Featured Video

Kamis, 01 Desember 2011

Seorang Ibu Mencari Keadilan Melly Bocah SD Ditendang Hingga Kemaluannya Pendarahan


 Wajah ibu empat anak itu tampak berseri saat menuruni tangga gedung Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya, Rabu (30/11). Tak seperti yang sudah-sudah, Ngo Siong, begitu perempuan itu dipanggil, seperti mendapat kekuatan kembali untuk berjuang mendapatkan keadilan bagi putrinya yang masih berusia delapan tahun.

Ya, Ngo Siong telah berjuang selama hampir dua tahun untuk mencari pelaku pemukulan Melly, putrinya, pada Februari 2010 silam, di sekolahnya di kawasan Tambaksari. Berbagai lembaga penegak hukum sudah dia datangi. Namun, hasilnya masih jauh dari harapan.
Ngo Siong seperti mendapatkan angin sejuk setelah penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polrestabes Surabaya akhirnya bersedia menggelar kasus putrinya. Gelar kasus inilah yang selama ini dinanti perempuan berusia 51 tahun itu.
Maklum, selama enam bulan penyelidikan kasus ini di kepolisian, Ngo Siong tak sekalipun mendapatkan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP). Perasaan Ngo Siong pun selalu gundah mendapati nasib anaknya yang terkatung-katung.
"Mudah-mudahan perjuangan untuk anak saya ini bisa berhasil. Kami sekeluarga tidak ingin apa-apa kecuali biaya pengobatan anak saya. Kasihan dia, selama dua tahun ini harus buang air besar bercampur darah," ujar Ngo Siong, yang kemarin didampingi suaminya.
***
Peristiwa yang tak pernah diharapkan itu terjadi pada 25 Februari 2010 silam. Melly, yang kala itu masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD), mengaku didorong BM, seorang temannya.
Usai terjatuh, BM lalu menendang kemaluan Melly hingga mengalami perdarahan. Tragis, akibat tendangan itu, kemaluan dan tulang pinggul Melly retak.
Kasus ini sejatinya telah ditangani polisi. Namun aparat seragam cokelat itu menemui banyak kendala selama penyelidikan. Beberapa saksi yang diyakini melihat kejadian di lingkungan sekolah itu bungkam.
Pada sisi lain, Ngo Siong sendiri hanyalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya karyawan pabrik barang pecah belah. Selama ini, ia harus banting tulang untuk membiayai pengobatan Melly. Dan, sudah hampir Rp 30 juta dia keluarkan untuk pengobatan dan operasi Melly.
“Saya ini sudah tidak bekerja lagi. Jangankan untuk membeli obat yang harganya ratusan ribu rupiah, membeli pampers untuk Melly saja, saya sudah kesulitan. Tapi saya yakin, Tuhan memberikan banyak kasih kepada saya hingga bisa bertahan sampai sekarang,” ujarnya sembari menatap Melly.
Kepolosan Melly-lah yang membuat Ngo Siong kuat. Betapa tidak, karena kasus ini yang berlarut-larut hingga ke kepolisian, Melly sampai-sampai tidak punya teman di sekolah.
Ngo Siong bercerita, anaknya Melly, sempat bertanya kepada ibunya, mengapa banyak teman yang menjauhinya. Mendengar pertanyaan itu, hati Ngo Siong pun seperti hancur.
Dia tak kuasa menahan air matanya teringat pertanyaan Melly yang polos itu. “Saya hanya jawab kalau Melly tidak sendiri. Melly masih punya teman kok. Nanti kalau SMP, teman Melly pasti banyak,” jawabnya.
Ngo Siong terus berusaha mengalihkan pikiran Melly agar tak merasa kasus yang membelitnya itu mempengaruhi mentalnya. Apalagi, Melly dikenal sebagai bocah pintar. “Ia mendapat nilai rata-rata 8. Dia anak pintar,” puji Ngo Siong yang tak kuasa menahan air matanya.
Warga Karangasem Indah itu berharap, keluarga teman sekolah Melly bersedia bertanggungjawab dengan menanggung biaya pengobatan Melly selama hampir dua tahunan ini. "Anak saya butuh operasi karena ada luka di ususnya. Kalau buang air besar, Melly sangat kesakitan," imbuhnya.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Farman berjanji akan berusaha mengungkap kasus ini. "Selain sudah hampir berjalan dua tahun, kebanyakan saksi yang diajukan memang masih anak-anak. Jadi kami masih mendalami terus keterangan saksi yang sudah kami periksa," tandasnya.
Dia mengakui, Melly memang mengalami luka akibat kekerasan saat itu. "Kejadian (penganiayaan) itu memang ada. Tapi kita harus membuktikan siapa yang melakukannya. Beri saya waktu untuk ungkap kasus ini," tuturnya.

Editor: Prawira Maulana  |  Sumber: Surya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar