Featured Video

Selasa, 06 Desember 2011

SITINJAU LAUIK KEMBALI DIBUKA

PANORAMA Sitinjaulawik


JEMBATAN PASA USANG KRITIS
Rencana Pemprov Sumbar menutup jalan Solok-Padang khusus untuk kendaraan berat atau barang, tampaknya tak bisa dilanjutkan. Soalnya, jembatan Pasa Usang sudah kritis dan tak mampu menampung beban berat.

PADANG,  Kondisi jembatan Pasa Usang kritis. Jembatan yang dibangun tahun 1976 itu, tidak mampu lagi menanggung beban yang berat setiap waktu disandangnya, terutama sejak ruas jalan Sitinjau Lauik ditutup dan seluruh ken­daraan berat dari Padang-Solok atau sebaliknya dialihkan me­le­­wati ruas jalan Padang-Bukit­tinggi.
Sebagai solusi, untuk se­mentara di lokasi tersebut diber­lakukan sistem buka tutup sejak Jumat (2/12), kendaraan melintas satu persatu  dan pengguna kendaraan harus membiasakan diri untuk antre.
Dan pada Kamis (15/12) mendatang, ruas jalan Sitinjau  Lauik akan dibuka tetapi khusus satu arah untuk kendaraan dari Solok menuju Padang untuk kendaraan berat terbatas, dalam arti muatan harus sesuai tonase.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan dan Jembatan untuk Wilayah Padang dan sekitarnya, Noor Arias Syamsu dalam rapat bersama Dinas Perhubungan dan Kominfo Sumbar, Dirlantas Polda Sumbar serta Organda Sumbar Senin (5/12), di Padang menje­laskan, usia jembatan sudah 36 tahun dan jembatan sepanjang 125 meter itu dirancang untuk dilewati kendaraan dengan gandar 10 ton.
Teknologi yang digunakan juga tak secanggih saat ini. Pondasi tiang pancang dirancang tidak untuk mengakomodir beban seperti masa saat ini, karena diameternya hanya 30 cm se­dangkan sekarang yang digunakan adalah ukuran 40 cm.
Selama ini kondisinya aman-aman saja. Tetapi setelah dipe­riksa Kamis lalu, tiang pancang jembatan tersebut kini meng­gantung sekitar 5-6 meter, elevasi dasar sungai juga mengalami penurunan 8 meter. Dulu tapak pondasi terbenam dalam sungai tetapi kini sudah kelihatan akibata maraknya aktifitas penam­bangan.
Dasi hasil pemeriksaan terse­but, direkomendasikan untuk mengurangi beban total (mati) di atas jembatan, diantaranya dengan pengelupasan aspal dengan berat mencapai 110 ton dan menge­lupaskan beton aus setebal 3 cm dengan berat kira-kira sekitar 65 ton. Hanya saja pengelupasan beton ini mesti dilakukan dengan hati-hati secara manual agar tak mengenai dasar jembatan.
“Pengelupasan lapis kedua belum dapat kita lakukan karena banyaknya keluhan masyarakat yang tak sabar untuk antre. Tetapi hal ini adalah salah satu jalan untuk mengamankan pengguna jalan yang melintas,” terang Arias.
Selain itu untuk mengurangi beban bergerak di jembatan mesti diberla­kukan sistem buka tutup. Bila di­perta­hankan sistem 2 arah, maka akan ada iring-iringan truk di atas jem­batan saat bersamaan. Hal ini sa­ngat berbahaya, jembatan dapat se­waktu-waktu ambruk karena tak sang­gup menahan beban. Untuk itu mohon pengamanan aparat kepolisian dalam mengatur lalu lintas di tempat tersebut.
Direktur Lalu Lintas Polda Sumbar, Ibnu Istischa sangat mema­haminya dan minta personilnya untuk mengawal pelaksanaan di lapangan, khususnya Polres Padang Pariaman. Kendaraan yang melintas mesti antre dengan tertib, bila tidak ingin mati konyol.
Kondisi jembatan Pasa Usang yang mengkhawatirkan juga diantisi­pasi dengan membuka ruas jalan Sitinjau Lauik, lanjut Arias. Rencana­nya Kamis (15/12), ruas jalan tersebut sudah dapat dilalui satu arah untuk mendaraan dari arah Solok menuju Padang. Sedang kendaraan dari Padang menuju Solok tetap melalui ruas jalan Padang-Padang Panjang.
Namun pengguna jalan harus meningkatkan kehati-hatiannya saat melintas di Sitinjau Lauik, karena terdapat beda jalan, pada sisi sebelah luar sudah ditinggikan dengan betonisasi sedangkan sisi sebelahnya masih jalan lama. Selain itu juga terdapat besi-besi menonjol dari sisi jalan yang sudah dibetonisasi.
“Jalur ini dibuka satu arah saja dari Solok-Padang. Kendaraan dengan muatan sesuai tonase dapat melintas di kawasan ini dengan tetap hati-hati,” katanya.
Jalan Alternatif Lubuk Paraku-Taman Hutan Raya
Satu lagi solusi yang mengemuka untuk mengatasi kepadatan Sitinjau Lauik adalah dengan membuka jalur baru di dekat jembatan Lubuk Paraku dan tembus di kawasan Taman Hutan Raya. Tetapi upaya ini masih terken­dala dengan kawasan hutan lindung.
Sebelumnya juga tengah diupaya­kan pembangunan ruas jalan alternatif Lubuk Minturun-Paninggahan. Lagi-lagi terkendala dengan kawasan hutan lindung.
Beberapa jembatan lain yang berbahaya
Arias juga mencatat beberapa jembatan lain yang patut diwaspadai saat melintas di atasnya, diantaranya jembatan air mancur di bawah rel kereta api Lembah Anai. Pipa penopang jembatan sudah berkarat dan dikhawatirkan sewaktu-waktu dapat saja patah. Apalagi arus lalu lintas yang melewatinya cukup tinggi.
Dikatakan, pihaknya sudah mengusulkan untuk penggantian pipa tersebut dan saat ini sedang dibuat desainnya.
Jembatan Kuranji juga berbahaya bagi kendaraan yang berhenti di atasnya. Sebab jembatan ini meski gelagarnya terbuat dari baja tetapi tidak dirancang untuk mengakomodir beban mati di atasnya, kecuali mengakomodir getaran. Kemacetan di sekitar ini mengakibatkan antrian panjang hingga di atas jembatan.
“Antrian kendaraan hingga ke jembatan ini sangat membahayakan, jembatan bisa ambruk karena tak mampu menahan beban,” katanya
Jembatan Batung Taba arah ke pabrik karet di Lubuk Begalung, juga sering  mendapat imbas antrian kendaraan yang sampai ke atasnya. Begitu pula truk-truk yang sengaja tidur di atas jembatan di kawasan Indarung.
Sementara itu, Ditlantas Polda Sumbar merelis sejumlah jembatan rusak dan rawan yang berada di jalur utama di Sumbar, selain jembatan Pasa Usang  tecatat jembatan Durian Kapeh Kecamatan Tanjung Mutiara sepanjang 35 meter, mengalami pondasi bergeser. Jembatan Batang Haluan Kecamatan Pasaman sepan­jang 40 meter mengalami kerusakan dan saat ini tengah diperbaiki.
Selanjutnya, jembatan Sungai Dareh sepanjang 200 meter, meski kondisinya baik tetapi perlu diwas­padai arus air sungai di bawahnya yang cukup deras dan dikhawatirkan akan mengikis pondasi mengingat umur jembatan lebih dari 30 tahun.
Jembatan Sungai Betung di Koto Baru dengan panjang 28,5 meter mengalami rusak ringan dan berlo­bang sehingga lantai jembatan di alas dengan pelat baja. Semua jembatan itu umumnya dilewati kendaraan berat. (h/vie)
HALUAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar