SILAT RAIH EMAS, BONUS RP50 JUTA
Target Sumatera Barat meraih 12 medali emas dalam PON XVIII akhirnya tercapai. Emas ke-12 dipersembahkan dari cabang silat yang merupakan sejarah bagi Sumbar sejak keikutsertaannya dalam PON.
Tuntas sudah target untuk memboyong 12 emas ke Sumbar pada pagelaran PON XVIII Riau 2012. Bertarung sejak 6 September 2012, cabang pencak silat mengunci target itu dalam sebuah partai final menegangkan di GOR Bangkinang, Riau, Selasa(18/9), melalui atlet Wenny Sasmitha yang tampil di kelas B (50-55 Kg). Mitha, sapaan Wenny Sasmitha berhasil mengalahkan pesilat Jawa Tengah Wida Wijaya dengan skor telak 5-0.
Ketua IPSI Sumbar, Fauzi Bahar tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.Cabang olahraga yang dipimpinnya, kata Fauzi, mampu menentukan target 12 emas KONI Sumbar. Selain itu, emas ini juga menjadi pelepas dahaga capaian emas cabang pencak Silat Sumbar sepanjang pelaksanaan dalam PON sejak 1948.
Usai pengalungan emas Wenny Sasmitha yang dilakukan langsung oleh Walikota Padang ini, janji sang Ketum IPSI Sumbar langsung dipenuhi. Bonus segepok uang senilai Rp50 juta, langsung diserahkan kepada Wenny dengan sponton. Saking spontannya, uang kertas pecahan seratus ribu rupiah itu diserahkan dalam bungkusan kantong kresek plastik putih.”Saya serahkan spontan kepada Wenny dengan kantong,”kata Fauzi Bahar yang baru dilantik beberapa bulan lalu sebagai ketua IPSI Sumbar oleh Ketum PB IPSI, Prabowo Subianto.
Dengan keberhasilan itu, ia berharap para tuo silat yang ada di seluruh kota/ kabupaten di Sumbar saat ini untuk mewariskan semua jurus silat yang dimiliki kepada para junior. Sehingga seni bela diri yang didukung berbagai jurus tetap berkembang dan lestari di Ranahminang.
Prestasi silat kali juga tergolong mentereng. Mereka memboyong satu keping emas dari Wenny Sasmitha, sekeping perak dari Cory Mitha Kurnia, dan dua perunggu dari Hajar Aswat dan Suparto Alfansus.
Sejak pencak silat dipertandingkan di PON II, 21-28 Oktober 1951, belum ada satupun pesilat Sumbar yang mampu meraih emas. Perolehan tertinggi hanya diraih tiga pesilat yang meraih perak.
Sartusa Ibrahim yang sekarang menjadi sesepuh silat Sumbar hanya pernah mengantongi perak di PON IX Jakarta 1977, meskipun satu tahun sebelumnya di Kejurnas meraih emas.
Selanjutnya ada nama Surya Neli di PON XIII Jakarta 1993. Pesilat cantik inipun gagal menyumbang emas dan juga hanya meraih perak. Terakhir ada nama Yuli Hendra di PON XIV Jakarta 1996. Yuli pun juga hanya meraih perak.
“Ini merupakan sejarah emas bagi kontingen Sumbar di cabang silat. Nama Weny Sasmitha akan dikenal sebagai peraih emas Sumbar pertama di cabang silat,” kata Sartusa Ibrahim kepada Haluan Riau, Selasa (18/9) usai pertandingan.
Mitha sendiri mengaku cukup bahagia bisa meraih emas dan membuat sejarah baru untuk Sumbar. “Semua ini berkat doa orang tua dan dukungan masyarakat Sumbar. Emas ini saya persembahkan untuk masyarakat Sumbar,” ujar Mitha.
Kebahagian juga terpancar di kontingen silat Sumbar. Bahkan Surya Neli yang merupakan mantan pesilat andalan Sumbar itu mengaku rela namanya bersama Sartusa Ibrahim dan Yuli Hendra tidak lagi dikenal sebagai pesilat tertinggi yang meraih medali di PON.
“Saya sangat bangga sekali dengan Mitha. Dia mampu membuat sejarah pencak silat di PON untuk Sumbar. Tidak masalah perolehan saya dilampaui dia. Malahan saya sangat bangga,” kata Surya Neli.
Sesepuh silat Sumbar, Sartusa Ibrahim tak kalah girangnya. Keberhasilan itu menurutnya sejarah bagi dunia silat Sumbar karena dalam sepanjang sejarah keikutsertaannya di PON, baru kali ini Sumbar bisa menggondol emas. “Saya bangga, saya bangga, saya bangga,”katanya berulang kali.
Terpisah, Ketum KONI Sumbar, Syahrial Bakhtiar juga tak dapat menyembunyikan kebahagiannya. Katanya, Sumbar mampu mencapai target tak lepas dari dukungan banyak pihak, termasuk Ketua IKMR Basrizal Koto yang mengerahkan rang Minang di Riau untuk memberikan dukungan, dan terutama atlet. “Para atlet telah memberikan dan mengerahkan kemampuan terbaiknya. Terima kasih untuk semuanya,”kata Syahrial
Menurut Syahrial, capaian tim Sumbar kali ini tergolong luar biasa. KONI Pusat, katanya, memberikan perhatian khusus untuk torehan yang dicapai Sumbar ini menyusul penyebaran medali yang merata. Berbeda dengan daerah lain seperti Kaltim, Kalsel dan Lampung yang menumpuk medali di satu cabang saja.
Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, emas Sumbar diawali oleh perenang Sumbar di nomor 200 meter gaya bebas putri, Patricia Yosita Hapsari, Sabtu (8/9) di Aquatic Centre Sport Hall Rumbai, setelah itu giliran si kuda hitam, Iwan Samurai di cabang binaraga, setelah itu, Patricia Yosita menambah dua emas Sumbar lewat nomor 50 meter dan 100 meter gaya bebas putri. Menariknya, setiap emas yang diapungkan Yosita, selalu memecahkan rekor nasional.
Setelah itu, cabang bergengsi Futsal, menambah kepingan emas Sumbar setelah di partai final Randi “Akank” Satria menumbangkan tim favorit bergelimang pemain nasional, DKI Jakarta dengan skor meyakinkan 6-2. Lalu ada pegulat di kelas berat, Feri Anwar, yang membuktikan dirinya raja di kelas ini dan melahirkan emas dari cabang gulat.
Martinel yang tampil di kelas under 48 Kg tak melepas dominasinya untuk meraih emas ketiganya sepanjang PON yang diikutinya. Lifter putri, Mella Eka Rahayu kelas 72 kg juga meraih emas, sekaligus menunjukkan kelasnya sebagai lifter Asia.
Di cabang kempo, satu emas sudah melahirkan emas lewat pasangan embu I Dan putri, Deri Fitri/Lusianti. Dan dari cabang tinju dua emas dilahirkan petinju Rahmad Taubat dan Robby Chandra. Cabang silat menjadi cabang pamungkas yang memastikan target 12 emas melalui pesilatnya Wenny Sasmita.
“Ada beberapa catatan yang ada dalam kantong saya terkait evaluasi. Salah satunya adalah mengembangkan potensi-potensi olahraga Sumbar yang sudah terlihat kali ini. Mereka akan kita asah untuk menghadapi iven selanjutnya,”sebut Syahrial Bakhtiar tanpa merinci calon-calon atlet tersebut.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar