Featured Video

Selasa, 20 Desember 2011

Pembantaian Mesuji Saurip Tak Gentar Hadapi Denny


Saurip Tak Gentar Hadapi Denny
net
Saurip Kadi

JAKARTA-
 Mantan Asisten Teritorial TNI Mayor Jenderal (Purnawirawan) Saurip Kadi tidak gentar menghadapi tudingan rekaman video yang berisi pembantaian di Mesuji, Lampung disebut hasil olahan atau rekayasa. Dia bahkan akan membeberkan siapa orang yang merekam video pembantaian tersebut.

"Silakan kalau ada yang bilang saya ngotot membela demi kepentingan pribadi. Silakan juga kalau ada yang bilang video ini gabungan dari beberapa kasus di tempat berbeda. Ini era perang informasi. Saya siap mengungkapkan identitas siapa orang yang merekam video ini," ujar Saurip, saat jumpa pers di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Senin (19/12).
Pada kesempatan tersebut, Saurip mengungkapkan identitas dua kepala terpenggal yang ada diatas kap truk. Menurutnya anggota DPR juga sudah mengetahui hal tersebut. "Dua kepala di truk itu cucunya Haji Jalang. Satu kepala biasa disebut Kalong dan satunya lagi disebut Macan. Anggota DPR sudah tahu itu, termasuk tempat penggantungan. Silakan cek sendiri ke Sodong," kata pensiunan tentaran berbintang dua, kelahiran Brebes, Jawa Tengah.
Saurip menambahkan, kasus kekerasan yang terjadi di Mesuji tidak hanya di dua titik seperti yang saat ini sedang diungkap, namun kekerasan tersebut terjadi di 11 titik.
Saurip Kadi menjawab berbagai tudingan yang menyebutkan video pembantaian di Mesuji tersebut merupakan gabungan dari berbagai kasus serupa yang terjadi di lokasi yang berbeda. Purnawirawan TNI bintang dua ini akan membuktikan kebenaran video tersebut dengan menampilkan testimoni terbuka dari keluarga korban.
"Tim pencari fakta sudah ke sana dan mengakui ada pemenggalan. Sekarang ini perusahaan yang terlibat dalam kasus Mesuji masih ada, keluarga korban pembantaian juga masih ada. Jadi tak perlu mengurusi hal teknis seperti itu. Fokus urus warga, jangan fokus mengurusi darimana video tersebut," ujar Saurip.
Saurip menuturkan untuk meyakinkan kebenaran tentang fakta tersebut, dia akan menampilkan kesaksian dari keluarga korban. Namun kapan testimoni itu digelar, Saurip belum mau menyebutnya. "Tunggu tanggal mainnya," ucapnya. Saurip pun kembali menegaskan korban yang meninggal tetap berjumlah di atas 30 orang sampai pengecekan terakhir. Dan jumlah tersebut diyakininya masih bisa bertambah.
"Saya akan minta orang tua dan keluarga korban untuk menyampaikan testimoninya. Mereka akan umumkan sendiri dan menunjuk dimana kuburannya," tegasnya. Saurip menambahkan, data mengenai kasus Mesuji yang ia sampaikan ke Komisi III DPR memang benar adanya. Bila ada pihak yang ingin membuktikan, ucapnya, pasti bisa menemukan dan menghitung berapa korban yang jatuh atas insiden tersebut.
Saurip Kadi mengkritik reaksi pemerintah yang justru membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TPGF) terkait kasus Mesuji yang dipimpin Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana. Menurutnya yang dibutuhkan warga Mesuji saat ini bukan TPGF, melainkan pertolongan secepat mungkin.
"Harusnya presiden tanya ke Komnas HAM, benar nggak itu yang dikatakan teman saya, Saurip? Apa susahnya menanyakan itu ke Komnas HAM? Yang dibutuhkan warga Mesuji sekarang ini pertolongan secepat mungkin, bukan TPGF," ujar Saurip.
Saurip menuturkan data yang didapat Komnas HAM sudah lengkap. Gubernur setempat pun sudah mengetahui hal tersebut. Karena itu ia sangat menyayangkan pemerintah baru mengetahui hal tersebut saat kasus Mesuji diungkap oleh DPR.
"FPI (Front Pembela Islam) saja dokternya sudah ke sana (Mesuji). Pemerintah baru bentuk TPGF. Harusnya pemerintah bantu buatkan dapur umum, dirikan tenda-tenda, bangun rumah, supaya warga di sana hidupnya tertib," tegasnya.
Saurip menegaskan agar pemerintah berani jujur dan mengakui kesalahannya karena telah lalai memberikan perlindungan kepada rakyat sehingga sampai terjadi insiden Mesuji. "Mestinya mengaku kalau sudah ketahuan. Kalau salah, ya salah," ujar Saurip.
Menurutnya mengapa dirinya begitu membela petani terkait video pembantaian tersebut, Saurip menjelaskan dirinya tidak ingin mencari keuntungan sepihak dengan membela petani pada kasus ini. Dikatakannya, silahkan saja pihak lain mencibir dirinya dengan mengatakan video tersebut merupakan gabungan rekaman dari berbagai tempat yang memiliki kasus serupa.
"Ada yang menyebarkan fitnah, saya alhamdulillah. Dosa-dosa saya jadi berkurang. Sekarang ini era perang informasi, jadi tidak usah kaget," ucapnya. Saurip kembali menegaskan, pada saatnya nanti kebenaran akan terungkap dan mampu dibuktikan. "Pemerintah sebenarnya tak perlu berkelit lagi. Rakyat sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rakyat tidak bodoh," imbuh Saurip.
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) selaku ketua Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Mesuji, Denny Indrayana menjelaskan hingga kini masih diselidiki apakah benar video tersebut merupakan penggabungan dari berbagai peristiwa atau tidak.
"Di Indonesia ini kan banyak pakar telematika. Nanti kami akan meminta bantuan dari salah satu pakar untuk menyelidiki lokasi video tersebut," jelas Denny kepada wartawan dalam jumpa pers yang dilaksanakan di Kemenkumham, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, kemarin.
Denny mengatakan, saat ini timnya sedang mengumpulkan berbagai informasi dan katerangan terkait dengan kasus pembantaian di Mesuji, guna menyelediki dan mengungkap kebenaran kasus ini.
"Semua informasi, keterangan, termasuk video tentunya menjadi bahan verifikasi oleh tim. Ada yang mengatakan, itu vedio bukan di Indonesia, tapi dari Thailand Selatan. Karena itu kami belum dapat menyimpulkan," kata Denny.
Hingga kini, TPF belum memberikan kesimpulan apa pun. Pertemuan kemarin, Denny menjelaskan hanya membahas langkah selanjutnya dari temuan awal yang disampaikan oleh anggota TPF yang datang langsung dari Lampung hari ini. "Kami hanya membahas langkah ke depan yakni mengumpulkan informasi awal, melakukan verifikasi dan klarifikasi yang akan disusun untuk diserahkan ke DPR," kata Denny.
Denny pun enggan mengungkapkan apa saja informasi awal yang sudah disampaikan oleh anggota TPF terkait insiden di Mesuji, Lampung dan Sumatra Selatan. "Nanti saja kalau sudah lengkap datanya baru akan kami sampaikan," tandas Denny.

Editor: Prawira Maulana
TRIBUNNEWS.COM, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar