Featured Video

Kamis, 07 Juli 2011

BJ Habibie: Perubahan Selalu Mengundang Risiko

  • 60 Tahun Hubungan RI-Jerman
  • Eddi Santosa - detikNews
    BJ Habibie: Perubahan Selalu Mengundang Risiko
    B.J. Habibie, DGAP

    Berlin - Perubahan sistem pemerintahan dari satu ke yang lain selalu mengundang risiko. Oleh sebab itu berdasarkan pengalaman memimpin Indonesia, perubahan dilakukan secara evolusioner, namun dipercepat,accelerated evolution

    Demikian Presiden RI 1998-1999 Prof. Dr.-ing BJ Habibie dalam ceramah mengenai Islam dan Demokrasi di Indonesia di depan forum Deutsche Gesellschaft für Auswärtige Politik/DGAP (Masyarakat Jerman untuk Kebijakan Luarnegeri, red), Berlin, seperti disampaikan Fungsi Pensosbud KBRI Berlin Purno Widodo dalam keterangan pers yang diterima detikcom (7/6/2011).

    Forum dihadiri oleh Dubes RI untuk Republik Federal Jerman Dr. Eddy Pratomo, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Ketua ICMI Dr. Ilham Akbar Habibie, mantan Dubes Jerman untuk Indonesia (1994 -2000) Dr. Heinrich Seemann serta 150 tamu undangan lainnya dari kalangan pejabat pemerintah Jerman, korps diplomatik, akademisi, pengusaha dan wartawan.

    Evolusi yang dipercepat itu dilakukan secara terencana dan tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan yang telah disepakati. Selain itu, dibutuhkan pemahaman terperinci dan mendalam mengenai kondisi umum masyarakat.

    Beberapa langkah perubahan yang diambil Habibie dalam mendorong evolusi tersebut diantaranya menjamin kebebasan pers, kebebasan berbicara dan kebebasan mengeluarkan pendapat, membebaskan tahanan politik, membuka pintu bagi pembentukan partai-partai politik baru, dan penyelenggaraan pemilu legislatif dan presiden dengan sistem yang baru.

    Dikatakan Habibie, sejumlah perubahan yang dilakukannya hanya dalam waktu singkat setelah presiden Soeharto turun, merupakan langkah yang sangat sulit mengingat pada saat itu masih terdapat banyak suara yang menentang perubahan menuju demokrasi.

    Namun, dengan keputusan dan tekad yang kuat, Habibie secara konsisten dapat melaksanakan accelerated evolution tersebut sehingga pintu kebebasan dan demokrasi di Indonesia secara perlahan mulai terbuka.

    Islam dan Demokrasi 

    Habibie juga menyampaikan pengalaman Indonesia yang berhasil menyelaraskan Islam dan demokrasi, sekaligus lesson learned (pelajaran dari pengalaman, red) bagi Timur Tengah dan Afrika Utara, yang sebelumnya pernah disampaikannya di Kairo.

    Menurut Habibie, konstitusi Indonesia selain menjunjung nilai- nilai demokrasi, juga prinsip-prinsip kebebasan beragama, yang menjamin hak bagi warga negara untuk menganut dan menjalankan kewajiban agamanya masing-masing.

    "Oleh karena itu, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam namun Indonesia bukanlah negara Islam, sehingga nilai-nilai toleransi antar-umat beragama telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia," demikian Habibie dalam ceramah yang seluruhnya disampaikan dalam bahasa Jerman.

    Mengenai kecenderungan radikalisasi dalam beragama, Habibie menjelaskan bahwa unsur-unsur radikal ada di semua sistem politik, termasuk di Indonesia. Radikalisme yang harus dilawan adalah yang bertentangan dengan hukum, khususnya terorisme.

    Lanjut Habibie, pemahaman agama dewasa ini perlu ditingkatkan untuk menghilangkan kecenderungan mengkaitkan agama tertentu dengan radikalisme dan terorisme.

    Habibie juga berpesan bahwa manusia senantiasa harus bisa menciptakan sinergi positif antara 3 unsur, yaitu kebudayaan, agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengingat ketiga unsur tersebut merupakan kunci dari peradaban manusia.

    Forum dipandu oleh Executive Vice President DGAP Dubes Paul Freiherr von Maltzahn, yang juga pernah menjabat sebagai Dubes Jerman untuk Indonesia (2006-2009).

    Ceramah Habibie di forum DGAP (30/6/2011) ini mendapat perhatian luarbiasa dari publik Jerman. Sebelumnya resital musik harpa oleh Maya Hassan mengawali acara, dengan memadukan alunan musik tradisional saluang dan talempong dari Sumatera Barat.

    Kegiatan ini merupakan pembuka rangkaian kegiatan selama setahun dalam rangka peringatan 60 tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Jerman 2012, tahun depan.

    Kehadiran BJ Habibie di Berlin telah memberikan kesan khusus bagi para pejabat pemerintah Jerman. Selama di Berlin, Habibie didampingi Dubes RI Dr. Eddy Pratomo telah mengadakan pertemuan dengan Presiden Federal Jerman Dr. Christian Wulff, Menlu Dr. Guido Westerwelle, dan Ketua Fraksi CDU/CSU di Bundestag (parlemen Jerman) Volker Kauder.


    (es/es)
  • Laporan dari Dresden
    Meretas 150 Tahun Jejak Raden Saleh di Jerman
  • Laporan dari Muhldorf am Inn
    Erstaunlich! Gamelan Jegog Bali Pukau Warga Bayern
  • Laporan dari Berlin
    Strategi Soft Power RI Jembatani Islam-Barat
  • Laporan dari Berlin
    Aksi Jerman-RI untuk Bumi di Jalan 17 Juni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar