Featured Video

Jumat, 28 September 2012

Bulutangkis Indonesia: Ketua Baru, Pemain Baru, (Semoga) Prestasi Baru



Ilustrasi (AFP/Adek Bery)
Jakarta - Bulutangkis Indonesia sekali lagi dipimpin oleh manajer handal dari kalangan pebisnis dengan terpilihnya Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai ketua umum untuk periode tahun 2012-2016.

Sebelumnya, Chairul Tanjung, seorang pengusaha handal, juga pernah menjadi komandan induk organisasi olahraga yang paling sering mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia tersebut untuk periode tahun 2000-20004.

Chairul saat itu menunjukkan kemampuannya antara lain saat membuat keputusan sangat besar, yaitu "mengalah" pada "kenakalan" Taufik Hidayat, dan memburu Taufik yang di akhir tahun 2001 dan awal 2002 ingin pindah ke Singapura. Chairul berhasil membujuk si Bad Boy yang juga Golden Boy itu ntuk kembali ke pelatnas. Hasilnya: Taufik mengharumkan nama Indonesia dengan menjadi juara Olimpiade 2004, juara dunia 2005, kampiun Asian Games 2006 dan sederet gelar lainnya.

Chairul akhirnya secara ksatria mengundurkan diri dari jabatan ketua umum PBSI sebagai konsekuensi dari kegagalan tim bulutangkis Indonesia mempertahankan Piala Thomas 2004, walaupun sebelumnya berhasil mempertahankan Piala Thomas di tahun 2002. Sejak saat itu Indonesia belum pernah mendapatkan kembali Piala Thomas, tetapi belum pernah ada ketua umum PBSI yang meletakkan jabatannya karena kegagalan memenangi piala beregu paling bergengi di olahraga ini.

Tidak seperti masa Chairul Tanjung yang mewarisi pemain-pemain handal seperti Taufik, Sony Dwi Kuncoro, Hendrawan, Marleve Mainaky, Sigit Budiarto, Chandra Wijaya, Halim Haryanto, Trikus Haryanto, Nova Widianto dan tradisi emas bulutangkis Indonesia, Gita Wirjawan mewarisi kondisi terburuk dalam sejarah prestasi bulutangkis Indonesia. Jangankan medali emas olimpiade (2012) yang selalu menjadi tradisi kontingen Indonesia, medali perunggu pun tidak dapat.

Obat dari keterpurukan bulutangkis Indonesia saat ini adalah manajer yang handal, yang mampu membuat perencanaan yang matang dan berani mengambil keputusan yang inovatif. Hal ini menurut saya dimiliki oleh ketua umum PBSI yang baru. Yang menjadi syarat lainnya adalah sang ketua umum harus mencintai bulutangkis dan mau berkorban. Inilah yang akan dituntut dari Gita dari para penggemar olahraga tepok bulu angsa di Indonesia.

Meskipun mewarisi kondisi bulutangkis Indonesia yang mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir, tetapi Gita tetapmewarisi bakat-bakat bulutangkis yang mulai menunjukkan kualitasnya dan siap untuk menggantikan pemain-pemain lama, terutama bakat-bakat di nomor ganda, baik ganda putra, ganda putri ganda campuran.

Apresiasi harus diberikan antara lain kepada PB Djarum yang secara reguler mengadakan Sirkuit Nasional, sehingga bibit-bibit bulutangkis Indonesia mempunyai sarana untuk mengasah kemampuan dan mental dalam iklim kompetisi yang sangat ketat. PB Djarum juga secara reguler mengirimkan pemain-pemain juniornya untuk berlaga di kompetisi internasional.

Saat ini bibit-bibit muda Indonesia mulai menunjukkan tajinya di dunia internasional, antara lain dengan meraih gelar ganda campuran Kejuaraan Dunia Yunior 2011 melalui Gloria Emmanuelle Widjaja/Alfian Eko Prasetyo, yang di final mengalahkan sesama pemain Indonesia, Ronald Alexander/Tiara Rosalia Nuraidah. Di event tersebut Indonesia juga menempatkan dua finalis lainnya, yaitu di nomor tunggal putri dan ganda putri walaupun mereka akhirnya kalah di final.

Sebelumnya, pemain yunior Indonesia juga meraih dua gelar dalam Kejuaraan Asia 2011 melalui Lukhi Apri Nugroho/Ririn Amelia di nomor ganda campuran, serta Suci Rizki Andini/Tiara Rosalia Nuraidah di ganda putri. Pada Kejuaraan Asia tahun 2012, Indonesia kembali mendapatkan gelar melalui pasangan ganda putra Edi Subaktiar/Arya Maulana Aldiartama.

Di tingkat senior, para pemain baru juga mulai berkembang di tahun 2012 ini, terutama untuk pemain ganda. Berdasarkan ranking yang dikeluarkan BWF per 20 September 2012, pemain-pemain "baru" Indonesia mulai menapaki peringkat 32 besar dunia, sehingga memungkinkan mereka untuk tampil di kejuaraan setingkat Super Series.

Di nomor ganda putra, selain Angga Pratama/Ryan Agung Saputro di peringkat 22 dunia, masih ada pasangan Ricky Karanda Suwardi/Muhammad Ulinnuha (31), Markus Fernaldi Gideon/Agripinna Prima Rahmanto Putra (32), dan Andrei Adistia/Christopher Rusdianto (39). Mereka akan didukung oleh pasangan baru muka lama seperti Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Markis Kido/Alvent Yulianto Chandra, Hendra Aprida Gunawan/Yonathan Suryatama Dasuki, dan Bona Septano dengan pasangan barunya.

Di nomor ganda putri, para pemain baru yang mulai menanjak adalah Nitya Krishinda Maheswari/Anneke Feinya Agustin (peringkat 18 dunia), dan Della Destiara Haris/Suci Rizki Andini (peringkat 39 dunia). Di bawah mereka masih ada pasangan Gebby Ristiyani Imawan/Tiara Rosalia Nuraidah (peringkat 48 dunia).

Di nomor ganda campuran yang merupakan nomor andalan Indonesia saat ini, di samping pasangan senior Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad (peringkat 4 dunia), Muhammad Rijal/Debby Susanto (peringkat 19) dan Frans Kurniawan/Shendy Puspa Irawati (peringkat 24), pemain-pemain baru juga mulai menunjukkan prestasi mereka seperti pasangan Irfan Fadhilah/Weni Anggraini (peringkat 29) dan Riky Widianto/Puspita Richi Dili (peringkat 36). Di bawah mereka, pasangan juara dunia junior 2011, Alfian Eko Prasetyo/Gloria Emmanuelle Widjaja juga mulai merangkak naik dan sekarang berada pada peringkat 92 dunia.

Di nomor tunggal putra dan putri, para pemain Indonesia masih mengandalkan pemain senior, sedangkan para pemain muda masih kedodoran dalam kompetisi internasional, bahkan mereka sulit bersaing dengan pemain yunior dari Thailand, India dan Jepang. Meskipun demikian, para pemain muda Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Hanya saja penanganan mereka belum maksimal.

Para muka baru baik di nomor ganda maupun tunggal merupakan pemain-pemain muda usia yang masih mempunyai jalan panjang dalam meretas karier di tingkat dunia, sehingga penanganan yang profesional dan kompetisi yang reguler dapat membentuk mereka menjadi andalan Indonesia di masa yang akan datang. Di samping itu, pembinaan terhadap pemain mudah yang terus menunjukkan prestasi menggembirakan juga tidak boleh dilupakan.

Dengan potensi yang ada, maka ketua umum PBSI baru harus memprioritaskan para muka baru dengan penanganan baru yang lebih profesional sehingga mereka dapat berkembang secara maksimal. Sebagai perencana dan pengambil keputusan yang handal, ketua PBSI harus membuktikan bahwa tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi manajemen yang baik juga akan membawa bulutangkis Indonesia untuk kembali Berjaya di dunia.

Gita Wirjawan telah menyatakan komitmennya untuk memperbaiki sistem dan profesionalitas dan pendanaan bulutangkis Indonesia, termasuk di antara permasalahan gaji bagi pelatih dan pemain. Dengan jaringan relasi yang luas, maka Gita diharapkan dapat mencarikan dana segar bagi pengiriman para pemain Indonesia ke berbagai pertandingan internasional secara reguler sehingga pemain Indonesia akan mempunyai jam terbang dan suasana yang kompetitif, yang apabila dipadukan dengan pengelolaan yang profesional, akan meningkatkan prestasi mereka.

Sekali lagi, bulutangkis Indonesia dengan ketua umum yang baru, pemain-pemain baru, pengelolaan baru yang lebih profesional, semoga akan melahirkan prestasi baru.

Bagi para pencinta bulutangkis Indonesia, dukungan dan masukan secara positif terhadap PBSI harus terus diberikan untuk kebanggaan kita dan kebanggaan Indonesia.

Bravo Bulutangkis Indonesia.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar