Featured Video

Kamis, 26 Juli 2012

TAK LENGKAP JIKA LAMANG TANPA TAPAI



Lamang demikian makanan khas daerah ini disebut. Terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan santan dalam bambu muda. Bahan utamanya adalah beras ketan putih, santan kelapa, daun pandan, dan sedikit garam.

Beras ketan dicuci bersihkan dulu dan dimasukan ke dalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu dilapisi dalamnya dengan daun pisang kemudian baru dituangkan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, dijaga jangan sampai ruas bambu terbakar. Makanan ini kemudian menjadi favorit di bulan puasa.
Kawannya adalah tapai. Tapai adalah terbuat dari ketan hitam. Tapai dibuat dengan mem­fermen­tasikan beras ketan dengan ragi. Kemudian lamang tapai menjadi makanan yang tidak terpisahkan. Lantas keduanyapun menjadi makanan yang tidak bisa dipisah­kan dengan ramadan. Tidak jelas pula, entah sejak kapan lamang tapai menjadi ciri khas pabukoan sebagian orang di bulan puasa.
Di Pesisir Selatan, pedagang lamang selalu menyediakan tapai. Kedua duanya dijual bersamaan. Bila ada lamang, maka disitu ada pula tapai. Lamang tapai dapat dijumpai hampir di seluruh pasar yang tersebar di daerah ini.
Nilam (55) adalah salah satu pembuat lamang, dan tapai seka­ligus pedagang makanan tra­disional. Ia mengaku, bisa meng­habiskan sekitar delapan gantang ketan untuk adonan lamang setiap pekan. Namun akan berbeda di bulan puasa, di mana jumlahnya akan meningkat tajam. Untuk delapan gantang ketan, maka total biaya yang harus dikeluarkannya hingga lamang siap adalah sekitar Rp120 ribu.
“Saya dapat mengantongi keun­tungan Rp500 ribu hingga Rp1juta setiap dua hari. Soalnya dagangan­nya yang saya jual laku keras. Dan jenis lamang yang paling laris adalah lamang puluik hitam. Saya menjual Rp5.000 setiap potongan lamang. Dan satu porsi tapai juga dipatok Rp5.000,” katanya Nilam, warga Balai Selasa.
Santi (35) warga Kambang menyebutkan, ia selalu menye­diakan lamang, dan tapai setiap tiga hari sekali untuk pabukoan keluarga. Dikatakannya, alasan memilih lamang dan tapai untuk pabukoan disebabkan kebiasaan orang tuanya dulu. Kemudian kebiasaan itu tidak bisa diting­galkannya setelah ia berkeluarga. 

haluan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar