Featured Video

Senin, 04 Juli 2011

Gadis Situjuah Terbentur Dana


LULUS MATEMATIKA UNAND
Muhammad Bayu Vesky

NAMANYA Ratih Febrianti,18. Gadis empat bersaudara ini alumni SMAN 1 Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Limapuluh Kota. Sepanjang Kamis (30/6) peraih hasil UN dengan nilai rata-rata 8,6 tersebut tidak hentinya bermenung. Wajahnya kusut. Ratih bingung.
“Ratih lulus SNMPTN jurusan Matematika Unand, tapi ibu dan ayah tidak punya biaya. Ratih ingin kuliah. Ingin sekali belajar di Unand,” ungkap Ratih Febrianti didampingi guru kimia SMAN 1 Situjuah, Hafnizal kepada Singgalang, pekan lalu di Situjuah Banda Dalam.
Penggalan ungkapan Ratih itu, meluncur di atas keangkuhan zaman. Cita-cita anak kedua pasangan suami istri Radias, 59, dan Wirda, 46, untuk bersekolah tinggi, terancam gagal karena terperangkap kemiskinan. Kalaupun orangtuanya mencoba bertenggang dan meminjam uang kepada tetangga, hasilnya tidak lebih dari nol koma nol.
Maklum, ayah dan ibunya hanya seorang petani penggarap. Berpikir dua kali orang meminjamkan uang. Jangankan memenuhi permintaan biaya kuliah, untuk makan sehari-hari saja orangtuanya harus membanting tulang di ladang dan sawah orang. Pergi pagi, pulang menjelang Magrib. Itupun kalau ada permintaan kerja. Kalau tidak ada, sulit untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Ratih bersikeras juga ingin kuliah. Niatnya menjadi ‘orang’ menggebu-gebu. Bahkan saat mendaftar kuliah beberapa waktu lampau, orangtuanya sempat melarang karena alasan tidak punya uang. “Tidak usah saja kuliah. Kita orang miskin. Ndak ka tolok dek awak do nak,” pinta Wirda, sang ibunda seperti dituturkan Ratih.
Berhari-hari dilarang, akhirnya orangtua Ratih luluh juga. Dengan segala kemampuan dan kekuatan tenaga, mereka mencarikan uang transportasi ke kota Padang. Adapun biaya pendaftaran kuliah, berasal dari uang simpanannya yang ia sisipkan semenjak smester I, Kelas III IPA SMAN 1 Situjuah Limo Nagari beberapa waktu lalu.
“Uang simpanan Ratih jumlahnya sekitar Rp250 Ribu. Ditambah dengan uang yang diberi ibu dan ayah Rp150 Ribu. Setelah itu, barulah Ratih pergi ke Padang. Tujuannya hanya satu, mendaftar di Unand pada jurusan Matematika. Ratih ingin jadi dosen, Ingin membahagiakan ayah dan ubu,” ulasnya dengan nada polos.
Lanjut cerita, setelah mendaftar dan nomor pendaftarannya keluar di pengumuman SNMPTN. Mimpi buruk datang lagi ke kehidupan Ratih. Hilang akalnya, bagaimana mau kuliah. Sementara untuk pergi mendaftar saja, orangtuanya harus jatuh bangun. Sebuah kenyataan yang terkadang pahit untuk ia telan.
Apalagi Ratih hanya punya waktu empat hari. Tanggal 6 Juli mendatang dia sudah harus menyerahkan biaya masuk kuliah.
“Kemana Ratih mau mencari uang dalam waktu dekat ini? Ratih butuh uang Rp5 juta. Ayah dan ibu tidak punya,” ulasnya menerawang.
Pengakuan Ratih, diperkuat Hafnizal sang guru kimia SMA. Saat ini Ratih tidak punya pilihan lain. Dia, harus kuliah. Kecerdasan Ratih diyakini Hafnizal sebagai modal besar untuk melangkah dan menggapai cita-cita.
Akankah Ratih bisa kuliah? (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar