Featured Video

Kamis, 14 Juni 2012

MANGAIK MUNGKUIH BERHADIAH SAPI ATAU MANANJUA TALI TALI




Mungkuih merupakan ikan yang hidup di sungai  berbatu. Fisiknya mirip ikan gabus, namun ukurannya dewasanya hanya seukuran ibu jari. Di Pesisir Selatan ia hidup secara spesifik di Batang Pelangai. Batang Kambang bagian hulu, Batang Surantiah dan lain lain. Jenis ikan ini menangkapnya tidak bisa dilakukan dengan bubu, jaring atau jala. Namun di bagian selatan Pesisir Selatan ditangkap dengan mengait (bahasa setempat mangaik-red).

Pada Festival Langkisau X tahun 2012 di Pesisir Selatan mangaik mungkuih menjadi salah satu kegiatan perlombaan. Secara resmi hari Rabu (13/6) kegiatan itu di buka Wakil Bupati Pesisir Selatan Edi­tiawar­man di Nagari Pelangai Ga­dang Kecama­tan Ranah Pesisir. Ba­nyak juga peserta yang datang. Sekitar 50 orang. Mereka berasal dari Kota Padang, IV Jurai dan kecamatan bertetangga Ranah Pesisir.
Setiap peserta menggunakan alat pengait sebagai alat utama. Sepintas ia terlihat seperti alat pancing, namun jika dilihat secara seksama sungguh berbeda. Pengait memiliki tangkai seperti tongkat sepanjang satu setengah meter. Tangkainya itu terbuat dari kayu dengan ukuran sebesar ibu jari, namun semakin keujung semakin kecil. Ukuran ujungnya sebesar pangkal lidi aren.
Dibagian ujung itulah terdapat pengait yang dibuat dari kawat ban. Pengait bentuknya mirip mata kail, namun memiliki tangkai sepanjang 15 cm pula. Tangkainya itu dijepit pada ujung kayu menggu­nakan benang nilon yang melingkar rapat pada ujung kayu itu. Pengait terjepit namun sedikit longgar. Tujuan dibuat longgar agar ketika mungkuih ukuran besar tersangkut kait, maka kait itu lepas. Namun ketika kait lepas dari jepitan, kait itu secara umum tidak lepas dari tongkat pengait.
Batang Pelangai yang terdapat di Pelangai Gadang Ranah Pesisir hari Rabu tampak begitu sibuk dan ramai. Mereka yang hobi mengait mungkuih diberikan kesempatan untuk bertanding dan mem­pere­butkan hadiah seekor sapi. Menarik dan unik memang.
Panitia merentang tali kese­berang sungai sebanyak dua lembar dengan jarak antartali sekitar 4 meter. Tali itu adalah batas peserta untuk bergerak ke mudik dan ke hilirnya. Waktu yang disediakan untuk peserta oleh panitia setiap etape sekitar 15 menit. Setelah stage pertama berakhir maka dilanjutkan pada stage kedua.
Selama waktu 15 menit itu, peserta berusaha mencari mungkuih di sela-sela batu. Sedangkan perlengkapan untuk membantu penglihatan ke dalam air peserta hanya diperkenankan menggunakan kaca biasa ukuran 20 kali 15 cm. Kaca segi empat itu oleh peserta didekatkan ke permukaan air, maka dari situlah mereka meneropong mungkuih.
Dalam waktu 15 menit pada stage pertama, hasil tangkapannya sangat beragam, tergantung kepin­taran dan kehelian mereka dalam menggunakan peralatan tangkap tradisional itu. Namun penguasaan medan sangat berpengaruh besar pula pada hasil tangkapan.
Selanjutnya bagai mana menen­tukan pemenang? Setelah seluruh peserta merampungkan dua stage perlombaan maka akan ditentukan pemenangnya. Pemenang lomba bukan dilihat dari seberapa besar mungkuih yang dikaitnya. Akan tetapi seberapa banyak mungkuih yang mampu ditangkap peserta. “Jadi untuk menentukan pemenang tidak ditentukan besar kecilnya mungkuih, namun jumlah ikan disetiap sat­genya,” kata Editia­warman.
Dikatakannya, kegaitan ini sudah memasuki tahun ke 4 semen­jak FL. Mungkuih merupakan jenis ikan khas dan dijual pada beberapa rumah makan di Pessel. Ingin mencoba, datang saja ke daerah ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar