sabtu lalu. Sesampainya di rumah sakit nyawanya tak tertolong.

Tewasnya Morosini menimbulkan sejumlah pertanyaan terkait penangangan si pemain saat meregang nyawa. Misalnya, kenapa petugas tidak menggunakan alat kejut jantung padahal tersedia. Juga ambulans terhambat beberapa menit yang vital karena jalan masuknya ke dalam stadion terhalang sebuah mobil pejabat polisi. Kabarnya, mobil itu harus dipecahkan kacanya dulu supaya bisa dipindahkan.

Berbeda dengan kejadian serupa di Inggris pada 17 Maret lalu, yang menimpa pemain Bolton Wanderers, Fabrice Muamba. Petugas medis sangat cepat bergerak, memberi 15 kejutan listrik ke dadanya di lapangan, lalu secepat kilat membawanya ke rumah sakit. Walaupun sempat "mati" selama 78 menit, Muamba terselamatkan.

Kematian Morosini menyibakkan pula kisah hidupnya yang menyedihkan. Setelah ibunya meninggal di tahun 2001, disusul ayahnya dua tahun kemudian, dan juga saudara laki-lakinya yang cacat bunuh diri, ia menjadi tumpuan harapan dan ekonomi kakak perempuannya yang juga cacat.

Klub Atalanta telah menyatakan mereka akan mengurus kakak perempuan Morosini itu sepanjang hidupnya.


( a2s / mfi )
http://sport.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar