Featured Video

Selasa, 14 Agustus 2012

Longsor Intai Pemudik Curah Hujan Tinggi, 40 Unit Alat Berat Siaga


Ancaman bahaya tanah longsor, banjir bandang atau galodo terus mengintai masyarakat Sumbar jelang Lebaran tahun ini. An­caman bahaya itu menurut Badan Meteorologi, Klima­tologi, dan Geofisika (BMKG) Ketaping, Padang menyusul tingginya curah hujan me­ningkat hingga empat minggu ke depan.


Selain ancaman di atas, langit Sumbar juga mulai di­penuhi asap kiriman dari Riau, Jambi dan Sumbar sendiri. Dari pantauan satelit Teraqua yang dimiliki BMKG Ketaping, di Padang terdapat 64 titik api.

Forester (prakirawan/wa­ti) BMKG Ketaping, Padang, Siska Anggraini mengatakan, titik api paling banyak terdapat di Riau dan Jambi. Sementara di Sumbar, berada di Dhar­mas­raya satu titik dan Sa­wah­lunto Sijunjung tiga titik api.

Titik api muncul karena pembakaran hutan secara be­sar-besaran, dan tidak ter­kendali. “Prediksi kami, kalau hujan tidak turun di Pe­kan­baru dan Jambi dalam waktu dekat, kemungkinan kabut asap itu tidak akan hilang sampai satu minggu ke depan. Ini berbahaya bagi pengemudi karena jarak pandang ber­kurang,” ujar Siska Anggraini, kemarin (12/8).

Tidak hanya pengendara, nelayan pun harus berhati-hati saat melaut. Dalam dua tiga hari ke depan, tinggi gelom­bang diperkirakan mencapai tiga meter.

Di Kepulauan Mentawai bagian Selatan, diprediksi gelombang bisa mencapai em­pat meter.

Curah hujan di Mentawai diprediksi sangat tinggi diban­ding­kan Kepulauan Riau, khu­susnya pada malam sampai pagi hari karena tekanan udara rendah di langit Sumbar, te­patnya di Samudera Hindia.

“Saat hujan, pengendara diharapkan berhati-hati ka­rena bisa memicu tanah long­sor. Longsor terjadi karena siang hari udara panas dapat memicu kebakaran, dan ma­lam hari diguyur hujan. Ini mengakibatkan kekuatan ta­nah labil,” ungkapnya.

Curah hujan tinggi dipre­diksi terjadi di Padangpanjang, Pasaman, Agam, Pa­dang­pa­riaman, Padang, Bukittinggi, Payakumbuh. Menurut pan­tauan satelit BMKG, curah hujan tinggi terjadi pada dae­rah perbukitan sehingga me­micu longsor. “Kami sarankan pada seluruh pengendara agar menghentikan perjalanan bila hujan deras di kawasan per­bukitan,” tegasnya.

40 Unit Alat Berat

Kepala Bidang Keda­ru­ra­tan dan Logistik Badan Pe­nang­gulangan Bencana Dae­rah (BPBD) Provinsi Sumbar, Ade Edwar mengatakan telah melakukan upaya antisipasi di 19 titik rawan longsor dengan menyiagakan dua sampai tiga unit alat berat. “Alat berat tersebut telah berada di lokasi lengkap dengan operatornya. Di situ juga ada posko pantau dari Dinas PU,” jelasnya.

Khusus Sitinjaulaut dan Silaing, ditempatkan empat unit alat berat. Penempatan alat berat di 19 titik itu setelah berkoordinasi dengan BMKG dan BPBD kabupaten dan kota.

17 Titik Rawan

Bagi yang melintasi jalan lintas barat Sumatera via Ka­bupaten Pesisir Selatan (Pes­sel), juga diminta hati-hati. Di sini terdapat 17 titik rawan bencana. Terutama di Kam­pung Padangtaeh, Nagari Am­pingparak, Kecamatan Sutera, rawan banjir kiriman yang sewaktu-waktu bisa me­ng­genangi ruas jalan.

Kepala BPBD Pessel, Doni Gusrizal menjelaskan, 17 titik ra­wan bencana tersebar di 6 ke­camatan. Di Kecamatan Koto XI Tarusan, tepatnya dari Na­­gari Barung-Barung Belan­tai hingga perbatasan Padang ra­wan longsor, banjir dan po­hon tumbang terdapat 6 titik.

Di Kecamatan Bayang dan Kecamatan IV Jurai, terdapat 5 titik rawan bencana. Di Ke­camatan Batangkapas dan Basa IV Balai Tapan, terdapat 5 titik rawan.

“Sedangkan gelombang pasang juga mengancam ge­na­ngan air di badan jalan. Tepat­nya di Kampung Padangtaeh, Nagari Ampingparak, Keca­matan Sutera. Ruas jalan yang hanya berjarak 20 meter dari laut yang berhutan nipah ini, sering digenangi air pasang,” katanya.   

Kepala Dinas Perhu­bu­ngan Informasi dan Komu­ni­kasi (Dishub Inforkam) Pessel, Yunasri mengatakan, sem­pit­nya ruas jalan dengan tikungan tajam di jalan lintas barat Sumatera rawan kecelakaan. “Para kepada pengendara di­minta waspada serta tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi,” imbaunya.

Sepanjang jalan lintas ba­rat, terdapat 7 posko pe­nga­ma­nan Lebaran. “Ini dapat dija­di­kan tempat persinggahan. Lokasinya tersebar di 6 ke­ca­matan yang dinilai rawan itu,” terangnya.

Arus balik Lebaran dipre­diksi memadati  jalan nasional itu empat hari sebelum Le­baran. “Pada H-7 kemarin, belum ter­lihat lonjakan ken­daraan. Tahun lalu, lonjakan terlihat empat hari menjelang Lebaran,” ujarnya. 

sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar