Curah hujan yang tinggi mengakibatkan tiga aliran sungai di Muara Labuh meluap. Ratusan rumah terendam banjir dan 3.770 warga diungsikan. Masyarakat kesulitan tempat buang air besar
Banjir besar melanda Solok Selatan, Rabu (31/10) dini hari. Akibatnya, ratusan rumah terendam, sawah-sawah terancam gagal panen, dan ribuan jiwa masyarakat diungsikan.
Hujan lebat yang terjadi sejak Selasa (30/10) sore, hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Solok Selatan, mengakibatkan dua kecamatan di daerah itu dilanda banjir besar. Air meluap dari tiga aliran sungai besar di Kecamatan Sungai Pagu dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), yaitu aliran Sungai Batang Lolo, Batang Suliti, dan Batang Bangko.
Pantauan Haluan di lokasi kejadian di Jorong Tarandam Nagari Pasar Muara Labuh, waktu dini hari, sekitar pukul 00.15 wib, tinggi air menggenangi rumah warga mencapai 1 meter lebih. Kelihatan aktivitas warga saat evakuasi, ada yang meletakan barang-barang berharganya di atas meja atau tempat yang aman, ada yang menyelamatkan ternak, dan peralatan rumah tangga lainnya.
Pemerintah daerah, yang dipimpin Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman beserta asisten, tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Solsel langsung turun ke lapangan dengan menggunakan perahu karet.
Data BPBD Solsel menyebutkan, sebanyak 827 kepala keluarga atau sekitar 3.770 orang sudah terdata sebagai korban banjir. Sedangkan, Pemerintah Kecamatan Sungai Pagu menyebutkan, ada sekitar 600 ha sawah yang terancam gagal panen. Kondisi tanaman padi saat ini di Muara Labuh ada yang baru tanam, dan ada yang sudah menguning, semua sudah terendam lumpur banjir, dan dua unit rumah rusak parah.
Kepala BPBD Solsel Hamudis didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik Mukhnizen menjelaskan, dua unit rumah yang roboh terdapat di dua kecamatan berbeda. “Ada dua unit rumah yang roboh, yaitu rumah permanen milik Nuraini yang teletak di Jorong Kiambang Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu dengan kerugian sekitar Rp30 juta, dan rumah semi permanen milik Syahrial Pamper di Jorong Anak Lolo Bancah Nagari Pakan Rabaa Tengah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan kerugian sekitar Rp25 juta,” katanya.
Penanganan bencana banjir cukup memuaskan, karena pemkab setempat langsung turun meninjau lokasi banjir. Bahkan, Wabup Solsel menelusuri nagari-nagari yang terkena banjir dengan menggunakan perahu karet. Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Epli Rahmat mengatakan, saat banjir melanda, Wabup Solsel dan tim dari BPBD, Dinsosnakertrans, dan Tagana langsung turun ke lapangan.
“Kita langsung evakuasi saat banjir itu, siang harinya dibentuk posko-posko yang melayani bidang kesehatan masyarakat korban banjir. Tujuan mendirikan posko palayanan kesehatan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit, seperti diare dan penyakit kulit,” tuturnya.
Setidaknya, ada lima posko didirikan di nagari yang dilanda banjir di Kecamatan Sungai Pagu, dan posko bencana di Nagari Pakan Rabaa. Sedangkan posko induk, berada di Gedung Nasional Muara Labuh. “Kita sedang mendata korban banjir dan menganalisis besaran kerugian yang ditimbulkan. Baik kerugian ternak, rumah, perlengkapan rumah tangga, hasil pertanian yang terancam gagal panen,” katanya.
Pemicu banjir di Muara Labuh dan sekitarnya diduga karena pertemuan dua sungai besar di daerah itu dan tingkat curah yang tinggi. Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman mengatakan, meluapnya tiga aliran sungai di Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan disebabkan curah hujan tinggi dan waktupun cukup lama, sekitar 6 jam.
“Masyarakat diharap lebih waspada, karena memang daerah solsel rawan bencana sering hujan lebat dan didukung bentukan geografis wilayah ditutupi hutan, pegunungan, dan sungai-sungai. Sewaktu-waktu, bencana alam, seperti banjir, longsor, dan kayu tumbang dapat terjadi,” ucapnya.
Ia menyebutkan, meluapnya air juga dipicu oleh pertemuan dua aliran sungai di Muara Batang Suliti dengan Batang Lolo dan Bangko. “Meluapnya air ke pemukiman warga berasal dari muara sungai besar itu, karena muara sungai berlawanan arah,” katanya.
Untuk mencegah bencana banjir di pusat pemukiman warga Muara Labuh, Wabup mengintruksikan agar aliran sungai Batang Suliti diperlurus ke arah perbukitan, sehingga muara sungai tidak bertabrakan lagi. “Kami intruksikan agar dinas terkait melanjutkan proyek yang sempat terhenti ini, agar aliran sungai batang suliti searah dengan aliran Sungai Batang Lolo dan Batang Bangko,” pungkas Wabup.
Kepala Dinsosnakertrans Solsel Erwin Ali dan Kabid Sosial Syarkawi mengungkapkan, dari 3.770 jiwa korban banjir tersebut, 3.005 orang dari 612 kk merupakan warga Kecamatan Sungai Pagu dan 765 jiwa dari 215 kk merupakan warga Kecamatan KPGD.
“Nagari (desa adat) yang paling parah direndam banjir adalah Pasar Muara Labuh dengan 359 kk atau sekitar 1.508 orang, dengan kedalaman air mencapai dada orang dewasa,” katanya.
Ia merinci, adapun nagari-nagari yang terkena banjir adalah Nagari Koto Baru, Pasir Talang Selatan, Pasar Muaralabuh, Pasir Talang (Induk) dan Bomas untuk Kecamatan Sungai Pagu. Sedangkan, di Kecamatan KPGD ada dua nagari yang direndam banjir, yaitu Pakan Rabaa (Induk), dan Pakan Rabaa Tengah.
Masyarakat mengeluhkan bantuan tanggap darurat petugas berupa pemberian makan dan minuman, karena petugas baru dapat menyerahkan makanan itu seusai masyarakat selesai membersihkan rumahnya yang terkena banjir. Padahal, Wabup Solsel sudah mengintruksikan agar pemberian makanan itu sudah selesai sebelum pukul 10.00 wib.
Hal yang akan mengancam masyarakat adalah sulitnya tempat buang air besar bagi masyarakat di Jorong Tarandam Nagari Pasar Muara Labuh, dan nagari lainnya. Alasannya, air banjir sudah memenuhi tengki tempat jamban mereka.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar