Featured Video

Sabtu, 06 Agustus 2011

BERHENTI MEROKOK DAN DAPAT INSENTIF


Kebijakan Walikota Pa­dang Panjang, dr. Suir Syam yang menghimbau kepada masyarakatnya yang perokok untuk me­manfaatkan momentum Ramadan ini mulai ber­henti merokok. Bagi warga yang berhasil berhenti merokok akan diberi in­sentif. Kebijakan ini patut mendapatkan apresiasi (Haluan, 1/8). Tidak banyak kepala daerah yang amat peduli dengan warganya terhadap bahaya rokok ini. Lalu seberapa besarkah bahaya rokok? Bisakah orang berhenti merokok? Apakah insentif berkon­tribusi dalam upaya berhenti merokok?

Sebenarnya tembakau diperkenalkan di negara kita oleh Belanda sekitar 2 abad yang lalu, bahkan kata merokok diambil dari bahasa Belanda, yakni roken. Rokok semula hanya dinikmati oleh kalangan terbatas, tetapi dalam perkembangannya dapat dinikmati oleh semua kalangan dan ia semakin popular hingga mengalahkan kebiasaan menguyah sirih.
Menurut WHO jumlah orang yang merokok di dunia sekitar 1,3 miliar. Indonesia menempati urutan kelima negara pengkonsumsi rokok terbanyak dan urutan nomor 3 negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. WHO juga memprediksi bahwa tahun 2020, penyakit yang disebabkan oleh rokok akan menga­kibatkan kematian sekitar 8,4 juta jiwa di dunia, setengah dari kematian itu berasal dari wilayah Asia, sedangkan Depkes RI menyatakan sebanyak 10 atau sekitar 200.000 jiwa dari total kematian di Indonesia disebabkan oleh rokok.
Pada saat rokok dibakar terjadi reaksi kimia dan fisika yang dibagi dalam 2 zona. Zona pertama sebut combustion zone, zona kedua disebut pyrosentisis zone. Hasil reaksi di zona pertama meliputi CO2, CO, dan Hidrogen, sedangkan zone kedua menghasilkan 4.700 senyawa kimia. Komponen asap yang paling luas dikenal masyarakat adalah tar, nikotin dan CO. Tar merupakan bagian partikel dalam asap rokok sesudah kandungan nikotin  dan uap air yang dikeluarkan. Tar mengandung senyawa PHA yang bersifat karsino­genik  (zat penyebab kanker).
Pada saat asap rokok diisap tar masuk ke dalam mulut sebagai uap padat, setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan warna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru. Zat lain adalah nikotin yang menimbulkan efek psikoaktif dan adiktif pada manusia..dimana kekuatan adiktifnya lebih kuat dari kokain atau morfin.
Bahaya rokok terhadap kesehatan tidak terbantahkan lagi, beberapa dampak negatif yang dapat mem­pengaruhi kesehatan adalah penyakit kanker paru, gangguan sistem kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner, infark miokard, serebrovaskuler, metabolic, gangguan pada perut, sistem reproduksi, kemandulan, dan bahkan kelainan pada kulit.
Menghentikan kebiasaan mero­kok tidaklah mudah. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari dalam diri perokok dan butuh bantuan dari sekitarnya. Beberapa penelitian melaporkan 70 persen perokok berkeinginan untuk berhenti mero­kok, sebagian besar hanya berda­sarkan komitmen sendiri tanpa bantuan pihak lain sehinggga kemung­kinan berhasil hanya 5 persen.
Apa manfaatnya orang berhenti merokok?  Sedikitnya ada 3 dimensi, manfaaatnya antara lain manfaat kesehatan. Artinya berhenti merokok akan menurunkan risiko kematian, menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah. Dari sisi mental/sosial mantan perokok akan merasa lebih bijak, lebih disiplin dan secara seksual lebih bergairah. Sedangkan dari sisi ekonomi, dengan berhenti merokok dapat memberi peluang lebih besar mengalokasikan keua­ngannya untuk makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Seperti penulis sampaikan di atas, berhenti merokok sangat sulit. Sebab ada beberapa kendala utama yang dialami bila seorang ingin berhenti merokok. Sedikitnya ada 3 aspek yang menjadi kendala utama, yakni pertama kendala fisiologis. Artinya dari aspek fisiologis ketagihan nikotin merupakan kendala yang amat besar dibandingkan dengan kokain, mor­fin, kafein. Nikotin zat yang paling adiktif. Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran dan fungsi pada tingkat sel.
Nikotin pada asap rokok dapat mencapai otak dalam waktu 4-10 detik setelah seorang perokok menghisap asap rokok, bahkan konsentrasi nikotin meningkat 10 kali lipat dalam sirkulasi pembuluh darah dan bergerak cepat menuju otak. Kemudian otak akan menge­luarkan dopamine yang menyebabkan orang merasa nyaman. Ketika kadar dopamine berkurang dalam otak maka rasa kenyamanan hilang  maka muncullah lagi keinginan  untuk merokok. inilah yang disebut ling­karan setan adiksi nikotin. Kedua aspek psikologi. Artinya berhenti merokok merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan atau lebih ekstrim menyengsarakan secara kejiwaan. Bagian paling sulit dari berhenti merokok adalah kemam­puan untuk menahan diri dari ke­biasaan yang dilakukan karena bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Contohnya merokok setelah makan, atau merokok setelah bangun tidur. Ketiga aspek lingkungan sosial, ketiadaan orang terdekat yang mendukung akan menurunkan motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Lingkungan yang tidak mendukung untuk berhenti merokok akan memberikan stimulasi untuk tetap merokok sehingga pasien akan sulit untuk melepaskan rokok. Sebahagian besar orang yang kembali merokok disebabkan karena ditawari rokok oleh sahabatnya.
Lalu benarkah orang bisa ber­henti merokok? Ada beberapa tips motivasi untuk berhenti merokok. Misalnya milikilah niat yang kuat untuk berhenti merokok, tetapkan tanggal untuk berhenti merokok, jauhi hal-hal yang berbau rokok. Contohnya korek api, asbak, ber­sihkan kamar dari bau rokok, ajaklah teman atau pasangan Anda untuk mendukung berhenti merokok, hindari stres yang berlebihan, bila Anda mengalami stres cari permen atau dilakukan aktivitas bermanfaat, dan terakhir mintalah bantuan profesional seperti dokter.
Nah apakah insentif bisa memo­tivasi orang untuk berhenti merokok? Wallahualam. Tetapi yang namanya usaha kenapa tidak, selamat beriba­dah puasa.

JONDRI AKMAL
(Penulis Mahasiswa Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit Unand Padang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar