Featured Video

Sabtu, 29 September 2012

Lani yang Ceria dan Bahagia


LANI DAN KELUARGANYA


Para korban gempa memiliki semangat hidup yang tak tertandingi oleh siapa pun di antara kita. Semangat hidup yang luar biasa hebatnya itu misalnya datang dari Lani Anggraini (16), salah seorang dari mereka. Lani nan manis, selalu ceria, bahagia, tegar dan disayang semua teman-temannya.

BERSAMA
Kelak, setelah tamat sekolah dan kuliah, Lani akan bekerja sebagai seorang ahli IT. Ia dekati cita-citanya itu, hari demi hari. Sepertinya Tuhan, membukakan jalan bagi gadis ini. Ia kini sedikit demi sedikit menguasai seluk-beluk IT. Oranya asyik dan rajin belajar.
Tiga tahun sudah gempa 30 September berlalu. Selama itu pula para korban menjalani aktivitasnya dengan optimis. Seperti halnya Lani seorang korban selamat yang pernah terperangkap di gedung Gama Proklamasi 60 A-B Terandam, Padang.
Gadis belia buah hati pasangan Kasmayati dan Dahlan ini, kini tercatat sebagai siswi di MAN 2 Padang, dengan jurusan IPA. Dalam kesehariannya, Lani sapaan akrab dua bersaudara ini tidak lepas dari aktivitas sekolahnya. Maklum sebagai siswa madrasah aliyah, jadwal belajarnya lebih padat dibanding siswa SMA.
“Aktivitas Lani, sehari-hari hanya sekolah dan les privat dua kali seminggu,” terang Kasmayati, berbagi cerita kepada Singgalang di kediamannya Jati seputaran depan kampus Fekon Jati Padang, Jumat (28/9). Sebab pada saat yang sama Lani, sedang tertidur pulas, usai mengkonsumsi obat alergi yang dideritanya di sekolah kemarin.
Akibat gempa dasyat tiga tahun lalu, Lani mesti kehilangan dua kakinya. Meski begitu ia tidak pernah mengeluh dengan kondisi fisik yang jauh dibanding sebelum peristiwa itu menimpanya. Ia tegar, ceria dan optimis menjalani hari-harinya demi sebuah masa depan. Sebab menurut cerita ibunya, Kasmayati, Lani berkeinginan bekerja di bidang IT. Cita-cita itu muncul belakangan, pasca ia mengalami peristiwa hebat itu.
“Lani ingin bekerja di bidang IT. Saya dan bapak selalu mendorong apa yang ia cita-citakan. Sebab bidang itu yang kini ditekuni Lani,” ujar guru SMP 10 Padang itu.
Untuk mewujudkan keinginan Lani, pada tahun pertama belajar di MAN 2 Padang, Kasmayati memasukkan anaknya tersebut les di sekolahnya. Namun kegiatan itu sekarang terhenti, karena kondisi ruangan les terlalu tinggi, untuk didaki kursi roda yang menjalani pelengkap anggota tubuh Lani dalam beraktivitas. Namun, Lani tidak pernah putus asa. Meski tidak lagi les di sekolahnya, ia mempelajari IT seorang diri di rumah melalui sebuah laptop miliknya.
“Di rumah Lani sibuk dengan laptopnya. Ia sangat rajin. Meski harus bekerja dengan menelungkup. Sebab kalau duduk kondisi tubuhnya mudah lelah. Apalagi kalau baru pulang sekolah,” kata ibu dua anak tersebut.
Menurutnya, selama sekolah Lani hanya bisa duduk di kursi roda yang memang sudah menjadi pelengkap hidupnya. Lani punya dua kursi roda, satu untuk di rumah satu lagi untuk di sekolahnya. Kursi roda itu disimpan di dalam kelas Lani. Ia diantar jemput bibinya yang juga guru di MAN Model Gunung Pangilun tersebut. Saat sampai di sekolahnya, Lani, akan ditunggu teman-temannya yang selalu setia menjadi bagian Lani, yang telah kehilangan dua kakinya.
“Teman-teman Lani baik-baik semua. Mereka selalu membantu Lani setiap harinya. Ini pula yang membuat saya tidak ragu melepas Lani selama belajar di sekolah,” sebut Kasmayati.
Pascagempa 2009, Lani mendapatkan kaki palsu bantuan NGO asing dan dari pengelola acara Kick Andy. Namun seiring berlajannya waktu dua kaki palsu itu tidak lagi digunakan Lani. Sebab dua kaki palsu itu kini tidak lagi pas oleh Lani, karena tubuh Lani yang dulunya ringkih akibat menjalani enam kali operasi, kini mulai tubuh dengan baik.
“Lani sekarang sudah agak gemuk dibanding setelah operasi dulu. Makanya dua kaki palsu itu tidak pas lagi. Sebab kalau tidak pas, dia susah bergerak. Sekarang Lani bergantung pada kursi rodanya saja dalam beraktivitas,” ujar Kasmayati.
Selain beraktivitas di sekolah dan di rumah, Lani sesekali juga ikut berbagai kegiatan yang diselenggarakan sejumlah organisasi. Seperti pada Juli 2010 lalu ia diundang dalam acara yang diselenggarakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mengangkat tema ‘Anti Kekerasan Terhadap Anak’. Undangan itu diikuti anak-anak yang mengalami berbagai problema dalam hidupnya. Setiap provinsi diwakili satu anak. Lani terpilih mewakili Sumbar.
“Saat itu Lani terlihat sangat senang. Sebab ia bertemu banyak anak yang mengalami berbagai persoalan. Di sana mereka saling berbagi pengalaman. Anak-anak itu saling support satu sama lainnya,” papar Kasmayati.
Masa depan Lani, masih panjang. Selama itu pula kedua orangtuanya mendorong buah hati mereka itu mewujudkan mimpinya. Sebab setelah menamatkan pendidikannya di MAN 2 Padang, Lani berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sebab ia bertekad menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, meski telah kehilangan dua kakinya.
Gempa 30 September 2009, adalah duka lara bagi rakyat Sumbar. Gempa kuat itu, mengakibatkan korban jiwa lebihdari 1.100 orang. Mereka telah pergi untuk selamanya. Bangunan yang ambruk telah dibangun, sebagian kecil sedang dikerjakan. Di sisi lain, ada ada para korban gempa yang masih hidup dan menjalani hari-hari dengan tegar. Salam hormat dan salut kita untuk dunsanak dan saudara-saudara kita yang teramat tegar, kokoh dan bersemangat menjalani hidup. (*)

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar