Featured Video

Jumat, 28 Februari 2014

Marapi Muntah Lagi-LOKASI EVAKUASI DISIAPKAN

Dari data Pos Penga­matan Gunung Api (PGA) Marapi Sumbar, tercatat tiga kali erupsi (letusan) yang terekam di seismograf sepanjang Kamis (27/02). Sama seperti letusan pada Rabu (26/02) lalu, letusan pada Kamis kemarin juga tidak teramati secara visual, karena tertutup kabut asap.

Letusan pertama terjadi sekitar pukul 08.38 WIB, kemudian disusul pukul 10.04 WIB dan pukul 10.16 WIB.
“Erupsi ini lebih kecil dibanding yang terjadi pada Rabu 26 Februari 2014,” ujar Warseno, petugas Pos PGA Marapi Sumbar.
Tak hanya mengalami tiga kali letusan, tapi aktivitas Marapi pada Kamis ini juga mengalami lima kali tremor, satu kali gempa vulkanik dalam (VB), satu kali hembusan dan satu kali gempa tektonik jauh.
Warseno mengatakan, dirinya mendapat laporan dari warga adanya hujan abu di kawasan Batipuh Selatan dan Koto Tuo Kabupaten Tanah Datar, akibat letusan Marapi itu.
“Tapi itu baru informasi awal. Belum dipastikan kebenarannya, karena saat ini warga banyak yang kurang bisa membedakan antara kabut asap dengan hujan abu,” jelas Warseno.
Dari data Pos PGA Sumbar, selama Februari 2014, terhitung mulai 1 Februari hingga 26 Februari 2014, Gunung Marapi Sumbar telah mengalami 85 kali aktivitas. Dari jumlah tersebut, aktivitas letusan hanya tercatat sebanyak 5 kali.
Selain itu juga terjadi 1 kali tremor, 11 kali gempa vulkanik dalam (VA), 10 kali gempa vulkanik dangkal (VB), 47 kali gempa tektonik jauh, serta 6 kali gempa tektonik lokal.
Secara administratif, gunung ini terletak diantara Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Gunung yang berketing­gian 2.891 meter di atas permu­kaan laut (mdpl) merupakan gunung yang teraktif di Sumate­ra, dan termasuk dalam rang­kaian pegunungan Bukit Barisan pada jalur barat laut-tenggara.
Gunung Marapi memiliki beberapa kawah yang masing-masingnya diberi nama Kawah Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kebun Bungo dengan kawah A, B dan C, Kapundan Bongsu dan Kawah Verbeek.
Semua kawah itu merupakan pusat erupsi (letusan), dengan lebar lubang antara 175 hingga 600 meter, dengan panjang 1.200 meter. Rangkaian kegiatan Marapi dari tahun 1987 hingga 2014 masih berpusat di Kawah Verbeek.
Erupsi atau letusan Marapi umumnya bersifat eksplosif, yaitu letusan yang berupa ledakan dengan mengeluarkan material seperti abu, batu dan material lainnya. Gunung Marapi dapat mengancam keselamatan manusia dan harta benda, diantaranya berpotensi mengeluarkan awan panas, hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan lahar.
Dalam status waspada, anca­man bahaya Marapi saat ini adalah terjadinya letusan yang bisa mengeluarkan gas vulkanik yang berbahaya bagi kehidupan. Selain itu, ancaman potensi letusan abu lontar material pijar dan pasir juga membuat gunung ini harus dijauhi radius 3 kilometer dari puncak atau pusat kegiatan.
Dalam catatan sejarah yang dimiliki Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi Sumbar, tidak tercatat adanya korban jiwa akibat letusan Marapi semenjak tahun 1807 hingga 2014 ini. Namun pada 30 April 1979 banyak media yang memberitakan tewasnya 60 warga di lereng Marapi akibat letusan Marapi.
Terkait pemberitaan ini PGA Marapi Sumbar mengklarifikasi bahwa korban tewas itu bukan karena letusan Marapi, tapi tewas karena dilanda banjir bandang yang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunung api, karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran lumpur itu tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang beraktivitas di sekitar sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur. Dari catatan sejarah, letusan Gunung Marapi terbesar pernah melontarkan abu vulkanik hingga ketinggian 3.000 meter pada tahun 1952.
Ganggu Pernafasan
Erupsi gunungapi Marapi yang menyemburkan abu vulka­nik, telah berakibat gangguan pernafasan bagi warga Kabupaten Tanah Datar, terutama yang bermukim pada radius sampai 7 km dari lubang kawah.
Bupati Tanah Datar M.Shadiq Pasadigoe Kamis (27/2) kemarin memerintahkan Kepala BPBD Tanah Datar untuk turun langsung memantau situasi warga yang terkena dampaknya.
Hingga sore kemarin, anggota tim BPBD kabupaten Tanah Datar yang dikoordinir oleh pimpinannya Altri Suandi turun ke wilayah permukiman warga yang ada di lereng Marapi.
“Kami telah menyebar sejum­lah 8.555 buah masker langsung ke siswa SD,SMP dan masya­rakat rentan, guna antisipasi bahaya gangguan pernafasan yang diakibatkan abu vulkanik”, tutur Altri Suandi.
Kemarin telah disebar sejum­lah 8.555 buah masker yang langsung diantar dan dipasangkan ke sejumlah SD di Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto,SD Koto Laweh,SD Sungaijaambu Kecama­tan Pariangan, SD Sungaita­rab, SD Sikaladi Pariangan,SD Andaleh,SD Batipuah Ateh,SD Batipuah Baruah,SMP Panya­laian, SMP 2 Pariangan, SMP Sabu, sejumlah Puskesmas di Kecamatan X Koto,Puskesmas Batipuh, Pariangan dan Lima Kaum.
Menurut Altri Suandi untuk kebutuhan masker bagi warga yang rentan terhadap bahaya erupsi Marapi dan kabut asap tersebut, masih dibutuhkan sekitar 20.000 buah lagi. Kemarin sore, sebanyak 2.000 masker  didatangkan dari  BPBD Sumbar.
Hingga kemarin, kondisi warga, tanaman, ternak masyara­kat masih belum terlihat terindi­kasi buruk dari erupsi Marapi, namun rumput di Nagari Sabu dan Pariangan terpaksa dicuci dulu sebelum diberikan kepada ternak.
Sementara sebanyak 40.891 jiwa warga Kabupaten Tanah Datar yang saat ini berada pada radius 7 km dari lubang kawah, mereka diharapkan untuk selalu waspada.
Untuk warga yang bermukim 4 km dari lubang kepundan yang disebut zona Kawasan Rawan Bencana III itu adalah warga Jorong Kapalo Koto Nagari Aie Angek sebanyak 427 jiwa dan Koto baru Kecamatan X Koto sebanyak 1367 jiwa.
Bila status Marapi naik level menjadi awas, sejumlah lokasi evakuasi yang telah disiapkan pada lokasi berjarak 10 km dari kawah langsung ditempati oleh warga Nagari Kotobaru dan Jorong Kapalo Koto Aie Angek
s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar