Gina Dan Anggun
Anggun (1,5) tak peduli dalam pelukan siapa ia berada. Namun sepertinya ia lebih betah dengan keluarganya yang baru. Begitu juga kakaknya Gina (3) tidurnya begitu lelap setelah berada di Panti Asuhan Nurul Hikmah, Aie Paku, Kelurahan Sungai Sapih, Kuranji Padang.
Anggun tak peduli, mulutnya yang mungil terus mengamit roti kering dengan santai. Meski dia berada di lingkungan baru, orang baru dan keluarga baru, tak menghentikan niatnya untuk terus acuh. Dia terus berlari dan bermain.Gina dan Anggun adalah anak yang ditinggalkan begitu saja di teras Panti Asuhan Nurul Hikmah. Keduanya ditinggalkan sekitar pukul 21.00 WIB Rabu (23/1) diteras panti asuhan tersebut. Tak tahu siapa yang meninggalkan, karena tak ada pesan dan tanda-tanda.
Mereka berdua ditinggalkan oleh seseorang, ketika hujan lebat mengguyur Padang. Tak jelas siapa namanya. Namun tiba-tiba sang kakak memanggil adiknya Anggun. Si kakak menyebut dirinya Gina. Nama yang elok.
Bocah ini riang. Matanya bulat, kulit sawo matang. Tak banyak kosa kata yang keluar dari mulutnya. Juga tidak nama ayah dan bundanya.
“Kami tahu setelah ada tangisan anak-anak yang keras di pintu depan, setelah kami buka ternyata ada dua anak-anak yang ditinggalkan di sini,” sebut Esrizal, Ketua Panti Asuhan Nurul Hikmah pada Singgalang, Kamis, (24/1).
Mereka berdua ditinggalkan oleh seseorang, ketika hujan lebat mengguyur Padang. Tak jelas siapa namanya. Namun tiba-tiba sang kakak memanggil adiknya Anggun. Si kakak menyebut dirinya Gina. Nama yang elok.
Bocah ini riang. Matanya bulat, kulit sawo matang. Tak banyak kosa kata yang keluar dari mulutnya. Juga tidak nama ayah dan bundanya.
“Kami tahu setelah ada tangisan anak-anak yang keras di pintu depan, setelah kami buka ternyata ada dua anak-anak yang ditinggalkan di sini,” sebut Esrizal, Ketua Panti Asuhan Nurul Hikmah pada Singgalang, Kamis, (24/1).
Kalau ditanya siapa ayahnya, Gina tambah bingung. Meski dia yang lebih tua dengan perkiraan umur 3 tahun. Selama ini sepertinya yang dia kenal ayahnya tukang tanah, ibunya juga di rumah saja.
“Gina tinggal di Rawang,” katanya singkat.
Entah dari Rawang mana, di Padang ini ada tiga daerah yang dikenal dengan Rawang. Pertama, Rawang Tunggul Hitam, Rawang Mato Aie, dan Rawan Alai Parak Kopi.
“Ya entah Rawang mana,” timpal Esrizal.
Sehari berada di panti asuhan keduanya tak terlihat canggung sama sekali. Malahan mereka senang bermain bersama dengan anak -anak yang lainnya. Tak ada rengekan niat untuk mencari ibunya, atau mencari kerabatnya yang biasa dalam keseharian.
Saat ditinggal Gina mengenakan baju kuning, adiknya Anggun mengenakan baju ungu. Hanya itu ada di badan mereka, tak ada surat, apalagi perhiasan.
Selain kondisi yang tidak terawat, di pipi Gina terdapat banyak bekas cubitan. Ada yang masih merah, ada pula yang sudah menghitam.
Agar keberadaan Gina dan Anggun tidak menjadi persoalan bagi Panti Asuhan Nurul Hikmah, Esrizal meminta jika masih ada keluarganya yang ingin menjemput silahkan dijemput. Tapi jika tidak ada, dia juga tidak keberatan untuk merawatnya seperti anak-anak lainnya.
Sebenarnya, Panti Asuhan Nurul Hikmah tidak menerima anak di bawah kelas satu sekolah dasar. Karena syarat Panti Asuhan yang mereka dapatkan adalah hanya membantu anak-anak kelas satu SD ke atas. Apalagi, Panti Asuhan itu tidak memiliki perawat untuk bayi.
“Kami di sini hanya menerima anak-anak kelas satu sekolah dasar ke atas, jika di bawah itu tidak boleh. Jika kondisinya seperti ini kami tetap rawat, jika ada keluarganya yang menjemput akan kita serahkan. Kalau tidak kita rawat, saya tidak ingin memberikan hak asuhnya pada orang lain,” ujar Esrizal lagi.
Katanya, saat ini panti asuhan tersebut sudah merawat 27 anak. Kedatangan Gina dan Anggun menambah ramainya panti asuhan tersebut. Meski tidak memiliki perawat bayi, Esrizal dan Yuliarti istrinya bertekat untuk tetap merawatnya.
“Kita tidak ingin nantinya ada persoalan dengan mereka, jika diamanahkan merawat akan kita rawat, kalau ada keluarganya yang datang juga akan kita serahkan,” ujarnya.
“Gina tinggal di Rawang,” katanya singkat.
Entah dari Rawang mana, di Padang ini ada tiga daerah yang dikenal dengan Rawang. Pertama, Rawang Tunggul Hitam, Rawang Mato Aie, dan Rawan Alai Parak Kopi.
“Ya entah Rawang mana,” timpal Esrizal.
Sehari berada di panti asuhan keduanya tak terlihat canggung sama sekali. Malahan mereka senang bermain bersama dengan anak -anak yang lainnya. Tak ada rengekan niat untuk mencari ibunya, atau mencari kerabatnya yang biasa dalam keseharian.
Saat ditinggal Gina mengenakan baju kuning, adiknya Anggun mengenakan baju ungu. Hanya itu ada di badan mereka, tak ada surat, apalagi perhiasan.
Selain kondisi yang tidak terawat, di pipi Gina terdapat banyak bekas cubitan. Ada yang masih merah, ada pula yang sudah menghitam.
Agar keberadaan Gina dan Anggun tidak menjadi persoalan bagi Panti Asuhan Nurul Hikmah, Esrizal meminta jika masih ada keluarganya yang ingin menjemput silahkan dijemput. Tapi jika tidak ada, dia juga tidak keberatan untuk merawatnya seperti anak-anak lainnya.
Sebenarnya, Panti Asuhan Nurul Hikmah tidak menerima anak di bawah kelas satu sekolah dasar. Karena syarat Panti Asuhan yang mereka dapatkan adalah hanya membantu anak-anak kelas satu SD ke atas. Apalagi, Panti Asuhan itu tidak memiliki perawat untuk bayi.
“Kami di sini hanya menerima anak-anak kelas satu sekolah dasar ke atas, jika di bawah itu tidak boleh. Jika kondisinya seperti ini kami tetap rawat, jika ada keluarganya yang menjemput akan kita serahkan. Kalau tidak kita rawat, saya tidak ingin memberikan hak asuhnya pada orang lain,” ujar Esrizal lagi.
Katanya, saat ini panti asuhan tersebut sudah merawat 27 anak. Kedatangan Gina dan Anggun menambah ramainya panti asuhan tersebut. Meski tidak memiliki perawat bayi, Esrizal dan Yuliarti istrinya bertekat untuk tetap merawatnya.
“Kita tidak ingin nantinya ada persoalan dengan mereka, jika diamanahkan merawat akan kita rawat, kalau ada keluarganya yang datang juga akan kita serahkan,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar