Featured Video

Sabtu, 07 Januari 2012

ORANGTUANYA MENANGIS SAAT ANAKNYA DISUNAT USIA 17 TAHUN-Sumbar


Yuswarti (49) tak kuasa membendung air matanya melihat anaknya Muhammad Rovel disunat pada usia ke-17 tahun melalui sunatan massal gratis pada Jumat (6/1) yang digelar Indo Jalito Jakarta. Muhammad Rovel merupakan anak keduanya yang mengalami kelumpuhan semenjak lahir, dan hingga saat ini tidak bisa berdiri sendiri.

Warga Tiga Tumpu, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar ini memang tergolong warga kurang mampu. Untuk membiayai anaknya sunat, ia tidak memiliki uang yang cukup, sehingga ketika men­dapatkan kesempatan sunatan gratis, Yus­warti langsung meneteskan air mata.
Selama ini, ia merasa bersalah dan selalu dibayang-bayangi akan masuk neraka. Bahkan ia juga merasa tidak tentram dan waswas dirinya akan menjadi hantu ketika nantinya meninggal dunia, karena belum juga menyunatkan anaknya yang telah mulai beranjak dewasa.
Namun kini hatinya mulai tenang. Dengan isak tangis, ia menyampaikan semua uneg-uneg kepada anggota Indo Jalito Jakarta, yang telah menyelenggarakan sunatan massal itu. “Akhirnya anakku disunat juga,” ujarnya sambil menangis terharu, Jumat.
Yuswarti tidak memiliki peker­jaan tetap, dan hampir tiap harinya hanya sebagai ibu rumah tangga yang merawat tiga orang anaknya yang masih kecil maupun yang telah remaja. Suaminya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Oto­matis biaya hidup keluarga harus dipikulnya sendiri.
Untuk menghidupi keluarganya, Yuswarti bergantung pada bantuan sebesar Rp300 ribu yang diberikan Kementerian Sosial tiap bulannya. ia mendapatkan bantuan itu semenjak tahun 2009 lalu, dan akan terus menerimanya seumur hidup anaknya Rovel yang cacat.
Untuk mencari biaya tambahan hidup, kadang-kadang ia bekerja membersihkan sawah tetangga, atau mencuci pakaian tetangga. Namun tentu saja hasil yang didapatkan belum cukup memuaskan. Dengan alasan ekonomi lemah ini, Yuswarti juga tidak sanggup untuk mem­biayai anaknya sekolah.
“Sebenarnya saya juga tidak tahu penyakit apa yang diderita anak saya Rovel. Dulu pernah pergi ke dokter sewaktu suami saya masih hidup, kata dokter di Bukit­tinggi, anak saya ini menderita krimison, penyakit di bawah folio. Saya tidak tahu itu penyakit apa,” tutur Yuswarti.
Yuswarti juga mengeluhkan nasib anaknya yang sering pingsan dan mengalami kejang-kejang selama beberapa menit. Kondisi itu hampir dialami setiap hari, bahkan bisa mencapai empat kali kejang-kejang dan pingsan dalam sehari.
Terkait kondisi nasib Yuswarti, Sekretaris Camat Lima Kaum Afrizal mengakui bahwa pihaknya tidak bisa berbuat banyak, karena tidak ada program khusus untuk menangani masalah ini di tingkat kecamatan.
Menurutnya, pihak kecamatan hanya membantu menjalankan program Dinas Sosial, memfasilitasi, serta akan menjembatani pihak donatur yang akan memberikan bantuan kepada warga yang kurang mampu di Kecamatan Lima Kaum.
“Kami hanya mampu menjem­batani dan menyediakan fasilitas sebatas kemampuan kami. Seperti ini contohnya, ketika ada sunatan massal gratis, kami langsung menjemput anaknya Yuswarti untuk disunat, dan kami antar kembali ke rumahnya setelah disunat. Kami juga berharap ada donatur yang mau membantu kehidupan Yuswarti,” harap Afrizal.
Kegiatan sunatan massal yang dilaksanakan di gedung pertemuan Datuak Parpatiah Nan Sabatang ini merupakan sunatan massal yang keempat yang diselenggarakan Indo Jalito di Sumbar selama tahun 2012 ini, yang diikuti sebanyak 30 peserta. Sebelumnya, Indo Jalito juga menyelenggarakan sunatan massal di Maninjau Kabupaten Agam, serta di Kukua Karambia dan Gunuang Rajo Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
Indo Jalito merupakan per­kumpulan ibu-ibu asal Sumbar, yang bergerak di bidang sosial, seni dan budaya. Perkumpulan yang telah berdiri semenjak tahun 2001 lalu memiliki banyak program sosial di Sumbar tiap tahunnya.
Saat ini, Indo Jalito juga sedang membangun gedung Panti Asuhan Ade Irma Suryani di Kabupaten Tanah Datar, yang menelan biaya lebih dari Rp1 miliar. Pengerjaan bangunan yang telah dimulai semenjak sembilan bulan lalu diharapkan bisa rampung pada akhir 2012 mendatang.
“Pada pertengahan tahun 2012 ini, kami juga akan memberi ban­tuan berupa uang santunan kepada seribu anak yatim di masing-masing kabupaten di Sum­bar. Ada sekitar empat kabupaten yang akan kami datangi dan akan diberi bantuan,” tambah Ketua Umum Indo Jalito Jakarta, Astri Asgani.
Seperti Berusia 2 Tahun
Melihat fisiknya, pasti banyak orang menilai bahwa Annisa baru berumur satu atau dua tahun. Namun siapa sangka, anak pasa­ngan Ita (32) dan Julheri (43) warga Tanah Lapang Gunuang Rajo Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar ini telah berusia 10 tahun.
Meski hampir menginjak re­maja, namun perkembangan fisik Annisa tidak wajar dan tidak seperti anak normal lainnya. Tapi, ketika mulutnya mengeluarkan kata-kata, suaranya tak jauh beda dengan anak-anak sebayanya.
Setiap mau bepergian, Annisa selalu digendong orangtuanya, karena Annisa tidak bisa berdiri. ia hanya bisa duduk, merayap dan berbaring.
Baru seminggu lalu, orangtua Annisa mengantarkan Annisa ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), agar bisa bermain, bernyanyi dan sekolah. Namun tentu saja ia harus membaur dengan anak-anak yang berusia balita. Berbaur dengan anak balita bukan masalah serius bagi Annisa dan orangtuanya,
“Kalau sekadar mengkonsumsi makanan bergizi, saya telah mem­berikannya selama 100 hari. Na­mun tak ada perubahan. Sedang­kan untuk operasi, saya tak sanggup. Uang kami sudah habis dan tak cukup lagi membiayai operasi Annisa,” tutur Ita kepada Haluan.
Ita menceritakan, sewaktu berusia tujuh bulan, Annisa pernah terinjak oleh kakak kandungnya pada bagian punggung belakang. Semenjak itu, Annisa selalu merin­tih kesakitan pada bagian punggung.
Berbagai usaha pengobatan telah ditempuh untuk mengobati Annisa, baik meggunakan obat kampung, dokter, bahkan melalui dukun. Namun semua itu belum membuahkan hasil. Hingga telah berusia 10 tahun, Ita dan sanak keluarga mulai putus asa untuk mengobati Annisa.
Wali Nagari Gunuang Rajo, Mukhtar menambahkan, warga sekitar juga telah berupaya untuk membantu mengobati Annisa. Namun jangankan menemukan obatnya, warga sendiri juga belum mengetahui jenis penyakit apa yang menderita Annisa.
“Bagi kami warga Gunuang Rajo, penyakit Annisa merupakan penyakit aneh, dan satu-satunya di tempat kami. Pak bupati dulu juga pernah turun tangan, tapi tetap juga tak berhasil. Kini kami sangat berharap ada orang yang berbaik hati meno­long menyembuhkan penyakit yang diderita Annisa,” harap Mukhtar. (Laporan Haswandi)haluan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar