Featured Video

Rabu, 20 Februari 2013

Tiga Kali Gempa Guncang Bukittinggi



Warga Kota Bu­kittinggi dan sekitarnya, ber­hamburan ke luar rumah, men­yu­sul terjadinya gempa ber­ke­kua­tan gem­pa berkekuatan 4 SR pukul 07:­17:06 WIB dengan kedalaman 10 Km berlokasi di darat, 7 km Barat Bukittinggi, dan dirasakan warga Bu­kit­­tinggi, Agam dan Padang­pan­jang.


Gempa yang berpusat di Ngarai Sianok itu, menurut Badan Meteo­ro­logi Kli­matologi dan Geofisika (BM­KG) kembali terjadi pada pukul 07:­25:38 WIB dan 15.04 WIB (lihat grafis). Namun belum ada lapo­ran ter­jadi­nya ke­rusakan ba­ngu­nan yang dise­bab­kan gempa di kota tujuan wisata di Sumbar itu. Gempa juga tidak memengaruhi aktivitas Gunung Marapi.

Menurut Kepala Pos Penga­matan Gunungapi Marapi Bu­kit­tinggi Warseno, sampai saat ini Pusat Vulkanologi dan Mi­tigasi Ben­cana Geologi (PV­M­BG) ma­sih menetapkan Marapi bers­ta­tus waspada level II. Meski begitu, Warseno mengakui sejak sembilan hari te­rakhir, terjadi gempa tektonik mencapai 66 kali di kawah gunung. ”Pada Selasa (19/2), sekitar pukul 00.23 WIB, terekam satu kali letusan. Se­belumnya pada Sabtu (16/2), sekitar pukul 11.37 WIB, gunung mengalami satu kali gempa tremor,” jelasnya.

Sementara pada 10 Februari lalu, gunung menga­lami gempa tremor satu kali, satu kali letu­san, dan satu kali vul­kanik dalam. Pada 12 Februari 2013 satu kali vulkanik dalam, dan pada 14 Februari 2013 satu kali vul­kanik dangkal. “Saya me­ngimbau mas­yarakat un­tuk tidak bera­ktivitas dalam radius 3 Km dari pucak gunung, karena kawasan itu tergolong rawan bencana III yang ber­potensi berdampak langsung apabila gunung meletus,” ingatnya.

Tak Ada Kerusakan

Kendati getaran gempa sa­ngat dirasakan warga Bukit­tinggi dan sekitarnya, tapi tidak menimbulkan kerusakan bangunan di kota wisata itu. ”Kami sudah ke lokasi, tapi sejauh ini tidak ada kerusakan akibat gempa berkekuatan 4 SR pukul 07.17 WIB dan 3,1 SR pukul 07.25 WIB itu,” kata Kepala Badan Pe­nang­gulangan Bencana (BPBD) Kota Bukit­ting­gi, Nofrianto kepada Padang Ekspres, kemarin.

Ke depan, BPBD berencana me­ning­katkan sosialisasi pe­nan­ganan bencana kepada mas­yarakat karena Bukittinggi ma­suk daerah rawan bencana, seperti gempa dan long­sor. Ancaman bencana long­sor ber­potensi terjadi di sepanjang bibir Ngarai Sianok dengan ke­dal­aman lebih 100 me­ter. Saat ini puluhan kepala ke­luar­ga (KK) ber­tem­pat tinggal di daerah itu.

”KK yang tinggal di daerah rawan longsor tersebut bertem­pat tinggal di sepanjang bibir Ngarai Sia­nok. BPBD telah ­min­­­­ta war­ga selalu waspada,” ka­­­tanya. War­ga yang tinggal di bibir Ngarai Sianok tersebut ter­dapat di lima kelurahan, yakni Ke­lurahan Birugo, Belakang Balok, Bukit Cangan, Kayu Kubu dan Bukit Apit.

Kelima kelurahan itu telah ditetapkan sebagai daerah ra­wan bencana longsor, karena berada di pinggir Ngarai Sianok yang berke­da­laman lebih 100 meter. Saat terjadinya gempa bumi pada 2007 lalu, bibir Ngarai Sianok terban, beberapa rumah warga jatuh ke dasar ngarai.

Warga yang tinggal di se­pan­jang bibir Ngarai telah direlokasi ke tempat lain. Sayangnya, war­ga kembali tinggal di lokasi itu. Salah satu langkah yang akan dila­kukan untuk mencegah war­ga tidak lagi tinggal di bibir Nga­rai, dengan menjadikan daerah itu sebagai kawasan hijau.

”Saat ini langkah tersebut sulit di­la­ku­kan karena akan mem­bu­tuh­kan biaya besar un­tuk me­min­dah­kan warga yang tinggal di sepan­jang bibir Ngarai itu,” jelas­nya.

Saat ini BPBD hanya bisa berharap timbul sendiri ke­sadaran dari warga untuk me­ninggalkan lokasi tem­pat tinggal mereka yang be­ra­da di lokasi rawan bencana. 

s


Tidak ada komentar:

Posting Komentar