Featured Video

Selasa, 05 Maret 2013

Kopi, Warisan Islam pada Dunia


Kopi

Lebih dari 1,6 miliar cangkir kopi diminum setiap hari di seluruh dunia. Jumlah itu cukup untuk memenuhi sekitar 3.000 kolam renang ukuran Olimpiade setiap hari. Kopi telah menjelma menjadi industri global dan menjadi produk komoditas kedua terbesar di dunia. Rekor tersebut hanya dapat ditandingi oleh minyak bumi.


Tanaman kopi berasal dari hutan dataran tinggi Ethiopia. Tanaman pertama ditemukan tumbuh liar di daerah Kaffa, asal mula nama kopi berasal. Kata "coffee"
resmi menjadi bahasa Inggris pada 1598 yang berasal dari bahasa Belanda, "koffie". Sedangkan, "koffie" dipinjam dari Turki "kahve" yang berasal dari bahasa Arab "qahwa".

Sebuah legenda populer bercerita tentang seorang gembala kambing bernama Kaldi pada abad ke-9. Suatu hari dia melihat kambing-kambingnya berperilaku aneh. Kambingnya menjadi lebih berenergi, saling berkejaran, dan mengembik dengan keras. Ia melihat mereka sedang makan buah merah dari semak-semak di dekatnya.

Merasa lelah dan sedikit penasaran, Kaldi memutuskan mencoba beberapa buah. Ia pun menjadi segar kembali. Kisah tertulis mengenai Kaldi baru muncul dalam manuskrip bertahun 1671. 
Alih-alih memakan buah kopi begitu saja, biji kopi direbus sehingga tercipta al-qahwa. Kaum sufi di Yaman meminum al- qahwa dengan alasan yang sama dengan kita saat ini, yakni agar tetap terjaga saat berzikir dan shalat malam.

Tidak diketahui dengan pasti kapan kopi ditemukan. Kopi mulai dibudidayakan di Yaman sekitar 575 Masehi. Sebuah legenda Islam dalam manuskrip Abdul al- Kadir menuturkan tentang bagaimana Syekh Omar menemukan kopi tumbuh liar saat ia bertapa di dekat pelabuhan Mocha di Yaman. Ia kemudian merebus beberapa buah dan merasakan minuman tersebut memiliki efek merangsang dan menyembuhkan.

Kemungkinan lain, kopi menyebar ke Yaman melalui budak-budak Sudan. Para budak memakan biji kopi untuk membantu tetap hidup karena mereka mendayung kapal menyeberangi Laut Merah, di antara Afrika dan Semenanjung Arab.

Bukti menunjukkan kopi tidak dinikmati sebagai minuman hingga sekitar abad ke-10. Dokumen tertua yang menulis tentang minuman kopi juga berasal dari abad ini. Dua filsuf Arab, Muhammad bin Zakariya al-Razi (850-922) dan Ibnu Sina dari Bukham (980-1037) menyebutkan minuman "bunchum" yang diyakini sebagai kopi.

Sebagaimana Alquran melarang Muslim meminum alkohol, efek menenangkan dari kopi menjadikannya sebagai minuman pengganti anggur bagi negara Muslim.

Kedai kopi pertama didirikan di Konstantinopel pada 1475. Kedai itu dikenal dengan Kaveh Kanes. Kedai kopi menjadi ajang berkumpul di mana Muslim bisa bersosialisasi dan mendiskusikan masalah-masalah agama.

Biji kopi pertama kali diekspor dari Ethiopia ke Yaman. Pedagang Yaman membawa kopi kembali ke tanah air me reka dan mulai menanamnya. Pelarangan kopi Hubungan antara Islam dan kopi tidak selalu berjalan mulus. Beberapa Muslim percaya kopi memabukkan dan harus dilarang. Pada 1511, Gubernur Makkah Khair Beg melihat beberapa jamaah minum kopi di sebuah Masjid saat akan beribadah malam. Dengan marah ia mengusir mereka dari Masjid dan memerintahkan semua kedai kopi di Makkah ditutup.

Namun, larangan itu dibatalkan pada 1524 atas perintah penguasa Ottoman Turki Sultan Selim I dan Imam Besar Mehmet Ebussuud el-Imadi. Keduanya mengeluarkan fatwa yang membolehkan mengonsumsi kopi. Larangan serupa juga terjadi di Kairo (Mesir) pada 1532. Kedai kopi dan gudang yang berisi biji kopi ditutup. Gereja Ortodoks Ethiopia juga pernah melarang kopi pada abad ke-18.  Pada akhir abad ke-16, penggunaan kopi tersebar luas di seluruh Tmur Tengah, Afrika Utara, Persia, dan Turki. Kopi kemudian menyebar ke Balkan, Italia, seluruh Eropa, Indonesia, dan Amerika.

Kedai kopi pertama di Eropa dibuka di Venesia pada 1645 setelah kopi masuk ke Eropa melalui hubungan dagang dengan Afrika Utara dan Mesir. Kedai kopi Edward Lloyds di Inggris dibuka di London pada akhir abad ke-17.

Lloyds menjadi tempat bertemunya para pedagang dan pemilik kapal. Kedai kopi menjadi cikal bakal berdirinya pub. Tempat-tempat ini menjadi tempat bertukar pikiran mengenai politik dan turut andil pula atas terbentuknya gerakan liberal. Manfaat kopi yang dianggap begitu besar dianggap sama pentingnya dengan roti dan air. Bahkan, jika suami menolak kopi buatan istrinya dapat menjadi alasan perceraian dalam hukum Turki.

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar