Ancaman bahaya tanah longsor, banjir bandang atau galodo terus mengintai masyarakat Sumbar jelang Lebaran tahun ini. Ancaman bahaya itu menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ketaping, Padang menyusul tingginya curah hujan meningkat hingga empat minggu ke depan.
Selain ancaman di atas, langit Sumbar juga mulai dipenuhi asap kiriman dari Riau, Jambi dan Sumbar sendiri. Dari pantauan satelit Teraqua yang dimiliki BMKG Ketaping, di Padang terdapat 64 titik api.
Forester (prakirawan/wati) BMKG Ketaping, Padang, Siska Anggraini mengatakan, titik api paling banyak terdapat di Riau dan Jambi. Sementara di Sumbar, berada di Dharmasraya satu titik dan Sawahlunto Sijunjung tiga titik api.
Titik api muncul karena pembakaran hutan secara besar-besaran, dan tidak terkendali. “Prediksi kami, kalau hujan tidak turun di Pekanbaru dan Jambi dalam waktu dekat, kemungkinan kabut asap itu tidak akan hilang sampai satu minggu ke depan. Ini berbahaya bagi pengemudi karena jarak pandang berkurang,” ujar Siska Anggraini, kemarin (12/8).
Tidak hanya pengendara, nelayan pun harus berhati-hati saat melaut. Dalam dua tiga hari ke depan, tinggi gelombang diperkirakan mencapai tiga meter.
Di Kepulauan Mentawai bagian Selatan, diprediksi gelombang bisa mencapai empat meter.
Curah hujan di Mentawai diprediksi sangat tinggi dibandingkan Kepulauan Riau, khususnya pada malam sampai pagi hari karena tekanan udara rendah di langit Sumbar, tepatnya di Samudera Hindia.
“Saat hujan, pengendara diharapkan berhati-hati karena bisa memicu tanah longsor. Longsor terjadi karena siang hari udara panas dapat memicu kebakaran, dan malam hari diguyur hujan. Ini mengakibatkan kekuatan tanah labil,” ungkapnya.
Curah hujan tinggi diprediksi terjadi di Padangpanjang, Pasaman, Agam, Padangpariaman, Padang, Bukittinggi, Payakumbuh. Menurut pantauan satelit BMKG, curah hujan tinggi terjadi pada daerah perbukitan sehingga memicu longsor. “Kami sarankan pada seluruh pengendara agar menghentikan perjalanan bila hujan deras di kawasan perbukitan,” tegasnya.
40 Unit Alat Berat
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumbar, Ade Edwar mengatakan telah melakukan upaya antisipasi di 19 titik rawan longsor dengan menyiagakan dua sampai tiga unit alat berat. “Alat berat tersebut telah berada di lokasi lengkap dengan operatornya. Di situ juga ada posko pantau dari Dinas PU,” jelasnya.
Khusus Sitinjaulaut dan Silaing, ditempatkan empat unit alat berat. Penempatan alat berat di 19 titik itu setelah berkoordinasi dengan BMKG dan BPBD kabupaten dan kota.
17 Titik Rawan
Bagi yang melintasi jalan lintas barat Sumatera via Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), juga diminta hati-hati. Di sini terdapat 17 titik rawan bencana. Terutama di Kampung Padangtaeh, Nagari Ampingparak, Kecamatan Sutera, rawan banjir kiriman yang sewaktu-waktu bisa menggenangi ruas jalan.
Kepala BPBD Pessel, Doni Gusrizal menjelaskan, 17 titik rawan bencana tersebar di 6 kecamatan. Di Kecamatan Koto XI Tarusan, tepatnya dari Nagari Barung-Barung Belantai hingga perbatasan Padang rawan longsor, banjir dan pohon tumbang terdapat 6 titik.
Di Kecamatan Bayang dan Kecamatan IV Jurai, terdapat 5 titik rawan bencana. Di Kecamatan Batangkapas dan Basa IV Balai Tapan, terdapat 5 titik rawan.
“Sedangkan gelombang pasang juga mengancam genangan air di badan jalan. Tepatnya di Kampung Padangtaeh, Nagari Ampingparak, Kecamatan Sutera. Ruas jalan yang hanya berjarak 20 meter dari laut yang berhutan nipah ini, sering digenangi air pasang,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi (Dishub Inforkam) Pessel, Yunasri mengatakan, sempitnya ruas jalan dengan tikungan tajam di jalan lintas barat Sumatera rawan kecelakaan. “Para kepada pengendara diminta waspada serta tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi,” imbaunya.
Sepanjang jalan lintas barat, terdapat 7 posko pengamanan Lebaran. “Ini dapat dijadikan tempat persinggahan. Lokasinya tersebar di 6 kecamatan yang dinilai rawan itu,” terangnya.
Arus balik Lebaran diprediksi memadati jalan nasional itu empat hari sebelum Lebaran. “Pada H-7 kemarin, belum terlihat lonjakan kendaraan. Tahun lalu, lonjakan terlihat empat hari menjelang Lebaran,” ujarnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar