Featured Video

Jumat, 22 Juli 2011

Ribuan Ulat Bulu Serang Payakumbuh


KESEIMBANGAN ALAM TERGANGGU
PAYAKUMBUH, HALUAN — Wabah ulat bulu bukan saja menyerang desa-desa di Probolinggo, Jatim, Bali, NTB, Medan dan Jakarta, tetapi ternyata juga menyerang warga Kapalo Rimbo, Kelurahan Tarok, Kecamatan Payakum­buh Utara, Sumatera Barat,  Rabu (13/4). Warga menemukan ribuan ulat bulu di areal sawah dan kebun pisang mereka.
Ulat bulu yang menyerang tanaman pisang dan sampai menjalar ke dinding rumah warga yang bedekatan dengan areal sawah. Ulat sebesar jari itu berwarna coklat kemerahan dengan bulu putih. Ulat itu menggelantung dan menggerogoti batang pisang, dan semak-semak belukar yang sudah dipangkas.


Warga menyebutkan, sebelumnya tidak pernah muncul ulat bulu sebanyak itu. Memang terkadang ada ulat bulu, namun jumlahnya tidak lebih banyak dari sekarang.
“Sudah empat hari ini ulat-ulat bulu itu menggelantung banyak di pohon pisang dan menempel dinding rumah kami,” ungkap Putra, 40, salah seorang warga yang rumahnya berada di sekitar areal yang dipenuhi ulat bulu kepada Haluan, Rabu (13/4), seraya menujukkan ulat bulu yang masih berkeliaran.
Putra juga mengatakan, sejauh ini ulat bulu baru tampak di areal yang luasnya sekitar 500 meter per segi itu.
“Ulat bulu sudah masuk ke dalam rumah yang berdekatan dengan areal sawah tersebut dan menyerang warga pada malam hari,” jelas Putra.
Salah seorang anak bernama Andri, 12, menderita bengkak dan gatal-gatal pada tubuhnya karena kena bulu ulat bulu. Untuk sementara, orangtuanya mengobati dengan minyak oles.
Putra menjelaskan, warga sudah melaporkan kejadian tersebut kepada RT dan lurah setempat. Pagi kema­rin, areal tersebut sudah didatangi oleh lurah, camat dan orang petugas dari dinas pertanian. Syahril, Kepala Dinas Pertanian Payakumbuh, mengatakan, dinas pertanian telah melihat dan mela­kukan tindakan pada serangan ulat bulu tersebut.
“Setelah mendapatkan laporan dari lurah, kami mendatangan areal tersebut. Memang ada bulu di areal tersebut, namun jumlahnya belum seperti yang terjadi di Jatim dan daerah Jawa lainnya. Namun, bagai­manpun juga kita harus waspada. Untuk saat ini kita sudah menyem­prot dengan disinfectan,” papar Syahril. Ketika ditanyai jenis ulat bulu yang menyerah areal sawah tersebut, Syahril belum bisa menentukan jenisnya.
“Warga sekitar areal tersebut menjadi khawatir karena berita di telivisi. Kita masih mengontrol dan akan memantau perkembangannya. Sore ini (kemarin) kita kan lakukan penyemprotan lagi. Untuk jenis ulat yang tampak kita belum meneliti, termasuk dari mana asal ulat terse­but,” terang Syahril lagi.
Syahril meminta warga sekitar areal tersebut tetap waspada, dan tidak perlu panik yang berlebihan. Diharapkan tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Pestisida yang Berlebihan
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Sumatera Barat Djoni menyatakan, Sumatera Barat tidak akan mengalami serangan ulat bulu, seperti daerah lain di luar provinsi. Alasannya, agro ekosistem di Suma­tera Barat jauh lebih baik dari daerah lain. Keseimbangan alamnya lebih baik, dikarenakan petani tidak banyak menggunakan racun tanaman.
“Serangan ulat bulu itu terjadi, karena ketidakseimbangan alam. Pembunuh atau predator dari ulat itu juga sudah tidak ada. Preda­tornya mati, ulat bulu jadi berkem­bang biak dan menyerang per­kebunan dan pertanian, termasuk pemukiman masyarakat,” katanya, Selasa (12/4) di Kantor DPRD Sumatera Barat.
Predator ulat mati, dikarenakan petani selalu menggunakan pestisida untuk menyemprot tanamannya. Ketika pestisida disemprotkan, predator dari ulat mati. Namun ulat bulu sendiri mengalami resistensi, atau punya kemampuan bertahan lebih. Dibanding predator ataupun ulat yang telah mati kena semprot.
Setelah kena pestisida, ulat juga mengalami resulgensi atau proses perkembangbiakannya sangat cepat atau subur.
Musmaizer Dt Gamuak, Komisi II DPRD Sumatera Barat tetap mengingatkan, agar dinas pertanian mempersiapkan antisipasi. Jika sewaktu-waktu, serangan ulat bulu juga terjadi di Sumatera Barat.  “Ulat bulu itu tetap ada di Sumatera Barat, namun frekuensinya kecil. Jika besar, langkah antisipasinya yang perlu,” kata anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Sumatera Barat itu. (h/il/rud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar