Featured Video

Jumat, 01 Juli 2011

Terpesona Batik Gentong dan Api Alam Madura


Image



Tim SLBI menuju api alam melewati persawahan Desa Genteng, Kecamatan Konang, Bangkalan. 


Anda tahu batik gentong? Batik asal Madura ini punya ciri khas warna mencolok dan motif beragam. Keunikan lain,proses pembuatannya bisa memakan waktu sampai dua tahun.Pesona itulah yang mendorong tim Suzuki Lintas Batas Indonesia (SLBI) singgah ke Kabupaten Bangkalan. 

Membelah jalanan tengah kota Surabaya yang padat, tim SLBI bergeser ke kawasan timur menuju ujung Kenjeran. Inilah saatnya membawa roda SX4 X-Over ke Madura. Ada dua tujuan utama tim SLBI di Pulau Garam. Selain mendatangi tempat pembuatan batik gentong yang termasyhur itu, tim juga akan mendatangi lokasi wisata api alam di perbatasan Bangkalan-Sumenep. 

Untuk menuju Madura, tim SLBI tentu harus melintasi Jembatan Surabaya- Madura (Suramadu) sepanjang 5,4 km. Jembatan yang digagas mantan Gubernur Jawa Timur (almarhum) M Noer itu diresmikan pada 10 Juni 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Terbentang di atas Selat Madura, melintasi jembatan ini jadi tantangan tersendiri. Hantaman angin laut di sebelah kiri dan kanan jembatan membuat banyak kendaraan menjadi tidak seimbang.Tidak heran jika rambu-rambu di Jembatan Suramadu mengharuskan laju mobil maksimal 80 km/jam karena ada tekanan angin dari samping jembatan. 

Sedangkan kendaraan roda dua berjalan dengan kecepatan maksimal 60 km/jam. Selama di atas jembatan,laju Suzuki SX4 X-Over terasa sangat stabil.Hempasan angin dari depan, kiri,dan kanan terasa tidak begitu kencang.Mobil ini sangat beruntung memiliki bagian depan lebih landai atau istilah kerennya,streamline.

Disamping itu, permukaan bodinya juga lebih rata dan mulus. Dengan demikian, ketika kendaraan melaju, hambatan angin jadi lebih rendah.Tenaga yang diperlukan untuk bergerak tidak terlalu besar.Alhasil, ketika berada di tengah jembatan tanpa terasa kecepatan mobil mencapai 90 km/jam. Tantangan lainnya adalah suhu udara yang panas.

Berada di atas laut jauh lebih panas dibandingkan di atas daratan. Dari Multi Information Display yang ada di indikator mobil diketahui suhu udara di luar mencapai 36 derajat Celsius.Di sinilah rasa nyaman berada di dalam mobil SXD X-Over begitu terasa. Hembusan air conditioner (AC) terasa sangat dingin. 

Tanpa terasa perjalanan melintasi karya infrastruktur kebanggaan Jawa Timur itu akhirnya berhasil dituntaskan dalam waktu sekitar 15 menit. Sebelum mengunjungi dua lokasi utama, sentra pembuatan batik gentong dan api alam, tim SLBI tergelitik untuk menguji daya cengkeram rem mobil ini. 

Begitu keluar dari Jembatan Suramadu, mobil langsung dipacu menembus kecepatan 145 km/jam hingga pertigaan Labang,Bangkalan. Jalan yang padat memaksa tim mengurangi kecepatan mobil. Di sini tim SLBI tidak repot mengendurkan (menurunkan) kecepatan secara tiba-tiba karena ventilated disc brake pada rem depan dan solid disc di rem belakang ampuh untuk mengolah kecepatan menjadi landai. 

Pilihan pertama lokasi yang ingin tim SLBI kunjungi adalah api alam di Pamekasan, Madura. Api alam kerap disebut juga api abadi karena tak pernah padam. Seperti brand Suzuki yang selalu melekat di hati pencintanya di Indonesia. Ini alasan kenapa tim SLBI memutuskan terlebih dahulu ke lokasi api alam. 

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, SX4 X-Over dipaksa berimpitan dengan truk, bus, dan dokar. Jarak tempuh lokasi api alam ini berkisar 55 km dan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam. Mendung tebal yang mengiringi sekeluar dari Suramadu akhirnya benar-benar menjatuhkan rinai hujan. Jalan Raya Sumenep-Bangkalan pun basah. 

Aspal juga menjadi licin karena air hujan bercampur dengan tanah liat. Tim tak takut tergelincir karena daya cengkeram roda-roda SX4 X-Over terbukti kuat menancap aspal basah. Setelah sampai di Pasar Blega, Kecamatan Blega,tim SLBI bergerak ke arah utara menuju Desa Genteng. 

Untuk mencapai api alam ini, SX4 X-Over harus berjibaku dengan jalan rusak sepanjang 5 km di Desa/ Kecamatan Konang menuju Desa Genteng. Bongkahan aspal pecah di sana-sini, lubang jalan menganga merata di seluruh titik dan jalan bergelombang. Saat memasuki kawasan ini, mendung tebal menggantung langit. 

Ujian pertama berhasil dilewati.Namun, ternyata itu bukan yang terakhir. Untuk menuju ke kawasan wisata api alam, tim SLBI harus melewati medan berat yang menguras tenaga. Lubang jalan tidak hanya 0,5 meter,tapi mencapai 1,5 meter sehingga mirip sumur- sumur. Tim harus bersyukur karena batu-batu jalan di tempat itu menancap kuat ke tanah. 

Saat digilas roda, batu tidak ikut menggelinding. Lepas dari jalan desa yang menyiksa,aspal mulai kembali terlihat. Sambil menikmati area persawahan yang hijau, suasana kabin kendaraan dengan empat silinder ini berdentum lantunan lagi dari radio lokal.Suara yang didukung 4 speakers dan 4 tweeters sedikit mampu meredam kekhawatiran tim SLBI,”Jangan-jangan kami tersesat.

Wah gawat, bisa tidak pulang,”begitu apa yang ada di benak anggota SLBI.Setelah bertanya sekitar lima kali kepada warga, api alam itu akhirnya terlihat dari kejauhan. Di lereng perbukitan, dua pipa hitam menyemburkan api. Rumah-rumah warga berjarak sekitar 10 meter dari api alam.

Kawasan ini dulunya hendak dieksplorasi BP Migas. Sayang, kapasitasnya tidak mencukupi jika dieksplorasi secara maksimal. ”Api ini sudah ada sejak 1950,”kata Kholis, 30, warga Desa Genteng, Kecamatan Konang, Kabupaten Bangkalan. Pria yang pernah ikut survei BP Migas ini menjelaskan, setelah batal dieksplorasi, api abadi ini dimanfaatkan warga sekitar. 

”Ada gas yang disalurkan ke rumah tangga untuk memasak. Jika malam tiba, banyak yang datang ke sini sekadar menghangatkan badan,” tandasnya. Asyik berbincang membuat kami lupa. Hujan runtuh dari langit. Dengan terpaksa, SLBI pamit pulang kepada Kholis. 

Sepanjang jalan dari Desa Genteng yang bisa dilakukan SLBI hanya berdoa semoga hujan cepat reda.Ternyata benar, saat memasuki jalan rusak di Desa Konang, hujan yang semula deras berganti gerimis.

 Legenda Batik Gentong 

Perjalanan selanjutnya adalah memburu legenda batik gentong.Para perajin batik legendaris ini tersebar di Kota Bangkalan. Berbekal informasi ini, perjalanan dilanjutkan menuju Bangkalan dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam. Hujan kembali mewarnai perjalanan. SLBI akhirnya menemukan satu orang perajin batik asal Tanjungbumi, yang membuka stan di Bangkalan. 

Dengan keramahan khas orang Madura, Hadi Sugiarto, 28,menyambut ramah SLBI. ”Batik kami ini batik tulis. Tidak ada yang namanya batik printing itu. Jadi kalau di Jakarta atau di mana pun, ada batik Madura yang printing berarti itu bukan bati Madura.Yang asli ya batik tulis ini,” ujarnya panjang lebar. 

Batik Madura tidak bisa dilepaskan dari batik gentong. Batik ini merupakan masterpiece perajin batik Madura. Proses pembuatan batik berbahan sutra juga tidak semudah batik printing atau tulis lainnya. Khusus batik gentong ini warnanya menggunakan pewarna alami.Warna merah bisa diambil dari kulit mengkudu, warna hijau dari kulit mundu dicampur tawas, biru dari daun tarum. 

Kepekaan warna dicapai dari lamanya waktu merendam di dalam gentong. ”Ini yang membedakan dengan batik-batik lainnya,” imbuh Hj Latifah,perajin batik lainnya. Hj Latifah menunjukkan, kebanyakan batik Madura memilih warna terang, merah, kuning, hijau. Namun, batik gentong memiliki warna yang beragam seperti merah, hijau, dengan latar belakang putih. ”Proses pembuatannya bisa sampai dua tahun,” ujarnya. 

Menurut dia, motif batik gentong atau gentongan yang ada di tempatnya seperti motif Kucing Rindu dan Gajah Sakereng. ”Batik ini ditawar Rp25 juta,” kata Hj Latifah menunjukkan batik gentong bermotif Kucing Rindu. 

Ketelitian dan Pantang Putus Asa 

Perjalanan dari api alam dan legenda batik gentong mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Api alam mengajarkan tentang semangat pantang menyerah, apalagi putus asa.Saking rusaknya jalan, SLBI nyaris putus asa saat menuju api alam.Namun, bayang-bayang keindahan api alam membuat semangat terus menyala. 

Sedangkan proses pembuatan batik gentong mengajarkan betapa pentingnya ketelitian dalam membangun sebuah karya.Para perajin batik gentong harus menunggu dua tahun agar batiknya jadi.Ketelitian mereka diuji selama proses pembuatan batik. Sedikit campuran warnanya salah,warna batik akan memudar.

Ketekunan para perajin di Kecamatan Tanjungbumi itu akhirnya terbayar. Harga batik gentong tembus hingga jutaan. Nama batik Madura juga semakin tenar karena ciri khas batik gentong. Sepanjang perjalanan pulang menuju Surabaya, dua hal ini yang kami renungkan. Apalagi ketika melintas di Jembatan Suramadu. 

Yang terbayang adalah rumitnya perencanaan,mulai pengecoran fondasi, pemasangan girder, hingga ketepatan komposisi beton cor. Jika tidak direncanakan dengan teliti, Suramadu tidak akan berdiri kokoh. Demikian pula Suzuki SX4 X-Over. 

Desain dan rancang bangun mobil (desain yang kokoh) yang direncanakan dengan matang mampu membawa SLBI menggapai api alam dan melihat langsung keindahan batik gentong. edi purwanto  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar