Featured Video

Jumat, 22 Juli 2011

TREN TERAPI LISTRIK DI REL KERETA API


Ada tren yang sedang in di tengah warga kota miskin di seputaran Kota Jakarta, terutama yang ber­mukim di pinggir rel kereta api. Sejumlah warga melakukan pe­ngo­batan terapi listrik gratis dengan memanf­aat­kan rel kereta di kawasan Rawa Buaya, Jakarta.

Terapi listrik di atas rel kereta listrik ini dipercaya sejumlah warga dapat menyem­buhkan sejumlah penyakit. Sejak 6 bulan lalu menjalani terapi, Nining, sal;ah seorang warga mengaku  penyakit darah tinggi dan kebia­saannya bersin di pagi hari mulai membaik.
“Terapi ini sudah selalu berulang, kita sudah koordinasi dengan pihak kelurahan, tapi setiap sore, ada saja warga yang datang. Tapi kalau sekarang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan beberapa bulan lalu. Sekarang paling 10 orang per hari,” lanjutnya.
Frekuensi kereta yang melintas di Stasiun Rawa Buaya terbilang sedikit.
Rentang waktu yang cukup lama membuat para warga leluasa menja­lani terapi aliran listrik. Tetapi mereka tetap waspada tiap kali men­dengar aba-aba kereta akan melintas.
Jarak dari Stasiun Rawa Buaya ke tempat para warga menjalani terapi berkisar 300-400 meter. Umumnya mereka sudah sangat mengetahui jadwal kereta jurusan Kota-Tangerang ini akan melintas. Aktivitas mulai ramai pada sore hari.
Nining (36) warga Rawa Buaya mengatakan, rel kereta api relatif aman, karena kereta datang 1-1,5 jam sekali. Bandingkan dengan jalur kereta Depok.
Lokasi yang cukup jauh dari jalan utama menjadi salah satu alasan. Mereka leluasa menikmati terapi sambil tiduran tanpa harus malu menjadi tontonan orang banyak.
Sampai saat ini Nining mengaku tidak tahu siapa yang pertama kali menemukan terapi arus listrik. Sejak 6 bulan lalu menjalani terapi, Nining merasa penyakit darah tinggi dan kebiasaanya bersin di pagi hari mulai membaik.
“Badan saya sudah enakan,” imbuhnya.
Santi (43) mengungkapkan hal serupa. Menurutnya lokasi terapi ini terbilang cukup nyaman karena jauh dari keramaian. Dia juga tidak mempermasalahkan jika ada orang yang menilai dirinya aneh.
“Terserah orang mau bilang saya gila, kenyataannya saya sehat,” kata Santi.
Warga yang melakukan terapi dengan tidur-tiduran di rel kereta api saat terik mentari, terkadang tak menghiraukan kereka api akan lewat. Dan ini jelas membahayakan kese­lamatan nyawa mereka.
Untuk itu, Kepala Stasiun Rawa Buaya, Suardi berjanji akan segera menertibkan warga yang melakukan terapi di lintasan kereta api.
“Kita akan melakukan penertiban segera agar lintasan api kembali normal. Berbahaya menggunakan lintasan rel kereta api untuk pengo­batan,” kata Kepala Stasiun Rawa Buaya, di Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (21/7).
Suardi tidak bisa memberikan target waktu penertiban tersebut. Dia memastikan selalu menurunkan dua sampai tiga orang petugasnya untuk memantau lokasi.
“Mudah-mudahan secepatnya bisa kita kosongkan perlintasan itu,” lanjut Suardi. Suardi mengaku kewalahan memberi peringatan kepada warga.
“Kita sudah kasih peringatan ke warga. Kita tetap melakukan upaya persuasif memberikan pemahaman ke warga. Karena kita tetap meng­khawatirkan, mereka di sana santai sambil ngobrol nanti tidak kon­sentrasi kalau ada kereta datang,” kata Suardi.
Aktivitas ini bukan yang pertama kali dilakukan warga Rawa Buaya. Bahkan menurutnya, jika diban­dingkan beberapa bulan sebelumnya, peminat terapi ini saat ini justru menurun. (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar