Featured Video

Kamis, 01 November 2012

Polah Aneh Orang Jelang "Kiamat" Bangsa Maya


Film Kiamat 2012
Film Kiamat 2012 
 Tanggal 21 Desember 2012 makin dekat. Kebanyakan orang tak menggubrisnya dan memilih merencanakan masa depan yang tak terbatas, alih-alih ketakutan. Namun, segelintir orang benar-benar khawatir, mengira hari itu kiamat akan terjadi, atau setidaknya bencana dahsyat bisa terjadi di muka bumi. 

Mereka membayangkan kondisi kacau balau, saat barang-barang di supermarket dan toko-toko habis diborong, makanan dan air bersih langka, urin diubah sedemikian rupa agar bisa diminum, dan listrik sama sekali tak ada. Sejumlah orang menimbun makanan, obat, bahkan senjata untuk mempertahankan diri. 

Situasi ini dimanfaatkan para pengusaha  untuk meraup keuntungan, menawarkan alat-alat penyelamatan diri, dari bunker kiamat mewah hingga sekoci atau perahu yang diklaim bisa bertindak sebagai "bahtera Nabi Nuh".

Membakar paspor
Kiamat juga dimanfaatkan sejumlah orang sebagai dalih. Ini salah satunya:  seorang pria asal Amerika Serikat menghancurkan dan membakar paspornya . Untuk menunjukkan tekadnya tetap tinggal di negara pulau itu, meski visanya kadaluwarsa enam bulan.

Sebut saja nama pria itu Kyle. Ia mengaku membaca Kitab Suci Maret lalu saat menerima "wahyu" tentang kiamat, yang meramalkan Amerika Serikat ikut hancur. Itulah yang membuat pria 43 tahun asal Michigan membawa istrinya yang sedang hamil dan dua anaknya ke "tanah penyelamat" Taiwan. 

Seperti dimuat China Post, di Taiwan Kyle mencari nafkah dengan menjual kue gandum. Kehidupannya yang susah membuat istrinya resah. Suatu hari saat pulang kerja, ia menemukan rumah dalam kondisi kosong. Belakangan  diketahui, istri dan anak-anaknya telah pulang ke AS.

Meski demikian Kyle tak mau kembali ke negeri asalnya. Ia merasa tertekan tinggal di Negeri Paman Sam, di mana ketenaran dan kekayaan menjadi syarat mutlak kesuksesan. Untuk menunjukkan tekadnya, ia membakar paspornya. Kini Lembaga Imigrasi meminta Kyle secara sukarela meninggalkan Taiwan, sebelum ia terpaksa dipulangkan paksa.

Tak mau ditilang


Sementara di Rusia, seorang pria mati-matian berusaha menghindar dari denda tilang. Dengan alasan, dunia akan segera berakhir.

Pria asal Kemerovo ditilang musim panas kemarin setelah terlibat dalam kecelakaan lalu lintas kecil. Ia berharap kiamat Maya menjadi alasan kuatnya untuk menghindar dari kewajiban membayar US$32 atau sekitar Rp300.000.

Alih-alih menulis cek, pria yang tidak diketahui namanya itu menulis penjelasan mengapa ia tidak mau membayar tilang, dalam 10 lembar kertas.

"Berdasarkan kalkulasinya, pembayaran itu akan sia-sia," kata salah satu hakim daerah padaMoskow Times.

Berkali-kali ia  dilaporkan mendatangi  petugas pengadilan, membawa skema dan grafik soal kiamat.  "Ia mengklaim, jika orang-orang saling berbuat kebaikan satu sama lain dan saling memaafkan, dunia tak jadi kiamat."

Keturunan Maya protes

Rumor kiamat dipicu berakhirnya Kalender Hitung Panjang Bangsa Maya (Long Count), sebuah sistem yang sangat kompleks yang mencakup periode sekitar 5.200 tahun. Menurut keturunan Bangsa Maya, itu sama sekali tak ada kaitannya dengan kiamat.

Mereka memprotes segala kebohongan yang dihembuskan sejumlah orang demi mencari keuntungan.  "Kami berbicara menentang kebohongan dan pemutarbalikkan fakta. Yang mengubah budaya kami menjadi alat mencari keuntungan.  Mereka tidak mengatakan kebenaran tentang siklus waktu," kata Felipe Gomez, pemimpin aliansi Maya Oxlaljuj Ajpop, seperti dimuat Discovery.

Omong kosong "kiamat"Bangsa Maya berakar dari keyakinan keliru, mengira peradaban kuno itu punya kemampuan sihir untuk meramalkan kiamat. Nyatanya tidak sama sekali.

Siklus akhir kalender Long Count, b'aktun 13 yang akan jatuh pada 21 Desember mendatang justru punya arti penting bagi spiritualitas keturunan Maya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis  Oxlaljuj Ajpop, itu berarti  akan ada perubahan besar di level pribadi, keluarga dan masyarakat. "Sehingga tercipta harmoni dan keseimbangan antara manusia dan alam."

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar