Featured Video

Rabu, 23 November 2011

24 Pengprov Desak PSSI Jalankan Hasil Kongres Bali


24 Pengprov Desak PSSI Jalankan Hasil Kongres Bali
TRIBUNNEWS.COM/IWAN TAUNUZI
Ketua Pengprov PSSI Sulawesi Tenggara, Sabaruddin Labamba

 JAKARTA - Sebanyak 24 Pengurus Provinsi (Pengprov) PSSI mendesak kepengurusan PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin, menjalankan organisasi PSSI sesuai dengan statuta PSSI, dan melaksanakan keputusan Kongres Bali pada bulan Januari 2011 lalu.

Mereka adalah Pengprov Maluku, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Gorontalo, Sulawesi Utara, Papua, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, DIY Yogyakarto, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, NTB, Sulawesi Selatan, Riau, Lampung dan Jawa Timur.
Hal tersebut terungkap saat beberapa perwakilan Pengprov mendatangi kantor PSSI untuk memberikan hasil rekomendasi setelah melakukan pertemuan di Surabaya, 16 November 2011 dan pertemuan di Jakarta.
"Ada dua rekomendasi yang kami sampaikan kepada pengurus PSSI pusat yang sudah diterima oleh empat orang anggota Komite Eksekutif (La Nyalla Mattalitti, Erwin Dwi Budiawan, Toni Apriliani dan Roberto Rouw) serta Sekretaris Jenderal PSSI," kata Sekretaris Umum Pengprov PSSI Sulawesi Utara, Hun Mokoagow di kantor PSSI, Rabu (23/11/2011).
Selain mendesak PSSI menjalankan hasil Kongres Bali, 26 pengprov ini juga merekomedasikan kepada PSSI untuk segera melaksanakan Kongres Tahunan PSSI selambat-lambatnya tanggal 20 Januari 2012.
Hal tersebut dilakukan menyusul banyaknya persoalan di internal PSSI yang menyebabkan semakin menurunnya tingkat kepercayaan terhadap PSSI
"Banyak statuta yang dilanggar dan banyak keputusan penting yang tidak dijalankan seperti hasil Kongres Bali," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Pengprov PSSI Sulawesi Tenggara, Sabarudin Labamba. Ia mengaku serius menyimak perkembangan di media massa yang selalu menyudutkan PSSI. Walhasil ia bersama pengurus Pengprov lainnya merasa perlu untuk berbuat untuk mempertahankan eksistensi PSSI.
"Sebagai bentuk dari kepedulian dan keprihatinan daripada masyarakat sepakbola Indonesa dan anggota PSSI seluruh Indonesia, makanya kami melakukan ini. Kami tidak ingin PSSI menjadi bulan-bulanan dan kami tidak ingin PSSI kehilangan kepercayaan dari masyarakat bola Indonesia," imbuh Sabarudin.
"Kami hanya ingin menyampaikan pemikiran untuk mencari solusi dan mencairkan suasana yang selama ini dipertontonkan PSSI perdebatannya yang justru semakin merugikan eksistensi PSSI sendiri. Kalau ini dibiarkan kami sangat yakin akan berdampak buruk bagi PSSI bahkan tidak menutup kemungkinan akan muncul ketidakpercayaan kami terhadap PSSI pascakongres di Solo," pungkasnya.

Penulis: Iwan Taunuzi  |  Editor: Dodi Esvandi(tribunnews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar