MEDAN--Menurut warga setempat Rifai, sekitar pukul 09.00 WIB Jumat (26/10/2012) kemarin, pihaknya melapor ke Polsekta Medan Area.
"Kami tidak menyangka bisa seperti ini. Kesehariannya dia mengaku bekerja sebagai pemborong, tetapi saya tidak bisa pastikan. Biasanya pergi pagi dan malam pulang. Istrinya cukup baik berorganisasi di musala. Saya tidak tahu lah, seandainya dia datang, apakah masih diterima masyarakat di sini atau tidak. Yang jelas tadi pagi istrinya sudah nangis-nangis. Malulah jelas," ujarnya.
Kejadian yang dimaksud adalah perbuatan Ketua Panitia Kurban M Taif Istofa yang melarikan diri, membawa uang dana kurban yang sudah terkumpul melalui Badan Kenaziran Masjid (BKM) Musala Al-Karim, jauh hari sebelum datangnya hari besar Idul Adha.
Sekretaris Panitia Kurban Mushala Al Karim, Muhammad Fauzi menjelaskan, Istofa belum lama tinggal di lingkungan Gang Intan Lingkungan 11, Medan. Istofa tinggal di lingkungan tersebut bersama istri dan tiga anaknya sejak tujuh tahun yang lalu.
Pagi hari kemarin, seluruh ahli kurban (orang yang berkurban) dikumpulkan panitia bersama istri Istofa, sesaat sebelum mencari Istofa. Sebagian ahli kurban ikhlas, tetapi ada pula yang tidak terima dan meminta uangnya dikembalikan.
"Pagi tadi seluruh orang yang berkurban datang dan berkumpul di musala. Istri Istofa juga datang. Sebagian ahli kurban ada yang ikhlas dan mengatakan, apapun alasannya paling tidak sudah ada niat mereka berkurban," ujarnya.
"Namun sebagian ada yang tidak terima dan meminta uangnya dikembalikan. Istri pelaku pagi itu menangis dan mengatakan akan mengganti, sebelum akhirnya ia bersama kepling dan panitia mencari keberadaan sang suami," Fauzi menambahkan.
Dari pantauan Tribun di lokasi hingga pukul 16.30 WIB, puluhan warga masih berkumpul di depan musala, yang dipasang tenda untuk tempat pengambilan daging kurban. Tidak sedikit pula warga dari gang berbeda datang ke lokasi naik sepeda motor, untuk menukar kupon dengan daging.
Beberapa ibu yang datang ke lokasi heran dan bertanya-tanya mengapa tak ada daging kurban. Untunglah, beberapa bapak dan panitia di gang tersebut berinisiatif untuk menyebarkan informasi melalui pesan singkat ke beberapa warga, bahwa pembagian daging kurban gagal dilaksanakan.
"Tadi pagi sebagian warga yang punya kupon datang. Untuk menghindari kedatangan warga lain, kami berinisiatif mengirimkan SMS ke nomor-nomor ponsel warga dan meminta memberitahukan kepada yang lain, bahwa pembagian daging kurban gagal dilaksanakan," ujar seorang bapak yang enggan menyebutkan namanya.
Bapak ini juga mengatakan, selama tinggal di Gang Intan, tidak tahu persis pekerjaan Istofa. "Pemborong atau pembohong. Itu kan beda tipis saja. Gelap mata si kawan itu. Bukan masalah harganya, tetapi ini kan menyangkut agama dan warga," ujarnya.
Fauzi tak banyak berkomentar dan hanya tersenyum saat ditanya apakah warga akan menerima kehadiran Istofa, jika uang hewan kurban dikembalikan yang bersangkutan.
"Kalau saya sih menerima dia, bagaimanapun dia sudah tinggal di sini lumayan lama. Saya terima dia, tetapi saya tidak tahu bagaimana dengan warga yang lain. Dengan kejadian seperti ini kan jelas memalukan bagi keluarganya. Hal ini memang cukup memalukan bagi keluarganya, apalagi istrinya sudah menangis tadi pagi," ungkapnya.
Mendengar pernyataan Fauzi, beberapa bapak-bapak memotong pembicaraan. Secara tegas dua-bapak bapak berusia lanjut mengatakan, perbuatan yang dilakukan Istofa sudah sangat keterlaluan dan harus pindah dari lingkungan tersebut.
"Dek, perbuatan dia itu bukan hanya kriminal, tetapi telah melanggar moral agama. Banyak orang yang berharap mendapatkan daging itu. Tidak tahunya, diambilnya. Jelas kami kecewa," ujar seorang bapak.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar