Featured Video

Rabu, 25 Juli 2012

CUCU PENDIRI NU MENGAKU KETURUNAN MINANGKABAU




Untaian sejarah ke­ter­kaitan Minangkabau dengan sejumlah daerah di Nusantara kembali terkuak. Kali ini, penga­kuan berasal dari La­sem, Rembang, Jawa Tengah.

Ternyata, salah seo­­rang pendiri Nahdlatul Ulama, KH Ma’shum mengaku mempunyai keturunan dari Mi­nang­kabau. Pernyataan itu disampaikan langsung cucu KH Ma’shum, Mu­hammad Zaim bin Ah­mad saat bertemu de­ngan tokoh Sumbar, Azwar Anas beberapa waktu lalu di ke­dia­mannya di Jakarta.
“Secara turun te­mu­run masyarakat di La­sem mengakui Sultan Minangkabaui berasal dari Minangkabau. Sul­tan Mahmud singgah di Lasem, dan menjadi murid dari Sunan Bo­nang,” ujar Zaim seusai menemui Azwar Anas.
Menurut Zaim yang bisa dipanggil Gus Zaim, kakeknya merupakan keturanan dari Sultan Mahmud atau yang biasa dikenal masyarakat Lasem dengan sebutan sultan Minangkabaui.
Dijelaskan Zaim, dalam babad Lasem berkembang di tengah ma­syarakat Lasem, Sultan Mah­mud berada di Lasem karena kapalnya terbelah saat akan ber­layar ke kawasan timur untuk pergi belajar. Saat tidak ada satupun yang tersisa dari kapalnya, Sultan Mahmud yang terdampar ke darat bertemu dengan Sunan Bonang dan menemukan kitab miliknya sudah ditangan Sunan Bonang.
“Ada beberapa versi yang me­nye­butkan alasan kenapa Sultan Mahmud Al Minangkabaui menjadi murid sunan Bonang. Ada yang menyebutkan karena Sunan Bonang yang menemukan kitab, dan ada yang menyebutkan kalau Sunan Bonang berhasil menjawab perta­nyaan Sultan Minangkabaui terha­dap isi kitab tersebut,” lanjutnya.
Ia juga menyebutkan didekat makam sultan Minangkabaui ada makam lagi, dan itu dipercaya menjadi makamnya istri Sultan Minangkabaui.
Gus Zaim juga mengaku sangat tersanjung jika memang babat tentang keterikatannya dengan Minangkabau terbukti. Apalagi salah satu keturunan Sultan Mahmud yakni Imam Bonjol meru­pakan penyebar agama islam yang sudah terpandang hingga Indonesia Timur.
“Jika diurut, saya menjadi keturunan kesembilan dari Sultan Mahmud. Saya ingin sekali mencari kebenaran dari cerita ini,” tuturnya.
Dalam pertemuan itu juga hadir keturunan kelima dari Iman Bonjol yakni Hari Ichlas Majolelo Sati. Menurut Hari, jika diamati dari silsilah Sultan Mahmud yang di Lasem, didapati ada keterkaitan de­ngan Syech Maulana Malik Ibrohim.
“Tidak disangsikan lagi memang berasal dari Minangkabau. Salah satu bukti kongkritny ada makam Syech Maulana Malik Ibrahim di Kumpulan, Bonjol, Pasaman, dan ada penemun titik sejarah Sultan Mah­mud di Lasem ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebe­lumnya di Sanrobone, Sulawesi Selatan. Ini untuk melengkapi sejarah yang kosong 200 tahun di Sumbar” ujar Hari Ichlas Majolelo Sati.
Ditambahkan Hari, Semestinya masyarakat Minang berbangga dengan peran raja-raja Minang­kabau yang menyebarkan Islam hampir ke seluruh pulau Jawa.
“Wali-wali mulai dari Sunan Gresik atau Syech Maulana Malik Ibrahim sampai Sunan Giri berasal dari Minangkabau. Itu menurut silsilah yang ada diketurunan salah satu pendiri NU, yang mempunyai peran besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa,” lanjut Hari.
Pengakuan Gus Zaim diamini peneliti LIPI, Erwiza Erman. Me­nurutnya, mesti masih memer­lukan penelitian yang lebih men­dalam tentang kesamaan sultan Mahmud dengan Dato’ Mahkota Alam. Namun bila diurut berda­sarkan tempat-tempat yang dising­gahi yakni jalur perdagangan menuju timur itu mungkin saja terjadi, apalagi dibeberapa tempat tersebut dite­mukan jejak Sultan Mahmud.
“Lasem ada pelabuhan dagang tua di Jawa, hampir semua peda­gang singgah diwilayah tersebut. Pedagang melalui daerah itu untuk menghindari pelabuhan batavia yang saat itu dimonopoli portugis,” ujar Erwiza.
Dijelaskan Erwiza, Untuk me­mas­tikan apakah Sultan Mahmud itu benar yang berasal dari Minang­kabau, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Namun jika dilihat dari makam Sultan Mahmud yang berada diatas bukit, ini menun­jukkan Sultan Mahmud tersebut merupakan orang penting.
“Kalau di Lasem, makam yang ada diatas merupakan diatas bukit merupakan orang penting. Masya­rakat menyakini makam yang sebelah makam Sultan Minang­kabau meru­pakan makam Siti Aisyah yang dijemput sang patih,” jelasnya.
Saat ini Erwiza masih mengum­pulkan data tidak saja dari per­pustakaan nasional, tapi juga mencari dari arsip diluar negeri, tentang kisah perjalanan raja Minangkabau yang diabad 16 sulit ditemui catatan perjalanannya.
Sementara itu, tokoh Sumbar, Azwar Anas menyampaikan arahan terkait penelitian tersebut. Ia mendorong Hari Ikhlas bersama peneliti LIPI untuk menemukan rangkaian sejarah Minang terse­but. (mat)

haluan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar